Apa Itu Buah Klimaterik dan Non-Klimaterik? Beda Cara Matangnya!

- Buah klimaterik tetap matang setelah dipetik, seperti pisang, alpukat, mangga, dan tomat. Gas etilen memicu perubahan warna, rasa, dan aroma serta membuat buah lebih manis seiring waktu.
- Buah non-klimaterik harus matang di pohon, seperti jeruk, stroberi, semangka, dan nanas. Proses pematangan berhenti begitu buah lepas dari pohon untuk mendapatkan rasa terbaik.
- Gas etilen sebagai kunci proses pematangan yang berperan penting dalam pengaturan pematangan buah. Buah klimaterik disimpan pada suhu ruang hingga mencapai tingkat kematangan yang diinginkan.
Apakah kamu pernah penasaran mengapa pisang bisa matang dengan sendirinya meski sudah dipetik, sedangkan jeruk tetap segar tanpa berubah rasa? Fenomena ini bukan kebetulan, melainkan hasil dari proses biologis yang berbeda antara buah klimaterik dan non-klimaterik. Keduanya memiliki mekanisme pematangan yang unik dan sangat menentukan rasa, tekstur, serta daya tahannya setelah panen.
Mengetahui perbedaan jenis buah ini tidak hanya penting bagi petani dan pedagang, tetapi juga bagi kamu yang ingin menikmati buah dalam kondisi terbaik. Cara penyimpanan, waktu konsumsi, bahkan tempat menaruhnya bisa memengaruhi seberapa cepat buah matang atau membusuk. Dengan memahami sains di balik pematangan buah, kualitas dan cita rasanya bisa lebih terjaga hingga kamu konsumsi.
1. Buah klimaterik tetap matang setelah dipetik

Buah klimaterik memiliki kemampuan untuk terus matang meskipun sudah lepas dari tangkainya. Hal ini terjadi karena peningkatan produksi gas etilen, yaitu hormon alami tumbuhan yang memicu perubahan warna, rasa, dan aroma. Contoh buah dalam kategori ini antara lain pisang, alpukat, mangga, dan tomat. Proses ini membuat rasa buah menjadi lebih manis seiring waktu karena pati diubah menjadi gula.
Namun, kemampuan ini juga membuat buah klimaterik lebih mudah membusuk jika tidak disimpan dengan benar. Gas etilen dapat menyebar dan memengaruhi buah lain di sekitarnya, mempercepat proses pematangan secara berlebihan. Oleh karena itu, buah klimaterik sebaiknya disimpan terpisah dan pada suhu yang sesuai agar tetap segar lebih lama.
2. Buah non-klimaterik harus matang di pohon

Berbeda dengan buah klimaterik, buah non-klimaterik tidak mengalami peningkatan produksi etilen setelah dipetik. Artinya, proses pematangan berhenti begitu buah lepas dari pohon. Buah seperti jeruk, stroberi, semangka, dan nanas termasuk dalam kelompok ini. Oleh karena itu, buah non-klimaterik perlu dipanen dalam kondisi matang sempurna untuk mendapatkan rasa terbaik.
Jika buah jenis ini dipetik terlalu awal, rasanya akan cenderung asam dan teksturnya tidak lembut. Tidak seperti pisang yang bisa matang di meja dapur, stroberi justru akan cepat rusak tanpa ada perubahan rasa berarti. Inilah alasan mengapa pengangkutan dan penyimpanan buah non-klimaterik membutuhkan perlakuan ekstra hati-hati agar tidak cepat layu.
3. Gas etilen sebagai kunci proses pematangan

Gas etilen merupakan senyawa alami yang berperan penting dalam pengaturan pematangan buah. Pada buah klimaterik, kadar etilen meningkat tajam menjelang matang, memicu aktivitas enzim yang mengubah tekstur, warna, dan aroma. Proses ini menjelaskan mengapa alpukat yang keras bisa menjadi lembut dan manis setelah beberapa hari disimpan.
Sebaliknya, pada buah non-klimaterik, reaksi terhadap etilen jauh lebih lemah. Karena itu, meskipun buah ini disimpan bersama buah klimaterik, tingkat kematangannya tidak akan berubah signifikan. Dalam industri pertanian, gas etilen sering digunakan secara terkendali untuk mempercepat pematangan buah agar seragam sebelum dipasarkan.
4. Cara menyimpan buah sesuai jenisnya

Mengetahui jenis buah sangat membantu kita dalam menentukan cara penyimpanan yang tepat. Buah klimaterik lebih baik disimpan pada suhu ruang hingga mencapai tingkat kematangan yang diinginkan, kemudian baru dipindahkan ke tempat yang lebih dingin. Sebaliknya, buah non-klimaterik seperti anggur dan jeruk sebaiknya langsung disimpan di lemari pendingin agar tetap segar dan tahan lama.
Kombinasi penyimpanan yang salah dapat mempercepat pembusukan. Misalnya, menyimpan pisang bersama apel bisa mempercepat keduanya matang berlebihan karena keduanya menghasilkan banyak etilen. Dengan mengenali karakter buah, penyimpanan bisa dilakukan secara cerdas untuk menjaga cita rasa dan kualitasnya lebih lama.
Penting untuk memahami perbedaan antara buah klimaterik dan non-klimaterik. Dengan begitu, kita dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam memilih, menyimpan, dan mengonsumsi buah. Buah yang matang dengan baik akan terasa lebih segar dan memberikan gizi yang optimal.


















