Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Gunung Paling Aneh di Dunia, Nyaris Tak Tampak Seperti Gunung!

Ilustrasi gunung aneh yang tak seperti gunung pada umumnya
Ilustrasi gunung aneh yang tak seperti gunung pada umumnya (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Gunung Uluru, batu raksasa di tengah gurun
    • Uluru adalah inselberg yang terdiri dari batu pasir hasil endapan sedimen laut purba.
    • Tingginya sekitar 348 meter dengan keliling mencapai 9,4 kilometer.
    • Bagi suku Aborigin Anangu, Uluru adalah pusat kosmologi dan kisah penciptaan.
    • Gunung Roraima, meja raksasa di langit
      • Roraima termasuk dalam kategori tepui, gunung meja khas Amerika Selatan.
      • Puncaknya berada di ketinggian sekitar 2.810 meter dengan dinding vertikal set
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika mendengar kata gunung, bayangan kita hampir selalu sama; mulai dari puncak runcing, jalur pendakian berliku, udara dingin, hingga lanskap dramatis yang menjulang ke langit. Imaji ini sudah tertanam kuat lewat buku pelajaran, film dokumenter, hingga foto-foto pendakian yang beredar di media sosial. Namun, sains geologi justru menunjukkan bahwa alam tidak selalu patuh pada definisi visual manusia.

Di berbagai belahan dunia, ada gunung-gunung yang bentuknya menabrak ekspektasi. Ada yang tampak seperti batu raksasa tergeletak di gurun, ada yang menyerupai meja makan dewa-dewa, bahkan ada yang lebih mirip hutan batu tajam daripada pegunungan. Semua keanehan ini bukan kebetulan, melainkan hasil proses geologi ekstrem yang berlangsung selama ratusan juta hingga miliaran tahun. Inilah bukti bahwa bumi adalah seniman sabar dengan waktu sebagai kuasnya. Yuk, cek, di mana saja letak gunung aneh tersebut!

1. Gunung Uluru, batu raksasa di tengah gurun

Ilustrasi gunung uluru di Australia
Ilustrasi gunung uluru di Australia (pexels.com/Will McAllister)

Gunung Uluru—atau Ayers Rock—di jantung Australia sering membuat orang bertanya-tanya, "Ini gunung atau batu?" Bentuknya masif, membulat, dan berdiri sendirian di tengah dataran gurun yang nyaris datar. Takada rangkaian pegunungan, ataupun lereng bertingkat, hanya satu bongkahan raksasa yang seolah jatuh dari langit.

Secara ilmiah, Uluru diklasifikasikan sebagai inselberg, yaitu gunung tunggal yang menjulang dari dataran luas akibat erosi ekstrem di sekitarnya. Menurut Geoscience Australia dan Australian Government, Uluru tersusun dari batu pasir (sandstone) hasil endapan sedimen laut purba yang mengalami tekanan besar selama ratusan juta tahun hingga mengeras sempurna.

Gunung ini memiliki tinggi sekitar 348 meter dengan keliling mencapai 9,4 kilometer. Warna merah-oranyenya yang ikonik berasal dari oksidasi mineral besi di permukaan batu. Saat matahari terbit dan terbenam, Uluru tampak berubah warna. Inilah fenomena optik yang sering dijelaskan dalam kajian geomorfologi; sebagai hasil interaksi cahaya, mineral, dan tekstur permukaan batu.

Bagi suku Aborigin Anangu, Uluru bukan sekadar fenomena geologi. Ia adalah pusat kosmologi, hukum adat, dan kisah penciptaan. Karena nilai ilmiah dan spiritualnya, kawasan ini kini dilindungi ketat oleh pemerintah Australia, menjadikan Uluru sebagai contoh langka persilangan antara sains modern dan kearifan lokal.

