5 Manfaat Menerapkan Terasering, Sudah Tahu Belum?

Indonesia dengan keanekaragaman hayati yang melimpah telah lama menjadikan pertanian sebagai salah satu pilar utama perekonomiannya. Meski topografi Indonesia beragam, para petani seolah tak pernah kehabisan akal dalam menghadapi rintangan tersebut. Salah satu buktinya yaitu penggunaan teknik terasering pada lahan yang miring.
Terasering atau sengkedan adalah teknik menanam di lahan yang miring seperti perbukitan atau lereng gunung. Jika dilihat sekilas, terasering tampak seperti punden berundak layaknya sebuah candi. Tujuan utama teknik ini yaitu mengubah lahan pertanian yang curam menjadi lebih produktif. Ingin tahu manfaat terasering lainnya? Yuk, simak pembahasannya!
1. Terasering dapat mencegah erosi tanah akibat aliran air

Manfaat pertama dari penerapan teknik terasering adalah mencegah terjadinya erosi tanah. Erosi tanah sering terjadi di daerah perbukitan atau lereng gunung yang curam. Oleh karena itu, terasering dirancang untuk menahan aliran air saat hujan sehingga tanah tidak mudah terkikis.
Dilansir EOS Data Analytics, terasering memiliki manfaat besar dalam mencegah erosi tanah akibat aliran air. Teknik pertanian ini mengubah satu lereng besar menjadi beberapa lereng yang lebih kecil untuk mengurangi kemiringan tanah. Selain itu, terasering juga dapat membantu petani untuk mendeteksi erosi tanah. Caranya dengan rutin mengawasi perubahan ukuran lahan pertanian, jika semakin sempit maka itu bisa menjadi tanda telah terjadi pengikisan tanah.
2. Mengelola cadangan air dengan lebih efisien

Manfaat terasering selanjutnya adalah memperluas daerah resapan air. Teknik ini mendistribusikan air ke berbagai tempat sehingga air tidak hanya terfokus pada satu titik. Hal ini bertujuan menjaga ketersediaan air untuk kegiatan pertanian di wilayah yang luas.
Tanpa menggunakan terasering, aliran air dari puncak bukit akan langsung mengalir ke bawah. Hal ini mengakibatkan air menjadi terbuang sia-sia. Selain itu, aliran air yang dibiarkan mengalir begitu saja dapat meningkatkan risiko tanah longsor. Dampak yang ditimbulkan pun tidak main-main, mulai dari kerugian material hingga mengancam nyawa manusia.
3. Meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil panen

Terasering dirancang layaknya teras berundak. Tujuannya untuk mengatasi kemiringan lereng, sehingga lahan pertanian menjadi rata dan bisa dimanfaatkan untuk menanam bahan pangan. Metode ini dapat membantu meningkatkan kuantitas hasil panen.
Dilansir ICIMOD, lahan pertanian yang rata bisa meningkatkan penyerapan air dan unsur hara. Hal ini bisa meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah, sehingga tanah pertanian menjadi lebih subur. Dengan begitu, petani bisa memperoleh kualitas hasil panen yang lebih memuaskan.
4. Mengurangi dampak negatif pertanian bagi alam

Pertanian bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan umat manusia. Meski memiliki peran penting, kegiatan pertanian tidak terlepas dari dampak negatif. Dilansir Rice Afrika, beberapa kegiatan pertanian yang berdampak negatif meliputi penggundulan lahan, pembuangan limbah pertanian sembarangan, serta degradasi tanah.
Terasering dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah tersebut. Sebagai contoh, pertanian di lahan miring dapat memicu erosi tanah, namun dengan menerapkan teknik terasering, ancaman tersebut dapat diminimalisir. Dengan membuat tanah menjadi rata, terasering dapat meningkatkan penyerapan unsur hara alami. Dengan begitu, penggunaan pupuk buatan dapat dikurangi. Selain baik bagi alam, ini juga dapat menekan biaya perawatan tanaman.
5. Menambah estetika lahan pertanian

Terasering tidak hanya bermanfaat untuk pertanian, melainkan juga memiliki fungsi sekunder sebagai objek wisata alam. Dengan keindahan teras sawah yang khas, terasering seolah mampu memikat hati siapapun yang memandanginya. Tak heran jika kini terasering menjadi destinasi wisata incaran turis mancanegara.
Meskipun teknik terasering bukan berasal dari Indonesia, petani Indonesia telah lama menggunakan teknik ini dalam pertanian. Salah satunya sistem terasering subak di Jatiluwih, Bali. Dilansir UNESCO, sistem terasering subak telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO sejak Juni 2012.
Wilayah Indonesia yang didominasi oleh dataran tinggi dapat menjadi tantangan dalam pertanian. Dalam hal ini, terasering hadir sebagai solusi atas permasalahan tersebut.