Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dari Mana Kutu Beras Berasal?

ilustrasi wadah beras (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi wadah beras (pexels.com/Ron Lach)
Intinya sih...
  • Kutu beras atau Sitophilus oryzae berasal dari daerah tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara.
  • Hama ini dapat menyebar ke seluruh dunia melalui perdagangan global, terutama pada produk-produk seperti beras, jagung, dan gandum.
  • Sitophilus oryzae memiliki siklus hidup yang dimulai ketika betina dewasa menggigit butir beras atau biji-bijian lainnya dan meletakkan telur di dalamnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kutu beras atau yang memiliki nama ilmiah Sitophilus oryzae adalah serangga kecil yang terkadang ditemukan pada beras. Kamu mungkin menemukan hama ini pada beras yang telah lama disimpan atau tidak disimpan dengan benar. 

Namun, kamu mungkin bertanya-tanya dari mana asal usul kutu beras? Bagaimana serangga ini bisa tiba-tiba ada di dalam beras yang kamu simpan? Artikel ini akan mencoba menjawab kebingunganmu.

1. Habitat alami dan asal usul kutu beras

ilustrasi kutu beras (extension.umd.edu)
ilustrasi kutu beras (extension.umd.edu)

Sitophilus oryzae dianggap berasal dari daerah tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, tempat beras menjadi komoditas utama. Hama ini berkembang biak di wilayah yang hangat dan lembap, yang menjadi kondisi ideal untuk perkembangannya. Seiring dengan perdagangan global, terutama pada produk-produk seperti beras, jagung, dan gandum, Sitophilus oryzae mulai menyebar ke seluruh dunia.

Selama ribuan tahun, manusia telah memindahkan hasil pertanian dari satu tempat ke tempat lain, dan tanpa disadari membawa serta hama, seperti Sitophilus oryzae. Sekarang, hama ini dapat ditemukan di hampir semua wilayah dunia, baik di negara-negara tropis, subtropis, maupun di beberapa negara beriklim sedang. Di daerah beriklim dingin, mereka sering ditemukan di fasilitas penyimpanan tertutup dan hangat.

2. Bagaimana kutu beras menyebar

Kutu dewasa bertelur di dalam biji-bijian (commons.wikimedia.org/Shyamal)
Kutu dewasa bertelur di dalam biji-bijian (commons.wikimedia.org/Shyamal)

Sitophilus oryzae dikenal karena kemampuannya untuk menyusup ke produk yang disimpan dalam bentuk biji-bijian. Siklus hidupnya dimulai ketika betina dewasa menggigit butir beras atau biji-bijian lainnya dan meletakkan telur di dalamnya. Saat telur menetas, larva memakan bagian dalam butir tersebut hingga akhirnya menjadi dewasa dan keluar untuk melanjutkan siklus hidupnya. Inilah alasan mengapa kutu beras bisa sulit dideteksi pada awalnya, karena kerusakan seringkali terjadi di dalam butiran.

Penyebaran hama ini sering terjadi melalui perdagangan internasional. Saat beras atau produk biji-bijian lain diimpor atau diekspor, Sitophilus oryzae bisa ikut terbawa bersama barang. Begitu berada di tempat baru, mereka akan berkembang biak dengan cepat jika kondisi penyimpanannya mendukung, seperti di gudang atau tempat yang hangat dan lembap.

3. Siklus hidup kutu beras

Betina dewasa akan bertelur sekitar empat butir sehari dan hidup sekitar empat hingga lima bulan. Total, seekor betina menghasilkan 250-400 butir telur seumur hidupnya. Telur akan diletakkan di dalam biji-bijian dan akan menetas setelah tiga hari. Setelah menetas, larva akan hidup di dalam biji-bijian dan makan selama 18 hari. 

Pada tahap ini, mereka kecil, gemuk, dan tidak berkaki dengan tubuh berwarna krem ​​dan kepala berwarna gelap. Mereka akan berkembang menjadi pupa dan bertahan dalam tahap ini selama kurang dari seminggu. Mereka akan tetap berada di dalam biji selama tiga hingga empat hari lagi hingga kulitnya mengeras dan mencapai kematangan penuh.

4. Dampak terhadap produksi pangan

ilustrasi beras (pixabay.com/ally j)
ilustrasi beras (pixabay.com/ally j)

Kutu beras bukan hanya sekadar hama yang menjengkelkan, tapi juga berdampak besar pada produksi pangan global. Kehadirannya bisa menyebabkan kerugian yang signifikan karena beras dan biji-bijian yang terinfestasi seringkali tidak layak dikonsumsi. Tidak hanya merusak produk, tapi juga mengurangi berat, nilai gizi, dan kualitas produk tersebut. Di beberapa negara, kerugian ekonomi akibat serangga ini sangat besar.

5. Cara mencegah kehadiran kutu beras

ilustrasi kutu beras (commons.wikimedia.org/Olaf Leillinger)
ilustrasi kutu beras (commons.wikimedia.org/Olaf Leillinger)

Adanya kutu beras di beras dan biji-bijian merupakan tanda praktik penyimpanan yang buruk. Sebaliknya, praktik penyimpanan dan penanganan yang baik akan membantu memastikan keamanan dan kualitas beras secara keseluruhan dan mencegah munculnya kutu beras. Berikut langkah yang bisa kamu praktikkan untuk menghindari munculnya kutu beras.

  • Simpan beras di tempat dengan tingkat kelembapan yang rendah untuk mencegah jamur dan pembusukan.
  • Lakukan pemeriksaan hama mingguan. Jika hama ditemukan, obati gabah untuk membunuh hama.
  • Lakukan pembersihan menyeluruh di tempat penyimpanan beras untuk menyingkirkan serangga.
  • Kurangi ketersediaan gabah lepas dan makanan lain yang dapat menarik hama.
  • Pisahkan beras atau biji-bijian yang terserang kutu.
  • Mengikuti praktik manufaktur yang baik, seperti mengemas beras segera setelah diproses.

Jadi, kutu beras atau Sitophilus oryzae kemungkinan berasal dari daerah tropis seperti Asia Tenggara, tetapi penyebaran globalnya disebabkan oleh aktivitas perdagangan manusia. Hama ini seringkali ada di beras dalam bentuk telur atau larva sehingga sulit diidentifikasi. Setelah kurang lebih satu bulan, kutu beras akan tumbuh dewasa dan menjadi kutu beras seperti yang selama ini kita lihat.

 

Referensi

Catseye. Diakses pada Oktober 2024.  Rice Weevil Facts
Oklahoma State University. Diakses pada Oktober 2024. Rice Weevil
Singapore Food Agency. Diakses pada Oktober 2024. Is rice with weevils safe to eat?
The Spruce. Diakses pada Oktober 2024. What Is a Weevil and How Did It Get in My Food?University of Florida. Diakses pada Oktober 2024. Rice Weevil, Sitophilus oryzae
Witecka, J., Malejky-Kłusek, N., Solarz, K., Pawełczyk, O., Kłyś, M., Izdebska, A., Maślanko, W., & Asman, M. (2023). The Identification of Potential Immunogenic Antigens in Particular Active Developmental Stages of the Rice Weevil (Sitophilus oryzae). International Journal of Environmental Research and Public Health, 20(5), 3917. https://doi.org/10.3390/ijerph20053917

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Eka Amira Yasien
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us