Si Raja Tak Bermahkota, 11 Fakta Kehidupan Konfusius

Dari kehilangan orang terkasih hingga pertentangan ajarannya

Filsuf dan guru China kuno Konfusius, diyakini hidup antara tahun 551-479 SM, menurut Stanford Dictionary of Philosophy, tetapi gagasan-gagasannya membentuk masyarakat China sampai hari ini. Konfusius adalah bentuk Latin dari nama keluarganya, K'ung, dan kata China untuk Guru, ia hidup dengan sederhana dan berjuang dengan ide-idenya untuk membangkitkan kembali Cina klasik yang idealis.

Konsep saling menghormati, ritual, dan disiplin, berdampak pada masyarakat Tionghoa pada zamannya. Tetapi menurut National Geographic, ketika filosofi Konfusius disebarluaskan ke seluruh Tiongkok setelah kematiannya, ia akhirnya mewariskan gelar kehormatan yang sesuai dengan pengaruh budayanya yang sangat besar — ​​"The Uncrown King". Lalu bagaimana perjuangan seorang Konfusius dalam menggapai kehormatan itu? 

1. Konfusius terlahir dalam strata sosial keluarga kelas menengah bawah

https://www.youtube.com/embed/qaFDr11g4Rg

Sumber-sumber kehidupan Konfusius disusun ratusan tahun setelah kematian Konfusius, yakni sebuah teks oleh penulis sejarah Ssu-ma Ch'ien, yang lahir sekitar 300 tahun setelahnya. Karena Konfusius meninggal pada tahun 145 SM, menurut Encyclopedia of World Biography. 

Menurut Ssu-ma Ch'ien, Konfusius adalah keturunan dari cabang keluarga kerajaan Shang, dinasti (keluarga penguasa) yang memerintah Cina sebelum Chou, dan sebuah dinasti yang memerintah Tiongkok sekitar 1122 SM hingga 221 SM. Keluarganya, K'ung, pindah ke negara bagian kecil Lu, yang terletak di provinsi modern Shantung di timur laut Tiongkok.

Terlepas dari garis keturunannya yang terkenal, pada saat kelahiran Konfusius, keluarganya kehilangan kebangsawanan leluhur mereka. Cina feodal dibagi menjadi hierarki strata sosial yang ketat, dan K'ung akhirnya menjadi bagian dari "Shi", kelompok kelas menengah bawah di antara bangsawan dan "rakyat biasa".

2. Lahirnya Konfusius dan kematian ayahnya

Si Raja Tak Bermahkota, 11 Fakta Kehidupan KonfusiusShu-liang He, anak dan istrinya. (youtube.com/Timeline)

Ayah dari Konfusius disebutkan dalam kronik sebagai Shu-liang He (juga terdaftar dari K'ung atau Kong He). Dia, menurut Britannica, adalah seorang prajurit veteran Lu yang telah membela negara selama China berada di periode peperangan. Namun, di awal tahun 60-an, kehidupan keluarganya kacau balau—dia tidak memiliki seorang putra yang memenuhi syarat untuk meneruskan nama keluarga. 

Shu-liang sudah menikah selama beberapa dekade sebelum kelahiran Konfusius. Beberapa sumber, termasuk Britannica, mengklaim bahwa Shu-liang memiliki sembilan putri, serta satu putra. Namun, menurut catatan, putra satu-satunya cacat (dengan kaki pengkor), yang tidak masuk dalam persyaratan. 

Shu-liang He menceraikan istrinya dan menikah lagi, kali ini dengan seorang remaja, Yan Zhengzai, putri bungsu dari keluarga tetangga.  Menurut Timeline, kedua pengantin baru itu pergi ke gunung suci terdekat untuk berdoa dan meminta seorang putra, lalu 9 bulan kemudian, Konfusius lahir. Tetapi ketika Konfusius baru berusia 3 tahun, ayahnya, Shu-liang He, meninggal, sebuah bencana bagi keluarga barunya.

3. Ibu Konfusius berjuang membesarkan anaknya dan menanamkan nilai kebaikan

Si Raja Tak Bermahkota, 11 Fakta Kehidupan KonfusiusIbu Konfusius membesarkan putranya menjadi orang yang kuat dan benar. (blog.talkinglearn.com)

Setelah kematian Shu-liang He, Yan Zhengzai membesarkan bayi laki-lakinya sendirian tanpa suami yang menafkahinya. Dia dan Konfusius pun hidup dalam kemiskinan. Britannica merujuk bagian dari teks Konfusius yang paling terkenal, Analects, karena latar belakangnya, Konfusius menjalani hari-harinya dengan penuh kerja keras.

