Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Hewan Beracun Cenderung Memiliki Warna yang Mencolok?

katak panah beracun (commons.wikimedia.org/Ltshears)
Intinya sih...
  • Hewan beracun memiliki warna mencolok sebagai sistem pertahanan diri.
  • Konsep aposematisme membuat hewan beracun percaya diri dan menjadi sinyal peringatan bagi predator.
  • Proses meniru warna dan corak tubuh hewan aposematisme terbagi menjadi Mullerian mimicry dan Batesian mimicry.

Di alam liar, warna hewan sering kali dianggap sebagai simbol kecantikan dan estetika. Hal ini terkadang membuat kita merasa tertarik untuk melihat mereka lebih dekat. Padahal, warna hewan terutama yang mencolok justru sering dimiliki oleh hewan yang beracun dan berbahaya. Karena itulah kita perlu untuk selalu waspada. Tetapi, pernahkah kalian bertanya-tanya mengapa hewan beracun cenderung memiliki warna yang mencolok? Daripada penasaran, yuk kita cari tahu!

1. Sistem pertahanan diri

katak panah beracun (commons.wikimedia.org/Mannu1975)

Mungkin beberapa dari kalian akan bertanya, bukankah hewan yang memiliki warna tubuh mencolok justru lebih mudah untuk diburu oleh predator? Wajar saja jika kita berpikir demikian, karena kita sama-sama tahu bahwa beberapa hewan bahkan susah payah melakukan kamuflase agar tidak terlihat, namun para hewan beracun ini justru sangat percaya diri bahwa mereka tidak akan dimangsa.

Mengapa mereka bisa seyakin itu? Ternyata, ini karena sistem pertahanan diri unik yang mereka miliki, dimana konsep ini justru berkebalikan dengan kamuflase. Mengutip dari laman resmi The University of Sydney, mereka justru sengaja memperlihatkan warna kulit yang bercorak dan mencolok kepada para predator seakan-akan berkata bahwa jangan berani-berani memakanku. Sistem pertahanan diri ini dalam dunia sains dikenal dengan aposematisme.

2. Mengenal lebih jauh tentang aposematisme

tawon di atas daun (unsplash.com/Mathias Neviere)

Mengutip dari laman animalwised.com, aposematisme pada hewan merupakan konsep evolusi yang dialami oleh predator maupun mangsa. Warna mangsa yang semula dianggap biasa saja lambat laun justru berubah menjadi sinyal peringatan bagi para pemangsa agar tidak mendekat. Sejalan dengan hal tersebut, laman guloinnature.com menjelaskan bahwa ternyata konsep pertahanan diri ini didasari oleh kemampuan predator dalam belajar.

Ketika mereka mencoba memakan hewan aposematisme dan berakhir keracunan, tentu mereka tak akan berani melakukannya lagi. Informasi ini akan terus diwariskan turun temurun sehingga mereka tahu kalau mangsanya beracun. Konsep inilah yang disebut ilmuwan sebagai sinyal berbahaya yang ditunjukkan secara alami. Bahkan ternyata di banyak kasus, semakin cerah dan mencolok warnanya, semakin mematikan pula racun yang mereka miliki.

3. Perkembangan sistem pertahanan diri aposematisme

coral snake yang berbisa (kiri) dan Sierra mountain kingsnake yang tak berbisa (kanan) (boingboing.net/Jennifer Sandlin)

Konsep aposematisme ini kemudian semakin berkembang seiring berjalannya waktu, dimana banyak hewan yang meniru corak dan warna yang dimiliki oleh hewan aposematisme alami. Mengutip dari animalwised.com, proses meniru ini terbagi menjadi dua yaitu:

  • Mullerian mimicry

Proses ini terjadi ketika hewan dengan spesies berbeda meniru warna dan corak tubuh dari hewan aposematisme alami. Karena mereka mengetahui bahwa warna dan corak tubuh tersebut ditakuti oleh predator, maka mereka menirunya agar terhindar dari masalah yang serupa.

Selain itu menurut laman straightdope.com, spesies yang berbeda tersebut memiliki warna yang serupa serta sama-sama beracun, sehingga ini dapat memperkuat informasi tentang corak dan warna yang mereka miliki. Hal ini tentu membuat predator dapat belajar lebih cepat dan semakin menjauhi corak dan warna tersebut. Keren juga ya!

  • Batesian mimicry

Proses ini terjadi ketika hewan dengan spesies berbeda meniru warna dan corak dari hewan beracun. Hal ini bertujuan untuk mengelabui predator karena sejatinya hewan yang menggunakan konsep ini tidak beracun sama sekali.

Akan tetapi, agar adaptasi ini dapat terus berjalan, hewan yang beracun harus lebih banyak dibandingkan hewan yang hanya meniru. Hal ini karena jika yang terjadi malah sebaliknya maka lambat laun predator justru lebih sering mendapatkan hewan peniru yang tidak beracun sehingga membuat adaptasi ini akan gagal, mengutip kembali dari laman straightdope.com. Cukup cerdik bukan?

Jadi, itulah alasan mengapa hewan beracun cenderung memiliki warna yang mencolok. Sistem pertahanan diri ini menjadi bukti bahwa evolusi yang terjadi di alam sangatlah luar biasa. Para hewan selalu mempunyai cara cerdik demi bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya. Karena itu, jika kamu melihat hewan dengan warna dan corak yang mencolok maka berhati-hatilah, oke?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us