Perang Dunia Pertama terjadi antara tahun 1914-1918. Perang tidak hanya terjadi di Front Barat, Perancis dan Belgia, tetapi juga melintasi seluruh Eropa, Asia, Afrika dan sekitarnya. Misalnya pada bulan-bulan awal peperangan, Inggris bertempur melawan Jepang untuk merebut koloni Jerman di Tsing Tao, China.
Perang ini memakan korban jiwa dan harta benda dalam jumlah yang besar. Namun, ada pula hal-hal menarik yang terjadi dalam peperangan, antara lainnya adalah.
Sementara perang berkecamuk di lumpur dan parit, perang yang berbeda terjadi di bawah kaki para prajurit. Sekelompok penambang, beroperasi dalam kerahasiaan total, menggali terowongan hingga 100 kaki di bawah tanah untuk menanam dan meledakkan ranjau di bawah parit musuh.
Kesuksesan terbesar mereka adalah di Messines Ridge, Belgia, dimana lebih dari 900.000 lbs bahan peledak diledakkan secara bersamaan di 19 terowongan bawah tanah. Sebagian besar garis depan Jerman hancur dan ledakan tersebut terdengar hingga sejauh140 mil hingga sampai di telinga Perdana Menteri Inggris di Downing Street.
Sejumlah wartawan mempertaruhkan jiwanya untuk melaporkan kenyataan perang. Pemerintah berusaha mengendalikan arus informasi dari garis depan pada awal perang, wartawan dilarang. Peliputan konflik menurut Kementerian Perang adalah membantu musuh. Jika tertangkap, mereka menghadapi hukuman mati.
Yang mengherankan, cukup dua hari surat dari Inggris untuk sampai bagian depan Perancis. Perjalanan dimulai dari tempat pemilahan khusus di Regent’s Park sebelum dikirim ke parit. Sampai dengan perang berakhir, 2 juta surat dan 114 juta paket telah dikirimkan.
Ketika satu generasi lelaki pergi berperang, lebih dari satu juta perempuan menggantikan mereka dalam angkatan kerja. Mereka bekerja berjam-jam, seringkali dalam kondisi buruk dengan bahan kimia. Yang disebut “burung kenari”, adalah perempuan yang bekerja dengan TNT, yang terus memberi mereka racun dan membuat kulit mereka menjadi kuning.
Pecahan peluru meriam adalah penyebab banyak luka wajah di PD I. Tidak seperti garis lurus yang ditinggalkan oleh luka peluru, pecahan logam yang dihasilkan dari ledakan peluru meriam bisa dengan mudah mengupas wajah. Merasa ngeri dengan luka-luka yang dilihatnya, ahli bedah Harold Gillies, bertugas membantu korban dan mempelopori teknik rekonstruksi wajah awal dalam prosesnya.
Wilfred Owen adalah salah satu penyair terbaik pada PD I, tetapi ketika dia gugur di garis depan hanya seminggu sebelum perang berakhir, dia relatif tidak dikenal. Pada saat itu, pandangan perang sebagai rasa kasihan dan mengerikan adalah minoritas.
Baru pada tahun 1960-an, elit sastra memutuskan ini adalah pandangan paling otentik dari perang karena ditumbuhi oleh perasaan anti perang itu sendiri. Ini menghasilkan dua publikasi antologi puisi perang utama yang banyak menampilkan karya Owen.
Sidney Lewis berusia 12 tahun saat dia berbohong tentang usianya sesungguhnya dan bergabung dengan tentara selama PD I. Dia adalah salah satu dari ribuan anak laki-laki di bawah umur yang bersemangat mendaftar dan akhirnya bertempur bersama-sama rekan-rekan mereka yang dewasa di garis depan. Beberapa dimotivasi oleh patriotisme, tapi bagi yang lainnya itu adalah pelarian dari kehidupan yang suram.
Pada pergantian abad ke-20 Inggris adalah negara adidaya ekonomi, namun perang global pertama di dunia akan memakan biaya lebih dari yang sudah terjadi sebelumnya. Misalkan, biaya peluru yang ditembakkan dalam satu periode 24 jam pada bulan September 1918 adalah senilai hampir 4 juta poundsterling.
Angkatan Darat Inggris memulai penggunaan transfusi darah rutin dalam merawat tentara yang terluka. Darah ditransfer langsung dari satu orang ke orang lain. Seorang dokter Angkatan Darat Amerika Serikat, Kapten Oswald Robertson mendirikan bank darah pertama di Front Barat pada tahun 1917, menggunakan natrium sitrat untuk mencegah agar darah tidak membeku dan menjadi tidak dapat digunakan lagi.
Darah disimpan di dalam selama 28 hari dan kemudian diangkut ke stasiun pertolongan korban untuk digunakan dalam operasi bedah yang paling membutuhkannya.