Sementara itu, ibu Konfusius yang penuh kasih sayang, menanamkan kepada anaknya untuk terus belajar dan mencari kebijaksanaan, seperti yang dilansir Biography Online

Menurut Taiwan Today, saat remaja, ibunya meninggal di usia yang belum genap 40 tahun. Kepergian ibunya memberikan duka teramat dalam bagi Konfusius. Tulisan-tulisannya pun membahas tentang pentingnya menghormati orang tua.

Baca Juga: 6 Fakta Seputar Caligula, Kaisar Romawi Gila yang Terobsesi Jadi Dewa

4. Konfusius menikah saat masih remaja

Si Raja Tak Bermahkota, 11 Fakta Kehidupan KonfusiusIlustrasi Konfusius dan seorang wanita. (quora.com)

Setelah kematian ibunya Yan Zhengzai, Konfusius terus berduka selama tiga tahun, ia tahu betul pengorbanan yang telah dilakukan ibunya. Menurut Biography Online, selama masa berkabung inilah Konfusius mulai mengumpulkan gagasan-gagasan yang akhirnya berkembang menjadi filosofi etikanya, yang sekarang kita kenal sebagai Konfusianisme. 

Sekitar tahun 533 SM, menurut BrownBeat, Konfusius saat masih remaja menikah dengan seorang wanita bernama Qiguan Shi, yang langsung dianugerahi seorang putra. Dia diklaim memiliki dua anak perempuan, meskipun satunya telah meninggal saat masih bayi, tetapi hal ini masih diperdebatkan.

Namun, BrownBeat juga mencatat bahwa pernikahannya itu tidak bahagia yang diungkapkan dalam bukunya Analects: "Perempuan dan pelayan sulit untuk dihadapi: jika Anda terlalu dekat dengan mereka, mereka menjadi tidak sopan; jika Anda terlalu jauh, mereka membencinya." 

5. Konfusius bekerja keras untuk memenuhi syarat menjadi pejabat pemerintah

Si Raja Tak Bermahkota, 11 Fakta Kehidupan Konfusiusadegan dalam film Confucius (factinate.com)

Meskipun legenda mengatakan bahwa Konfusius sangat cerdas dan rajin belajar sejak masih kecil berkat pengaruh ibunya, jalan hidupnya — masih jauh dari harapan . Sebagai anggota kelas "Shi" — yang digambarkan Konfusius sebagai kelompok "miskin dan berasal dari kedudukan yang rendah", menurut Britannica – ia pun membuktikan diri dengan bergabung menjadi pejabat pemerintah.  

Konfusius bertugas mengelola lumbung negara dan memelihara ternak, seperti yang dilansir Stanford Encyclopedia of Philosophy. Konfusius juga terus membaca, belajar, dan mengembangkan ide-idenya.

6. Gagasan-gagasan Konfusius dalam jabatannya

Si Raja Tak Bermahkota, 11 Fakta Kehidupan KonfusiusKonfusius (americanaffairsjournal.org)

Diyakini bahwa sekitar sepuluh tahun setelah memulai kehidupannya di Lu, Konfusius membuka sekolah dan mulai mengajarkan gagasan-gagasannya, terutama konsep "Li", yang menurut Britannica, sering diterjemahkan sebagai 'ritual', 'perilaku yang baik', atau 'kepatuhan'. Konfusianisme ini menjadi peran dan institusi sosial formal.  

Pada saat yang sama, Konfusius menjabat sebagai walikota Chung-foo, dan jabatannya naik menjadi menteri kehakiman negara bagian Lu. Ia menerapkan ide-idenya dalam pemerintahan untuk menangani kejahatan dan juga memberikan nasihat tentang masalah diplomatik, di mana ritual ini membentuk rasa saling menghormati, yang sebelumnya dilanda permusuhan.

Menurut Global Security, "Penguasa negara bagian, Adipati Ting, terkesan dengan ajaran Konfusius, ini mempengaruhi pemerintahannya dan nasib rakyatnya."