2. Gunung Roraima, meja raksasa di langit

Ilustrasi gunung roraima di Venezuela
Ilustrasi gunung roraima di Venezuela (commons.wikimedia.org/Paolo Costa Baldi)

Jika Uluru membingungkan karena kesederhanaannya, Roraima justru mengagetkan lewat bentuknya yang nyaris mustahil. Gunung ini terlihat seperti meja batu raksasa dengan puncak datar sempurna, berdiri di perbatasan Venezuela, Brasil, dan Guyana. Dari kejauhan, Roraima tampak seperti benteng alam yang dipahat tangan raksasa.

Roraima termasuk dalam kategori tepui, gunung meja khas Amerika Selatan. Puncaknya berada di ketinggian sekitar 2.810 meter, dengan dinding vertikal setinggi hingga 400 meter. Menurut penelitian yang dimuat dalam Geological Society of America Bulletin, Roraima tersusun dari batu pasir pra-kambrium berusia sekitar 2 miliar tahun, menjadikannya salah satu lanskap daratan tertua di bumi.

Struktur datarnya terbentuk akibat kombinasi pengangkatan tektonik dan erosi ekstrem selama miliaran tahun. Lapisan batu keras bertahan, sementara material lunak di sekitarnya terkikis habis oleh hujan dan angin tropis, sebagaimana dijelaskan secara detail dalam kajian stratigrafi di atas.

Keanehan Roraima bahkan melampaui sains. Gunung ini menginspirasi novel The Lost World (1912) karya Sir Arthur Conan Doyle, yang membayangkan puncaknya sebagai dunia terisolasi tempat makhluk purba bertahan hidup. Imajinasi ini lahir bukan tanpa dasar—hingga kini, puncak Roraima memang memiliki flora endemik yang tak ditemukan di tempat lain.

3. Gunung Sugarloaf, kerucut gula raksasa

Ilustrasi gunung sugarloaf di Rio de Janeiro
Ilustrasi gunung sugarloaf di Rio de Janeiro (pexels.com/Florencia Potter)

Di tepi Samudra Atlantik, Gunung Sugarloaf atau Pão de Açúcar berdiri mencolok dengan bentuk kerucut curam yang nyaris licin. Alih-alih terlihat seperti gunung berlapis-lapis, Sugarloaf tampak seperti tumpukan gula pasir raksasa yang membeku di tepi laut Rio de Janeiro.

Disadur dari buku Geomorphological Landscapes of the World, Sugarloaf tersusun dari granit dan kuarsit berusia sekitar 600 juta tahun, bagian dari kompleks granitik neoproterozoikum. Batuan keras ini bertahan dari proses erosi selektif, sementara batuan lunak di sekitarnya terkikis selama jutaan tahun.

Proses tersebut menjelaskan mengapa Sugarloaf berdiri sendirian dan curam. Bentuknya bukan hasil letusan gunung api, melainkan sisa struktur batuan yang “selamat” dari kehancuran alamiah, sebagaimana dijelaskan secara geomorfologis dalam saduran buku di atas.

Kini, Sugarloaf menjadi ikon wisata Brasil. Namun di balik kereta gantung dan panorama kota Rio, gunung ini adalah monumen diam tentang bagaimana waktu dan erosi bisa mengukir bentuk yang lebih artistik daripada pahatan manusia.

4. Gunung Kirkjufell, simetris bak topi penyihir

Ilustrasi gunung kirkjufell di Islandia
Ilustrasi gunung kirkjufell di Islandia (pexels.com/Raul Kozenevski)

Gunung Kirkjufell di Islandia sering disebut sebagai gunung paling fotogenik di dunia. Bentuknya hampir simetris sempurna, menyerupai topi penyihir atau kerucut dongeng yang muncul dari lanskap pesisir bersalju.

Menurut Arctic Adventures, Kirkjufell terbentuk dari lapisan lava basalt dan endapan glasial yang tererosi selama zaman es. Proses glasiasi berulang inilah yang memahat lerengnya secara merata dari berbagai arah, menghasilkan bentuk simetris yang sangat jarang terjadi di alam.

