Mengenal Kelas Luminositas, untuk Mengelompokkan Bintang!

Masuk manakah Matahari kita?

Apa yang kita ketahui mengenai bintang di alam semesta? Mungkin baru sedikit. Namun, dengan perkembangan ilmu dan teknologi astronomi, mengenal bintang tidak sesulit pada masa lampau.

Perlahan, kita mulai memetakan bintang di alam semesta. Lalu, bagaimana kita membedakan satu sama lain? Tenang, ada sistem klasifikasi berdasarkan luminositas bintang tersebut. Mari kenali sistem kelas luminositas untuk membedakan bintang-bintang alam semesta!

1. Klasifikasi Harvard

Mengenal Kelas Luminositas, untuk Mengelompokkan Bintang!ilustrasi alam semesta (unsplash.com/Alexander Andrews)

Dipakai sejak 1901, astronom Amerika, Annie Jump Cannon, merapikan sistem klasifikasi bintang berdasar dari sistem Draper Catalogue of Stellar Spectra (1890). Sistem ini mengelompokkan bintang berdasarkan karakteristik seperti suhu efektif (Kelvin/K), massa matahari (M☉), hingga garis hidrogen bintang.

Berdasarkan sistem Harvard, bintang dapat terbagi menjadi:

  • O: Lebih dari 30.000K, dengan lebih dari 16M☉
  • B: 10.000–30.000 K, dengan 2,1–16 M☉
  • A: 7.500–10.000 K, dengan 1,4–2,1 M☉
  • F: 6.000–7.500 K, dengan 1,04–1,4 M☉
  • G: 5.200–6.000 K, dengan 0,8–1,04 M☉
  • K: 3.700–5.200 K, dengan 0,45–0,8 M☉
  • M: 2.400–3.700 K, dengan 0,08–0,45 M☉

Untuk mengetahui seberapa panas bintang tersebut, klasifikasi ini umumnya disertai dengan angka dari 0 sampai 9, di mana 0 adalah yang terpanas dan 9 yang terdingin.

Baca Juga: Mengenal Big Bang, Teori Awal Terciptanya Alam Semesta

2. Klasifikasi Yerkes

Pada 1943, William. W. Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith Kellman dari Yerkes Observatory juga memperkenalkan sistem klasifikasi lain. Dari inisial para astronom, sistem ini disebut "MKK". Akan tetapi, 10 tahun kemudian, sistem ini direvisi dan berubah nama menjadi sistem klasifikasi Morgan–Keenan (MK).

Sistem ini berdasarkan pada garis spektrum yang sensitif terhadap suhu dan gravitasi permukaan bintang. Berdasarkan sistem MK, bintang-bintang dapat terbagi menjadi:

  • 0 atau Ia+: Bintang hiper raksasa.
  • Ia: Bintang super raksasa bercahaya.
  • Iab: Bintang super raksasa bercahaya berukuran sedang.
  • Ib: Bintang super raksasa minim cahaya.
  • II: Bintang raksasa terang.
  • III: Bintang raksasa normal.
  • IV: Bintang sub-raksasa.
  • V: Bintang deret utama/katai.
  • sd (prefiks) atau VI: Bintang sub-katai.
  • D (prefiks) atau VII: Bintang katai putih.

Terkadang, sebuah bintang bisa berada di kelas super raksasa atau bintang raksasa normal, atau terletak di antara kelas super raksasa atau bintang raksasa normal. Jika begitu, maka klasifikasinya bisa menambahkan simbol:

  • / : Artinya sebuah bintang adalah salah satu kelas atau yang lain.
  • - : Artinya sebuah bintang berada di antara dua kelas.

3. Ciri khas bintang

Lalu, bagaimana jika satu bintang terlihat memiliki ciri khas atau sesuatu yang harus ditelusuri lebih dulu? Maka, nomenklaturnya bisa ditambahkan:

  • : (nilai spektrum belum diketahui)
  • ... (adanya keanehan spektrum yang tidak dapat dijelaskan)
  • ! (ciri khas istimewa)
  • comp (spektrum gabungan)
  • e (adanya garis emisi)
  • [e] (adanya garis emisi "terlarang)
  • h (bintang Wolf-Rayet/WR dengan garis emisi hidrogen)
  • ha (bintang WR dengan hidrogen saat absorpsi dan emisi)
  • He wk (garis helium pudar)
  • m (terlihat kadar logam tinggi)
  • n (absorpsi luas karena perputaran)
  • nn (absorpsi yang sangat luas)
  • neb (adanya percampuran spektrum nebula)
  • p (bintang aneh atau keanehan pada bintang yang belum dikenali)
  • s (garis absorpsi yang tipis)
  • ss (garis absorpsi yang sangat tipis)
  • sh (shell star)
  • wl/wk/w (garis-garis pudar)
  • Simbol elemen dalam tabel periodik (garis spektrum yang sarat dengan elemen tertentu)

Contoh kasus

Mengenal Kelas Luminositas, untuk Mengelompokkan Bintang!ilustrasi matahari (pexels.com/ Bradley Hook)

Itulah sistem kelas luminositas bintang. Bingung bagaimana cara membacanya? Mari kita belajar dari beberapa contoh bintang, ya!

Kita mulai dari Matahari, bintang yang jadi pusat alam semesta. Menurut klasifikasi spektrum Harvard, Matahari adalah G2 (kuning, dengan suhu efektif 5.780K), sementara dalam klasifikasi MK, Matahari termasuk ke "V" atau bintang katai. Jadi, jika digabungkan, Matahari adalah G2V.

Contoh kedua adalah Cygnus OB2-12, salah satu bintang paling terang di Bimasakti. Bintang ini tergolong sebagai B3-4 atau antara B3 dan B4 (biru putih, dengan suhu efektif 13.700K). Di sistem MK, Cygnus OB2-12 adalah bintang "Ia+" atau bintang hiper raksasa. Jadi, Cygnus OB2-12 adalah B3-B4Ia+.

Contoh terakhir adalah Achernar, bintang paling terang di konstelasi Eridanus. Achernar termasuk B6 (biru putih, dengan suhu efektif 12.673–17.124K dan massa matahari 6.1M☉). Di sistem MK, Achernar masuk ke "V" atau bintang katai dan ciri "ep" (disertai garis emisi dengan keanehan yang belum dikenali). Jadi, Achernar adalah B6Vep.

Baca Juga: Percaya atau Tidak, Ini 15 Galaksi Paling Aneh tapi Nyata

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya