5 Kucing Liar dari Genus Prionailurus dan Negara Asalnya

Mendengar kata “kucing”, mungkin pikiran kita langsung tertuju pada kucing domestik (Felis catus) yang umum dipelihara manusia. Padahal, terdapat 41 spesies kucing dalam famili Felidae. Termasuk kucing besar seperti singa, harimau, macan tutul, dan jaguar, yang tergabung dalam subfamili Pantherinae.
Selain itu, ada pula subfamili Felinae. Subfamili ini berisi kucing kecil yang bisa mendengkur (purring) tetapi tidak bisa mengaum (roaring). Terdapat beberapa genus di bawah subfamili Felinae, salah satunya adalah Prionailurus. Seperti apa karakteristik kucing liar dari genus Prionailurus dan di mana kita bisa menemukannya?
1. Prionailurus rubiginosus

First of all, mari kita mulai dari Prionailurus rubiginosus alias rusty-spotted cat, yang dapat dijumpai di India dan Sri Lanka. Sebagian besar dari mereka hidup di hutan, sementara sisanya tinggal di wilayah pertanian karena banyak hewan pengerat. Lebih kecil daripada kucing domestik, beratnya hanya 1,4–1,7 kilogram.
Di alam liar, hewan penyendiri (soliter) ini mengonsumsi tikus, burung, atau unggas milik warga. Saat di penangkaran, mereka diberi daging sapi, ayam, kelinci, ikan, dan telur rebus. Karena populasinya tidak sampai 10.000 ekor, Prionailurus rubiginosus dikategorikan sebagai spesies rentan (vulnerable).
2. Prionailurus viverrinus

Bukan tanpa alasan Prionailurus viverrinus disebut sebagai fishing cat. Makanan utamanya adalah ikan dan mereka menangkapnya sendiri di tepi sungai atau rawa. Di sisi lain, mereka juga memangsa hewan pengerat, burung, ular, kadal, kelinci, serangga, kerang, hingga anak sapi.
Kamu bisa menjumpainya di India, Sri Lanka, Pakistan, Thailand, Malaysia, dan Indonesia (tepatnya Pulau Jawa). Tubuhnya cukup besar dan kekar, dengan panjang 65,8–85,7 sentimeter (belum termasuk ekor 25,4–28 sentimeter) dan berat 6,3–11,8 kilogram. Padahal, saat lahir beratnya hanya 100–173 gram saja.
Setahun sekali, mereka melahirkan 1–4 ekor anak setelah mengandung selama 63 hari. Hewan yang bisa hidup hingga 12 tahun ini berstatus genting (endangered). Ancaman utamanya ialah kerusakan habitat (akibat reklamasi, polusi, penebangan vegetasi alami, dan sampah yang dibuang sembarangan), perburuan liar (untuk dikonsumsi atau dijadikan obat tradisional), serta kehilangan sumber makanan (karena destructive fishing alias penangkapan ikan menggunakan bahan peledak atau racun).
3. Prionailurus planiceps

Selanjutnya adalah Prionailurus planiceps atau flat-headed cat, yang merupakan penduduk asli Malaysia, Thailand, dan Indonesia (spesifiknya Pulau Sumatra dan Kalimantan). Panjang tubuhnya 42–50 sentimeter dengan panjang ekor 13–20 sentimeter dan berat 1,5–2,75 kilogram. Temukan mereka di hutan, kebun kelapa sawit, atau di sepanjang aliran sungai. Di sanalah mereka berburu mangsa (tikus, ikan, katak, mencit, dan krustasea) serta beristirahat.
Hewan krepuskular (aktif saat fajar atau senja) ini dapat hidup hingga 14 tahun. Sama seperti kucing pada umumnya, mereka menandai wilayah dengan menyemprotkan urine. Kabar buruknya, lebih dari 70 persen habitat Prionailurus planiceps telah berubah menjadi tidak ideal karena ulah manusia.
4. Prionailurus javanensis

Kemudian, ada Prionailurus javanensis, yang juga dikenal sebagai Sunda leopard cat. Terdapat dua subspesies, yaitu Prionailurus javanensis javanensis yang hidup di Pulau Jawa dan Bali, serta Prionailurus javanensis sumatranus yang menghuni Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Filipina. Panjangnya kurang lebih 40–43,5 sentimeter, belum termasuk ekor 17,5–22 sentimeter.
Sebagai hewan nokturnal, mereka berburu mangsa di kegelapan dan tidur di pohon ketika matahari bersinar. Makanan favoritnya terdiri dari tikus, tupai, burung, kadal, ular, dan katak. Sejauh ini, mereka masih digolongkan sebagai spesies berisiko rendah (least concern). Tetapi, bukan berarti boleh diburu atau dipelihara!
5. Prionailurus bengalensis

Bisa dibilang, Prionailurus bengalensis alias leopard cat merupakan salah satu karnivora dengan wilayah jelajah paling luas di Asia. Mereka dilaporkan terlihat di Afghanistan, Pakistan, India, Myanmar, Laos, Thailand, Malaysia, Vietnam, Nepal, Taiwan, Tiongkok, Korea, Kamboja, Filipina, serta Indonesia (tepatnya di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan). Mereka hidup di ketinggian 0–3.000 meter di atas permukaan laut dan tidak tahan dengan suhu panas (lebih dari 35 derajat Celsius).
Panjang tubuhnya berkisar antara 44,5–107 sentimeter dengan ekor sepanjang 23–44 sentimeter dan berat 3–7 kilogram. Setelah hamil selama 65–72 hari, mereka akan melahirkan 1–4 anak. Ketika baru lahir, beratnya hanya 75–120 gram dan belum bisa melihat.
Pemakan kelelawar, burung, ular, tikus, kelinci, dan kadal ini umurnya hanya empat tahun di alam liar. Namun, bisa mencapai 20 tahun jika dirawat di penangkaran. Walau statusnya least concern, mereka tidak luput dari ancaman. Selain diburu untuk diambil bulu dan dagingnya, mereka juga diperdagangkan sebagai hewan peliharaan dan dibunuh karena kerap memangsa ternak warga.
Siapa yang menduga bahwa hampir seluruh kucing liar dari genus Prionailurus dapat ditemukan di Indonesia? Jika kamu tak sengaja berjumpa dengan mereka, jangan ditangkap atau disakiti, ya!