Kajian geologi Islandia tersebut turut menyebutkan bahwa kombinasi aktivitas vulkanik dan erosi es menjadikan Kirkjufell seperti “arsitektur alam” yang nyaris terlalu sempurna untuk dianggap alami.

Popularitasnya melonjak setelah tampil dalam serial Game of Thrones sebagai Arrowhead Mountain. Namun, jauh sebelum tampil di layar kaca, Kirkjufell sudah menjadi bukti bagaimana lava, es, dan waktu bisa bekerja sama menciptakan ilusi kesempurnaan.

5. Gunung Matterhorn, piramida alam yang patah

Ilustrasi gunung matterhorn perbatasan Italia dan Swiss
Ilustrasi gunung matterhorn perbatasan Italia dan Swiss (pexels.com/Marek Piwnicki)

Matterhorn adalah contoh ekstrem bagaimana gunung bisa tampak seperti patung raksasa yang dipahat dengan brutal. Puncaknya yang tajam dan empat sisi curam membuatnya tampak seperti piramida alam yang retak.

Menurut Marthaler dan Rougier dalam buku Landscapes and Landforms of Switzerland, bentuk unik Matterhorn merupakan hasil tabrakan lempeng Afrika dan Eurasia. Proses ini mendorong batuan sedimen laut purba hingga terangkat ke ketinggian 4.478 meter.

Erosi glasial dari empat lembah di sekitarnya kemudian mengikis Matterhorn secara tidak seimbang, menciptakan sudut-sudut tajam yang ikonik. Inilah alasan mengapa gunung ini tampak “tidak stabil”, seolah bisa runtuh kapan saja.

Bagi para pendaki, Matterhorn adalah simbol keindahan sekaligus bahaya. Namun, bagi geologi, ia adalah arsip tabrakan benua yang masih berdiri tegak hingga hari ini.

6. Gunung Tsingy de Bemaraha, hutan batu yang menyeramkan

Ilustrasi gunung tsingy de bemaraha di Madagaskar
Ilustrasi gunung tsingy de bemaraha di Madagaskar (commons.wikimedia.org/Cactus0625)

Berbeda dari gunung pada umumnya, Tsingy de Bemaraha di Madagaskar lebih mirip labirin batu tajam. Ribuan pilar kapur menjulang seperti pisau, menciptakan lanskap yang tampak tidak ramah bagi manusia.

Menurut UNESCO World Heritage Centre, formasi Tsingy terbentuk melalui proses pelarutan batu kapur oleh air hujan selama jutaan tahun. Proses karstifikasi ekstrem ini menghasilkan menara batu setinggi hingga 100 meter, lengkap dengan celah sempit dan jurang dalam.

Kajian UNESCO menegaskan bahwa kondisi ekstrem ini membuat kawasan Tsingy hampir tak terjamah, sehingga justru menjadi surga bagi flora dan fauna endemik Madagaskar yang berevolusi secara terisolasi.

Keanehan dan bahayanya menjadikan Tsingy sebagai salah satu lanskap paling ekstrem di dunia. Bukan hanya aneh, tapi juga menantang definisi manusia tentang apa itu “gunung”.

Dari Uluru yang tampak sederhana hingga Tsingy yang menyerupai mimpi buruk geologis, gunung-gunung aneh ini menunjukkan bahwa alam tak pernah berjanji untuk tampil sesuai ekspektasi kita. Bentuk yang tampak ganjil justru sering menjadi petunjuk tentang proses geologi paling purba dan ekstrem.

Setiap gunung adalah arsip terbuka tentang sejarah bumi, laut yang mengering, benua yang bertabrakan, es yang mengikis, hingga waktu yang tak pernah tergesa. Jadi, ketika melihat gunung yang “taktampak seperti gunung”, mungkin justru di sanalah cerita paling tua planet ini disimpan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Nepenthes Edwardsiana, Tanaman Karnivora dengan Perangkap yang Megah

22 Des 2025, 13:49 WIBScience