Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Spesies Hewan Punya Adaptasi Cerdik dengan Diet Makanan Beracun

Acromyrmex (commons.wikimedia.org/Deadstar0)
Intinya sih...
  • Koala dapat mencerna daun eukaliptus yang mengandung senyawa toksik berkat adaptasi fisologis dan mikrobiologis yang unik.
  • Tikus belalang memiliki kemampuan menetralisir racun kalajengking bark, membuatnya kebal terhadap sengatan kalajengking.
  • Burung hoatzin memiliki sistem pencernaan mirip ruminansia untuk detoksifikasi daun toksik yang mereka makan di habitat alaminya.

Sama halnya manusia, mekanisme bertahan hidup di dunia hewan sangat bergantung pada kemampuan tubuh hewan dalam mengenali, memilih, dan mengolah sumber makanan yang aman dan bernutrisi untuk diet mereka. Umumnya, hewan akan menghindari makanan dengan zat toksik atau beracun yang dapat berisiko membahayakan kelangsungan hidup. Senyawa toksik atau beracun dapat mengganggu fungsi fisiologis, merusak organ, bahkan menyebabkan kematian bagi hewan.

Namun, tahukah kamu kalau di alam liar ini ternyata ada lho, beberapa spesies hewan yang memiliki adaptasi unik dengan diet makanan beracun. Makanan yang tidak dikonsumsi oleh hewan lain karena terdapat zat beracun, malah menjadi menu harian bagi hewan-hewan ini. Yuk, kita cari tahu siapa dan apa saja diet makanan beracun mereka di alam liar!

1. Koala yang hobi makan eucalyptus

Phascolarctos cinereus (commons.wikimedia.org/Johannes Maximilian)

Koala (Phascolarctos cinereus) adalah marsupial endemik Australia dengan pola makan khusus karena dietnya mengonsumsi daun pohon eukaliptus. Koala adalah salah satu dari sedikit mamalia yang dapat makan daun eukaliptus. Daun eukaliptus sendiri ketahui mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti tanin, lignin, dan terpenoid, yang bersifat toksik bagi banyak hewan. Untungnya, berkat adaptasi fisologis dan mikrobiologis yang unik, koala dapat mencerna daun eukaliptus dengan baik bahkan menjadikannya menu harian dengan sumber protein yang tinggi.

Keberadaan mikroorganisme simbiotik pada sistem pencernaan koala sangat membantu dalam mencerna makanan yang masuk ke tubuh mereka. Usus besar koala, khususnya sekum, memiliki ukuran besar yang mengandung mikroba untuk mencerna senyawa kompleks dalam daun eukaliptus. Dilansir Australian Geographic, anak koala (joey) memperoleh mikroorganisme penting untuk pencernaan mereka dari “pap” atau feses induk mereka yang dimakan. Proses ini penting bagi bayi koala dalam mengembangkan kemampuan mencerna daun eukaliptus seiring bertambahnya usia.

2. Tikus pemangsa kalajengking beracun

ilustrasi Onychomys torridus (commons.wikimedia.org/National Park Service)

Tikus belalang memiliki nama ilmiah Onychomys torridus merupakan hewan pengerat yang banyak ditemukan di padang rumput dan gurun daerah Amerika Utara. Dikenal sebagai predator kecil dengan kemampuan luar biasa, hewan ini dapat memangsa kalajengking Arizona (Centruroides sculpturatus). Kalajengking Arizona merupakan salah satu spesies kalajengking paling berbisa di Amerika Utara karena memiliki enam jenis racun pada sengatannya. Hebatnya, racun yang dimiliki kalajengking ini bukan apa-apa ketika dihadapkan dengan tikus belalang.

Tikus belalang memiliki kebiasaan makan dengan melolong sebelum membunuh dan memakan mangsanya. Ketika kalajengking melawan dengan menyuntikkan bisa, maka tikus belalang akan dengan santai menjilat daerah luka tersebut untuk meredakan sakit. Dilansir National Geographic, tikus belalang memiliki kemampuan yang belum pernah ditemukan pada mamalia lainnya, yaitu kemampuan untuk menetralisir racun yang dapat menimbulkan rasa sakit dari sengatan kalajengking bark. Keistimewaan yang dimiliki tikus belalang merupakan bentuk adaptasi fisiologis dan neurologis yang membuat racun pada kalajengking bark tidak berdampak signifikan bagi tubuh mereka.

3. Burung hoatzin dan diet utamanya daun toksik

Opisthocomus hoazin (commons.wikimedia.org/Murray Foubister)

Burung hoatzin (Opisthocomus hoazin) merupakan burung tropis pemakan daun dan satu-satunya anggota dari famili Opisthocomidae yang hidup di hutan lembap Amerika Selatan. Burung ini memiliki adaptasi fisiologis yang luar biasa karena diet utama mereka yang mengandalkan makanan berupa dedaunan muda dan tumbuhan tropis yang kebanyakan mengandung senyawa kimia sekunder tinggi, seperti alkaloid dan tanin. Dua zat tersebut umumnya adalah toksik atau antinutrisi bagi hewan.

Dilansir Birdful, burung hoatzin mengembangkan sistem pencernaan mirip ruminansia yang menggunakan bantuan fermentasi mikroba dan berfungsi secara penuh di bagian usus depan saluran pencernaan (khususnya di tembolok dan esofagus). Hal ini memungkinkan proses detoksifikasi senyawa berbahaya yang melepaskan asam lemak volatil yang dapat diserap dan digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh. Metabolisme hoatzin yang rendah dibandingkan burung lain juga menjadi alasan burung hoatzin mampu bertahan hidup dengan memakan daun yang kurang bergizi di habitat alaminya.

4. Semut pemakan jamur beracun

Acromyrmex (commons.wikimedia.org/Deadstar0)

Beberapa spesies semut, seperti Atta dan Acromyrmex (semut pemotong daun) dikenal sebagai petani jamur yang membudidayakan jamur-jamur sebagai sumber makanan utama mereka, Hal menarik dari semut jenis ini adalah mereka mengumpulkan berbagai jenis daun yang mengandung senyawa toksik untuk difermentasi oleh jamur-jamur di kebunnya. Daun-daun tersebut menjadi substrat bagi pertumbuhan jamur mutualistik (Leucoagaricus gongylophorus) yang nantinya menjadi makanan utama semut pemotong daun.

Jamur Leucoagaricus gongylophorus mampu mendegradasi senyawa tanaman beracun seperti tanin dan alkaloid. Meskipun jamur ini juga dapat menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat toksik, semut pemotong daun memannfaatkan mikroba simbiotik di kutikula tubuhnya, salah satunya bakteri genus Pseudonocardia yang dapat menghasilkan antibiotik alami untuk detoksifikasi dan pengendalian patogen. Adaptasi dan bentuk evolusi yang luar biasa dari jenis semut pemotong daun ini merupakan gabungan dari kemampuan mereka mengelola simbiosis kompleks antara perilaku sosial, mikrobiota tubuh, dan sistem kekebalan yang mereka miliki.

5. Ikan Fugu Jepang mendapatkan racun dari makanannya

ilustrasi Takifugu rubripes (commons.wikimedia.org/Emőke Dénes)

Ikan buntal Jepang dengan nama ilmiah Takifugu rubripes memiliki adaptasi unik dengan mengumpulkan racun yang sifatnya mematikan dari hewan lain yang mereka konsumsi. Jenis ikan buntal ini tidak secara langsung memproduksi racun, tetapi mereka memperoleh toksin mematikan tetrodotoksin (TTX) melalui rantai makanan. Hewan-hewan kecil seperti moluska, krustasea, dan cacing laut merupakan makanan utama ikan buntal di habitat aslinya.

Hewan-hewan kecil yang mengadung TTX dan berhasil tertelan oleh ikan buntal Jepang akan menyebabkan akumulasi tetrodotoksin secara selektif pada organ-organ tertentu. Dilansir Inaturalist, zat beracun itu akan terkonsentrasi pada bagian hati, ovarium, usus, daging tanpa menimbulkan efek racun pada tubuh ikan buntal Jepang sendiri. Hal ini dapat terjadi karena adanya mutasi pada saluran ion natrium di sistem saraf yang membuat spesies ikan buntal Jepang kebal terhadap senyawa TTX yang beracun.

 

Itu dia 5 spesies yang memiliki diet makanan yang unik dan ekstrem karena mengonsumsi bahan makanan yang tak biasanya dikonsumsi oleh hewan lain. Adaptasi cerdik para hewan terhadap diet makanan beracun menunjukkan bahwa evolusi mampu membentuk strategi bertahan hidup yang luar biasa. Dari koala hingga ikan fugu yang mengubah racun menjadi senjata pertahanan tubuh mencerminkan kejeniusan biologis yang dapat membuka peluang besar bagi riset medis, ekologi, dan bioteknologi kedepannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us