7. Ajaran Konfusius yang perlahan tersingkirkan

Si Raja Tak Bermahkota, 11 Fakta Kehidupan KonfusiusKonfusius terjun ke dunia politik, dan diangkat menjadi gubernur sebuah kota di negara bagian Lu. Dia menjadi "Minister of Crime". (timetoast.com)

Meskipun ajaran Konfusius membantu membawa negaranya ke tingkat kemakmuran, gejolak politik terus berkobar antara negara bagian Lu dan para pesaingnya. Mereka merasa terancam oleh kebangkitan negara di bawah bimbingan Konfusius, seperti dikutip Timeline. Beberapa sumber akademis mengintegrasikan peristiwa tersebut sebagai bagian dari perjuangan politik yang rumit—menurut Britannica

Menurut Taiwan Today, negara saingan Qu memberikan hadiah kepada Adipati Lu berupa 80 gadis tercantik dan 120 kuda terbaiknya. Adipati menerima hadiah tersebut dan mulai mengabaikan tugasnya, dan membagikan hadiahnya dengan menterinya.

Tingkah laku Adipati sangat bertentangan dengan konsep Li sehingga Konfusius berjuang untuk menanamkan ajarannya kepada para gubernur negara bagiannya. Setelah gagal membuat Adipati kembali ke istana, Konfusius, menduga bahwa Lu akan jatuh ke dalam kehancuran sebagai akibatnya. 

8. Perjalanan Konfusius selama 14 tahun

Si Raja Tak Bermahkota, 11 Fakta Kehidupan KonfusiusKonfusius mengundurkan diri dari pemerintahan Lu dan melakukan perjalanan ke timur laut dan Cina tengah untuk menyampaikan keyakinan politiknya pada 497 SM. (timetoast.com)

Konfusius dan murid-murid terdekatnya meninggalkan Lu ke negara bagian Wei di bagian timur sekitar tahun 497 SM, menurut China 360. Meskipun Adipati Ding dari Wei tidak memiliki reputasi yang baik, Konfusius menjabat di bawahnya, tetapi meninggalkan dinasnya ketika adipati meminta nasihat tentang militer daripada masalah ritual, seperti dilansir Encyclopedia.com.

Konfusius dan murid-muridnya melakukan perjalanan secara ekstensif di sekitar negara-kota di Cina timur, menyebarkan gagasan-gagasannya. Namun, harus diingat bahwa ide-ide Konfusius sangat subversif di zaman feodal masa Konfusius. 

Seperti yang dinyatakan Britannica, Konfusius dan para pengikutnya menantang asumsi dan membenarkan hierarki sosial yang ada. Ajaran Konfusius menyatakan bahwa kemampuan dan kekuatan karakter harus menjadi tolok ukur nilai seseorang, dan pria berpangkat bangsawan, harus dicabut gelar dan hak istimewanya karena ketidakmampuan dan kecerobohan moral mereka. 

Tidak mengherankan, banyak dari mereka yang berkuasa enggan untuk menerima sistem pemikiran yang dianggap bisa merusak kekuasaan dan kekayaan warisan mereka sendiri, dan meskipun Konfusius terus menerima banyak pengikut dan murid selama ini, dia tetap menjadi tokoh kontroversial.

9. Konfusius nyaris dibunuh dan hampir dipenjara

Si Raja Tak Bermahkota, 11 Fakta Kehidupan Konfusiusrencana pembunuhan Konfusius (people.reed.edu)

Perjalanan selama 14 tahun untuk menyebarkan ide-ide subversif, bukanlah hal yang mudah. Apalagi, kesulitan Konfusius ditambah karena peran politiknya di masa lalu. Di negara bagian Song, misi Konfusius hampir membawa malapetaka bagi dirinya. 

Menurut BrownBeat, pemimpin militer negara bagian itu adalah sosok yang sangat ambisius bernama Huan Tui. Ia menganggap bahwa kedatangan Konfusius merupakan ancaman bagi akumulasi kekuatan politiknya yang sedang berlangsung. Huan Tui bersekongkol untuk membunuh Konfusius selama pertemuannya dengan Adipati Song.

Huan memerintahkan bawahannya untuk menebang pohon agar menimpa Konfusius dan murid-muridnya. Tetapi mereka gagal dan berhasil melarikan diri dari Song dengan melakukan penyamaran. Huan Tui kemudian melakukan pemberontakan melawan Adipati, tetapi gagal, yang pada akhirnya membuatnya diasingkan. 

Dalam insiden lain, Konfusius ditangkap di negara bagian Kuang setelah dikira sebagai penjahat bernama Yang Hu. Namun, Konfusius menghadapi insiden itu dengan sangat tenang, seperti yang dikutip Ancient History Encyclopedia. 

10. Konfusius disambut dengan hangat saat kepulangannya 

Si Raja Tak Bermahkota, 11 Fakta Kehidupan KonfusiusKonfusius kembali dari pengasingannya ke Lu untuk melestarikan dan mengajarkan gagasannya melalui penulisan. (timetoast.com)

Sekitar 484 SM, Konfusius dan murid-muridnya—yang telah berkembang pesat dalam perjalanannya—kembali ke negara asalnya di Lu, menurut China 360, di kampung halaman filsuf Qufu. Menurut Britannica, kronik-kronik tersebut mengklaim bahwa sejumlah pengikut Konfusius mendahuluinya saat kembali ke Lu, dan menduduki jabatan pemerintah serta membuat Konfusius bangga dengan mengikuti ajarannya dalam peran baru mereka dalam pemerintahan. Mereka pun menawarkan undangan terhormat kepada Konfusius agar kembali ke Lu. 

Dalam waktu ini, Konfusius sudah menjadi lelaki tua, kemungkinan besar berusia pertengahan 60-an. Saat dia kembali, dia dipeluk dengan hangat oleh penduduk Lu. Namun, ambisi lama Konfusius dalam jabatan politik telah padam. Britannica justru mengklaim bahwa Konfusius dianggap sebagai "penatua negara bagian", yang memberikan nasihatnya kepada anggota dewan dan menteri negara bagian, sementara pada saat yang sama ia kembali mengajar dan terus mendokumentasikan filosofinya dalam karya-karya seperti Analects.

Tetapi kedamaian dan kepuasan tahun-tahun terakhir Konfusius dihancurkan oleh serangkaian kehilangan yang memilukan. Putra satu-satunya meninggal, murid kesayangannya, Yen Hui, meninggal pada tahun kepulangannya ke Lu, dan pada 480 SM murid lainnya, Tzu-lu, tewas dalam pertempuran. Konfusius merasakan semua kehilangan ini secara mendalam, menurut Encyclopedia of World Biography. 

11. Kematian Konfusius dan ajarannya yang berkembang pesat

Si Raja Tak Bermahkota, 11 Fakta Kehidupan Konfusiuspatung Konfusius terbesar di dunia (scmp.com)

Konfusius meninggal pada 479 SM, di awal 70-an, menurut Philosophers.co.uk. Meskipun, di masa hidupnya, Konfusius berhasil mengajak dan mengajar sejumlah besar murid terkait kebijaksanaan dan filosofi etikanya. Taiwan Today mengklaim bahwa sang guru mungkin telah mengajar lebih dari 3.000 murid selama 40 tahun.

Akan tetapi, ketidakmampuan Konfusius untuk mengintegrasikan ide-idenya ke dalam pemerintahan menjadi penyesalan besar di tahun-tahun berikutnya. Konfusius dimakamkan di Kota Qufu, di mana para pengikutnya tinggal di gubuk di samping makamnya untuk merayakan tiga tahun berkabung atas kehilangan guru mereka. 

Pengikut Konfusius meneruskan warisan guru mereka dan melakukannya dengan sukses selama berabad-abad setelah kematiannya. Namun, seperti dalam hidupnya sendiri, Konfusianisme memiliki musuh.

China 360 memberi tahu bahwa Dinasti Qin, yang menaklukkan sebagian besar China sekitar tahun 221-206 SM, menerapkan "administrasi legalis yang kejam dan membakar teks-teks Konfusianisme serta membunuh para sarjana Konfusianisme," dan hanya selama Dinasti Han Barat yang nama dan gagasan filsuf Konfusius kembali disebarkan. 

Reputasinya terus tumbuh, dengan banyak teks paling penting di China dikaitkan dengannya. Namun demikian, Konfusius tetap menjadi "Raja Tak Bermahkota" bagi masyarakat Tiongkok dan pedoman moral sebuah bangsa yang luas. Meresapi kepercayaan masyarakat dan perilaku miliaran orang yang datang setelahnya.

Baca Juga: 7 Fakta tentang Albert Camus, Sang Filsuf Absurdis dari Prancis

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya