5 Fakta Terasering Honghe Hani, Mahakarya Alam dan Penduduk Suku Hani di Cina

- Terasering Honghe Hani merupakan mahakarya alam dan penduduk Suku Hani di Cina
- Pembuatan terasering dimulai sejak masa pemerintahan Dinasti Tang, hasil kolaborasi kekayaan alam dan intelegensi manusia, serta peran hewan ternak dalam kesuburan tanah terasering
- Rumah tradisional Suku Hani, "Mushroom Cottage", masuk ke dalam situs yang punya perlindungan hukum
Buat kamu yang tinggal di pedesaan, mungkin sudah tidak asing lagi dengan yang namanya terasering. Terasering atau sengkedan merupakan lahan yang dibentuk bertingkat di lereng yang curam. Tujuan dibuatnya terasering bermacam-macam seperti untuk mencegah erosi tanah, longsor, dan membantu mengelola air. Siapa sangka, terasering juga bisa dijadikan objek wisata. Bahkan menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Terasering Honghe Hani, terasering yang berlokasi di Yunnan Selatan dengan luas sekitar 16.603 hektar. Objek ini menuruni lereng Pegunungan Ailao yang menjulang tinggi hingga ke tepi Sungai Hong. Penampakannya yang tidak biasa dan sangat luas membuat terasering Honghe Hani menjadi objek wisata bagi para turis. Masih ada fakta menarik lain mengenai terasering Honghe Hani. Yuk, simak fakta lainnya!
1. Pembuatan terasering dimulai sejak masa pemerintahan Dinasti Tang

Terasering yang luas ini merupakan mahakarya penduduk Suku Hani yang telah tinggal di sekitar wilayah terasering sejak lebih 1.300 tahun yang lalu atau sejak masa pemerintahan Dinasti Tang berkuasa. Sejak masa itu, masyarakat Suku Hani dikenal dengan keterampilannya dalam mengembangkan terasering. Terasering ini membentang di sepanjang bagian selatan Pegunungan Honghe Ailao dan tersebar di empat wilayah yaitu Honghe, Yuanyang, Lüchun, dan Jinping. Suku Hani percaya pada satu pepatah yang berbunyi “terasering ibarat wajah seorang pria muda. Tampan atau tidaknya orang tersebut sangat bergantung pada terasering yang ia buat. Selain itu, wajah seorang gadis juga dinilai dari bagaimana ia memperlakukan terasering”. Dari pepatah tersebut, tidak heran jika terasering yang Suku Hani buat sangat memukau dan membuat orang-orang tercengang saking cantiknya.
2. Merupakan hasil kolaborasi antara kekayaan alam dan intelegensi manusia

Terasering Honghe Hani merupakan salah satu contoh terbaik kearifan petani Cina. Desa yang terletak di lereng gunung, penuh dengan hutan yang rimbun tidak menghalangi masyarakat Suku Hani untuk merawat terasering yang mereka buat berabad-abad yang lalu. Terasering ini mendapatkan air dari hutan melalui jaringan irigasi yang selanjutnya mengalir ke lembah sungai. Air tersebut dapat menguap dan membentuk awan di puncak bukit sehingga terbentuklah embun dan terkumpulnya air. Fenomena tersebut menghasilkan anak sungai di hutan. Masyarakat Suku Hani mengalokasikan air di anak sungai agar terdistribusi ke jaringan irigasi menggunakan alat bernama muke atau shike.
Masyarakat Suku Hani dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya air lokal dengan cara yang sederhana, unik, dan efisien. Pengelolaan air tersebut menjamin keberlanjutan operasi sistem pertanian sawah di terasering Honghe Hani. Dari terasering tersebut, petani disana berhasil menghasilkan beragam varietas padi lokal hingga 195 varietas. Tidak hanya padi, mereka juga berhasil memanen seledri air, pisang, kedelai, dan tanaman lainnya. Tidak hanya keterampilan dalam mengolah air, Suku Hani juga pandai dalam menjaga nutrisi tanah yang digunakan. Mereka menggunakan 2 jenis metode pemupukan. Pertama, mereka akan menggali tanah untuk menyimpan kotoran sapi atau kuda yang selanjutnya diberi air dan dialirkan ke terasering. Pemupukan kedua memanfaatkan hujan yang terjadi pada bulan Juni atau juli untuk mengalirkan pupuk kandang ke terasering. Mahakarya Terasering Honghe Hani tentunya tidak lepas dari alam yang memberkati tanah dan masyarakat yang menghargai serta melindungi anugerah yang baik ini.
3. Hewan ternak juga punya peran atas kesuburan tanah terasering

Alam seakan tidak henti-hentinya berkontribusi untuk membantu membangun terasering Honghe Hani ini. Bahkan, hewan-hewan ternak pun juga turut berperan. Seperti bebek yang berperan untuk menyuburkan tanaman padi muda, sedangkan ayam dan babi bertugas untuk menyuburkan tanaman yang lebih dewasa. Lalu, hewan yang tidak boleh absen di sawah, kerbau. Kerbau berperan untuk membabat sawah untuk penanaman di tahun berikutnya. Hewan kecil siput juga punya peran untuk memakan berbagai hama yang tumbuh di sekitar terasering.
4. Rumah tradisional Suku Hani, "Mushroom Cottage"

Terasering Honghe Hani juga punya objek wisata lain yang worth untuk dikunjungi yaitu mushroom cottage atau pondok jamur. Saat ini, ada lebih dari 60 pondok jamur yang berdiri mengelilingi terasering Honghe Hani. Pondok ini berbentuk seperti jamur dengan atap berbahan jerami dan dinding dari bata. Pondok-pondok tersebut tergabung dalam satu desa yang bernama Desa Azheke. Azheke sendiri bermakna “tempat di mana hutan bambu tumbuh subur” dalam bahasa Suku Hani.
Pondok jamur tersebut merupakan rumah bagi penduduk Suku Hani. Seorang profesor dari Universitas Sun Yat-sen mengusulkan untuk dilakukan perlindungan atas Desa Azheke dan memotivasi penduduk untuk menjadikan desa tersebut sebagai objek wisata yang dapat meningktkan pendapatan penduduk disana. Rencana tersebut juga dibarengi dengan rencana pembangunan kafe, homestay, dan restoran yang dapat dikunjungi wisatawan sekaligus memperkenalkan hidangan khas Suku Hani seperti olahan ikan dan beras merah yang mereka panen dari terasering Honghe Hani.
5. Masuk ke dalam situs yang punya perlindungan hukum

Sejak tahun 2008, terasering Honghe Hani telah dijadikan sebagai situs bersejarah yang dilindungi oleh pemerintah wilayah Yuanyang. Selain itu, situs ini juga diresmikan sebagai Situs Prioritas Negara yang Dilindungi. Peresmian tersebut ditetapkan oleh Dewan Negara Tiongkok. Ditambah lagi, terasering Honghe Hani telah terdaftar ke dalam situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 2013. Dengan begitu, pemerintah daerah sekitar mengeluarkan langkah perlindungan & pengelolaan desa dan pemukiman serta pedoman konservasi, renovasi, dan pengelolaan lingkungan pemukiman tradisional.
Mahakarya ini tidak luput dari kontribusi alam dan intelegensi penduduk Suku Hani yang senantiasa merawat terasering Honghe Hani sejak dulu. Tidak heran jika situs bersejarah ini harus dilindungi. Selain karena keindahannya, tentu karena kebermanfaatan terasering bagi penduduk sekitar. Tertarik untuk mengunjunginya?