Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Tentang Platipus, Mamalia yang Bertelur

nytimes.com
nytimes.com

Ada sejenis hewan yang punya paruh, tapi bentuk tubuh dan ekornya lebih mirip berang-berang. Disebut mamalia, tapi malah bertelur. Kakinya empat, tapi berselaput seperti bebek. Hewan aneh macam apa itu? Jawabannya adalah platipus.

Dengan semua ciri-ciri di atas, platipus rasanya pantas disebut sebagai salah satu hewan terunik di dunia. Maka tentu satwa endemik Australia ini sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Jadi yuk, kita lihat 5 fakta tentang platipus yang mungkin bakal bikin kamu geleng-geleng kepala karena heran.

1. Saking anehnya, platipus awalnya dikira bukan hewan betulan

mnn.com
mnn.com

Sekilas, platipus memiliki bentuk seperti gabungan dari bebek dan berang-berang. Dan ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1799, itulah tepatnya pikiran orang-orang. Bahkan George Shaw, naturalis yang pertama menemukan platipus sendiri mengakui bahwa platipus secara natural mirip memang seperti hewan artifisial alias buatan!

2. Meski bertelur, platipus tergolong mamalia karena menyusui anaknya

animalia-life.club
animalia-life.club

Platipus berkembang biak dengan cara bertelur. Loh, kalau bertelur lalu kenapa platipus dianggap mamalia? Itu karena platipus menyusui anaknya. Seperti mungkin kamu tahu, istilah mamalia berasal dari bahasa Latin mamma yang berarti payudara.

Tapi ternyata, platipus pun gak punya payudara lho. Lalu bagaimana cara platipus menyusui anaknya? Yaitu melalui kelenjar susu yang terdapat di sekujur tubuhnya. Susu yang keluar lalu terkumpul di bagian perutnya dan dari situlah bayi platipus menyusu. Duh, memang aneh banget ya hewan yang satu ini.

3. Platipus beracun

nypost.com
nypost.com

Selain unik, platipus juga tampak lucu. Tapi kalau suatu saat kamu bisa melihat mereka secara langsung, hati-hati ya, platipus itu ternyata hewan beracun lho. Mereka punya taji di kaki belakang mereka, dan melalui taji itulah platipus menyuntikkan racunnya.

Untungnya, racun platipus tidak mematikan bagi manusia, tapi cukup menyakitkan. Dan untungnya lagi, hanya platipus jantan yang punya racun. Para ilmuwan berpendapat bahwa racun platipus terutama digunakan untuk saling bertarung dengan sesama pejantan pada musim kawin untuk mendapatkan pasangan.

4. Platipus gak punya gigi dan lambung

patriciajones.org
patriciajones.org

Nah kan, pasti keherananmu makin bertambah lagi membaca fakta ini. Ya benar, platipus gak punya gigi. Mereka makan dengan cara menelan makanannya bersamaan dengan batu-batu kecil, supaya makanannya lumat dengan bantuan batu-batu tersebut. Makanan platipus sendiri adalah cacing, udang, dan hewan-hewan kecil lain yang hidup di dasar sungai.

Makanan platipus lalu masuk ke kerongkongan dan langsung diteruskan ke usus. Mereka gak punya lambung yang berisi asam lambung untuk mencerna makanan. Ilmuwan berpendapat bahwa hal itu karena makanan platipus umumnya kaya akan kalsium bikarbonat, zat yang bisa menetralkan asam. Percuma punya asam lambung kalau pada akhirnya dinetralkan juga kan?

5. Paruh platipus adalah indera keenam mereka

medicalnewstoday.com
medicalnewstoday.com

Waktu menyelam ke dasar sungai yang berlumpur, platipus bisa dibilang buta arah. Mereka gak bisa melihat dan juga gak bisa mencium apapun. Jadi bagaimana cara mereka mencari makan? Dengan paruh mereka.

Paruh platipus punya kemampuan elektroreseptor dan mekanoreseptor alias pendeteksi aliran listrik dan pendeteksi gerakan. Itulah yang membuat mereka bisa tetap mendeteksi gerakan di dasar sungai untuk mencari makan, meski gak bisa melihat atau mencium apapun. Wah, keren juga ya?

Itulah 5 fakta menarik tentang platipus yang pasti bikin kamu heran sekaligus takjub. Gimana, ternyata memang luar biasa unik kan hewan yang satu ini?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Peter Eduard
EditorPeter Eduard
Follow Us