Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa yang Dimaksud dengan Erupsi Gunung?

Erupsi gunung berapi
gambar erupsi gunung berapi (unsplash.com/Yosh Ginsu)

Masyarakat Indonesia kembali dikejutkan dengan berita erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Rabu (19/11/2025) kemarin. Sebetulnya erupsi ini bukan yang pertama kalinya bagi Gunung Semeru. Pasalnya sejak tahun 2021 lalu, gunung tertinggi di Jawa Timur ini memang kerap kali erupsi dan melontarkan awan panas sejauh beberapa kilometer.

Erupsi gunung sendiri sebetulnya bukan bencana yang asing bagi orang Indonesia. Mengingat Indonesia sendiri termasuk salah satu negara yang berada di wilayah Ring of Fire, kita memiliki banyak gunung berapi aktif yang bisa erupsi kapan aja. Namun sebetulnya apa, sih, erupsi gunung itu dan seberapa bahaya ketika hal itu terjadi? Berikut penjelasannya!

1. Apa yang dimaksud dengan erupsi gunung?

Erupsi gunung berapi
gambar erupsi gunung berapi (unsplash.com/Piermanuele Sberni)

Kita pasti pernah menyaksikan berita mengenai erupsi gunung berapi lewat televisi. Dilansir Britannica, erupsi gunung sendiri merupakan proses terjadinya pelepasan magma, pecahan batuan panas, hingga gas yang keluar melalui celah permukaan Bumi. Jadi meski permukaan Bumi kita ini memiliki suhu yang bersahabat, area yang berada di bawah permukaan seperti mantel dan kerak Bumi justru memiliki suhu yang luar biasa tinggi. 

Suhu yang sangat panas menyebabkan batuan mencair dan berubah menjadi magma. Nah karena bentuknya yang cair, magma dapat mengalir dan berkumpul di satu tempat bernama dapur magma yang berlokasi tepat di bawah gunung berapi. Seiring waktu, magma dan gas yang terkumpul menyebabkan tekanan hebat hingga memicu terjadinya pelepasan, yang diiringi dengan ledakan dahsyat dari celah gunung. Magma yang mengalir keluar saat erupsi dikenal dengan istilah lava. Selain lava, gak jarang erupsi gunung juga meluncurkan awan panas yang bergerak hingga beberapa kilometer jauhnya.

2. Erupsi gunung terbagi menjadi dua jenis

Erupsi efusif yang terjadi pada gunung berapi
gambar erupsi efusif yang terjadi pada gunung berapi (unsplash.com/Tetiana GRY)

Sekilas semua erupsi gunung terlihat sama aja. Namun dilansir British Geological Survey, erupsi gunung ternyata terbagi menjadi dua jenis yakni erupsi eksplosif dan efusif. Erupsi eksplosif terjadi ketika magma yang lebih kental mencapai permukaan. Hal ini membuat gas gak bisa keluar, memicu terjadinya tekanan, dan berakhir dengan ledakan besar gas. Saking besarnya, erupsi eksplosif bisa melontarkan batuan panas dan lava setinggi beberapa meter ke udara. 

Sedangkan erupsi efusif hanya terjadi jika magma yang keluar dari celah Bumi lebih encer. Selain lebih encer, magma yang keluar dari erupsi efusif ini juga memiliki suhu yang mencapai 1200 derajat Celsius atau bahkan lebih panas dari itu. Alih-alih menyebabkan lontaran batuan panas ke udara, magma yang lebih encer ini akan menuruni lereng dan membentuk gunung api perisai yang landai.

3. Seberapa berbahaya erupsi gunung?

Kaldera hasil letusan Gunung Tambora tahun 1815
gambar kaldera hasil letusan Gunung Tambora tahun 1815 (commons.m.wikimedia.org/Jialiang Gao)

Gak bisa dimungkiri jika erupsi gunung terutama erupsi eksplosif sangatlah berbahaya. Erupsi gunung sendiri sering kali diawali dengan gempa besar yang merusak bangunan dan pemukiman terdekat. Ketika erupsi itu akhirnya terjadi, lava dan awan panas yang menuruni lereng dengan cepat akan menyebabkan kebakaran hutan. Belum lagi abu vulkanik yang dapat dengan mudah menyebar hingga ratusan mil lewat udara, dan menyebabkan terjadinya sejumlah masalah pernapasan. Dalam kasus yang lebih parah, erupsi gunung berapi bahkan bisa memicu bencana global seperti yang terjadi pada tahun 1816, tepat satu tahun setelah Gunung Tambora erupsi.

Dilansir Britannica, Gunung Tambora dulunya merupakan gunung api berketinggian 4.300 mdpl. Pada tanggal 10 April 1815, gunung ini mengalami erupsi yang luar biasa mengerikan. Gak hanya menyebabkan tsunami dan menewaskan 10.000 penduduk di Pulau Sumbawa, erupsi Gunung Tambora juga melontarkan 60 megaton sulfur ke atmosfer. Akibatnya sinar matahari gak bisa mencapai permukaan Bumi, dan membuat suhu rata-rata global turun hingga 3 derajat Celsius. Di tahun 1816, orang-orang di Eropa dan Amerika mengalami “Tahun Tanpa Musim Panas”, menyebabkan kelaparan dan sejumlah besar wabah penyakit.

Erupsi gunung memang merupakan salah satu bencana mengerikan. Kabar baiknya, dengan teknologi saat ini, kerusakan yang diakibatkan oleh erupsi gunung bisa ditanggulangi. Namun tetap aja kita gak boleh kehilangan kewaspadaan, terutama jika kita tinggal di lereng gunung berapi yang statusnya memang masih aktif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Science

See More

7 Fakta Unik Bubut Besar, Burung Sangar yang Bermanfaat bagi Petani

21 Nov 2025, 11:06 WIBScience