Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Abu Erupsi Gunung Berapi Berbahaya jika Dihirup Manusia?

potret Gunung Semeru saat mengalami erupsi
potret Gunung Semeru saat mengalami erupsi (commons.wikimedia.org/M Rietze)
Intinya sih...
  • Abu vulkanik sangat berbahaya bagi manusia, terutama saat terhirup secara langsung.
  • Dampak jangka pendek abu vulkanik meliputi iritasi pada sistem pernapasan, mata, dan kulit.
  • Dampak jangka panjang abu vulkanik dapat menyebabkan penyakit serius, seperti silikosis.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rabu (19/11/2025) kemarin, gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru, mengalami erupsi yang menggemparkan masyarakat Jawa Timur dan sekitarnya. Berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gunung setinggi 3.676 meter ini memuntahkan sejumlah material vulkanik secara luas sejak pukul 14.30 WIB. Karena itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah memberi imbauan bagi masyarakat agar segera menjauh dari Gunung Semeru, setidaknya dalam radius 500 meter dari Sungai Besuk Kobokan.

Salah satu material vulkanik yang paling banyak memengaruhi lingkungan dan manusia dari erupsi Gunung Semeru adalah abu vulkanik. Material yang satu ini dapat disemburkan sampai ketinggian beberapa km dan menyebar ke segala arah dalam radius belasan atau puluhan km, yang akan terlihat seperti kumpulan awan di langit. Abu vulkanik berasal batuan bernama tefra yang dibagi atas tiga kategori, yakni abu dengan ukuran kurang dari 2 mm, lapili dengan ukuran 2—64 mm, dan bom vulkanik dengan ukuran lebih dari 64 mm.

Karena ukurannya yang kecil dan sangat banyak, abu vulkanik dapat membentuk semacam awan panas yang diberi nama wedhus gembel dalam bahasa Jawa. Daerah yang dilintasi awan panas  sudah pasti akan berubah jadi serbaabu-abu saking banyaknya material vulkanik yang jatuh. Ini pun langsung melumpuhkan aktivitas masyarakat. Nah, sekarang, kita masuk pada pertanyaan utama, apakah abu vulkanik yang sangat kecil itu dapat membahayakan jiwa kita kalau dihirup secara langsung? Yuk, kita cari tahu jawabannya dalam pembahasan berikut ini!

Abu vulkanik jelas sangat berbahaya bagi manusia

abu vulkanik yang terlihat lebih halus dari debu
abu vulkanik yang terlihat lebih halus dari debu (commons.wikimedia.org/David E. Wieprecht)

Mengingat ukurannya yang sangat kecil, abu vulkanik sangat mudah masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara sengaja ataupun tidak. Proses masuknya abu ke tubuh utamanya terjadi ketika kita bernapas di sekitar guguran awan panas. Dilansir US Centers for Disease Control and Prevention (CDC), awan panas tak hanya membawa material abu vulkanik, tetapi juga sederet gas berbahaya, misalnya karbon dioksida, sulfur dioksida, hidrogen klorida, hidrogen sulfida, radon, hidrogen fluorida, dan asam sulfat.

Kalau partikel abu maupun gas itu masuk ke dalam tubuh, jelas ada berbagai bahaya yang mengintai manusia. Seramnya, bahaya itu bisa terjadi dalam jangka waktu singkat ataupun panjang, tergantung seberapa lama seseorang terpapar abu vulkanik. Untuk lebih lengkapnya, kita akan bahas dampak negatif dari abu vulkanik bagi tubuh manusia.

1. Dampak jangka pendek

warga membersihkan sisa abu vulkanik
warga membersihkan sisa abu vulkanik (commons.wikimedia.org/Crisco 1492)

The International Volcanic Health Hazard Network (IVHHN) menyebut kalau secara mendasar ada tiga bagian tubuh manusia yang bisa merasakan dampak langsung dari abu vulkanik, yakni sistem pernapasan, mata, dan kulit. Efek jangka pendek pada sistem pernapasan itu terdiri atas iritasi pada hidung dan tenggorokan sampai membuat hidung berair, batuk kering, batuk berdahak, mengi, sesak napas, sampai kesulitan bernapas. Risiko jangka pendek ini semakin besar kemungkinan munculnya pada orang yang sudah punya penyakit pernapasan sebelumnya, seperti asma atau bronkitis.

Kemudian, untuk masalah penglihatan alias mata, dampak jangka pendek yang umum dirasakan ialah kesulitan melihat, iritasi, gatal-gatal, sampai sensasi tidak nyaman akibat partikel asing yang masuk ke dalam mata. Kalau terus terpapar dalam waktu panjang, dampak jangka pendek akan semakin meluas. Sebagai contoh, terjadi goresan pada kornea, peradangan kantung konjungtiva, sampai sensasi terbakar karena panas dari abu vulkanik.

Dibandingkan dengan sistem pernapasan dan indra penglihatan, dampak yang ditimbulkan abu vulkanik pada kulit itu sebenarnya lebih jarang dan sangat spesifik. Namun, tetap saja itu perlu mendapat perhatian serius, sebut saja masalah iritasi kulit, gatal-gatal, sampai infeksi sekunder dari garukan akibat rasa gatal dari abu vulkanik. Dampak tersebut paling mungkin muncul pada orang-orang yang punya kulit supersensitif.

2. Dampak jangka panjang

potret udara desa yang tertutup abu vulkanik
potret udara desa yang tertutup abu vulkanik (commons.wikimedia.org/Indonesian National Board for Disaster Management)

Untuk dampak jangka panjang dari abu vulkanik, ada kondisi yang terbilang spesifik sebelum dampak itu benar-benar terjadi. Seperti yang disinggung sebelumnya, orang-orang dengan penyakit bawaan punya potensi terpapar sederet dampak dari paparan abu vulkanik sekaligus mengalami dampak jangka panjang. Selain itu, partikel abu vulkanik yang memang berbahaya bagi tubuh manusia kalau dihirup dan masuk sistem pernapasan.

Dilansir United States Geological Survey (USGS), rata-rata ukuran partikel abu vulkanik itu sudah sangat kecil sehingga sangat mungkin menempel pada saluran pernapasan. Makin kecil partikel itu, semakin dalam pula letaknya menempel di paru-paru. Partikel kecil yang tertinggal itu menghasilkan berbagai masalah bagi pernapasan, mulai dari iritasi kalau tersangkut di tenggorokan sampai eksaserbasi penyakit asma dan bronkitis kalau tersangkut di paru-paru.

Di antara banyaknya partikel halus dari abu vulkanik, ada satu jenis yang harus diwaspadai: silika kristalin atau silikon dioksida (SiO2). Kalau sampai masuk ke dalam paru-paru, partikel ini mampu memicu penyakit bernama silikosis, sejenis penyakit yang merusak jaringan parut di paru-paru dan mengganggu fungsinya. Seramnya lagi, sampai saat ini tak ada obat untuk menyembuhkan silikosis. Hanya ada perawatan yang berfokus pada mengurangi gejala yang muncul, semisal batuk, demam, nyeri dada, dan sulit bernapas.

Lindungi diri dari abu vulkanik dengan cara berikut ini!

Petugas berwenang sedang melakukan pengamanan sekaligus evakuasi dari masyarakat yang terdampak erupsi gunung.
Petugas berwenang sedang melakukan pengamanan sekaligus evakuasi dari masyarakat yang terdampak erupsi gunung. (commons.wikimedia.org/Indonesian National Board for Disaster Management)

Mau itu dampak jangka pendek maupun panjang, terpapar abu vulkanik jelas bukan sesuatu yang baik bagi kita. Kalau sedang berada di zona aman, jangan sampai membahayakan diri dengan menghampiri zona merah yang sudah ditetapkan lembaga penanggulangan bencana setempat. Namun, tentunya orang-orang yang tinggal dengan dengan gunung api sangat rentan terpapar abu vulkanik, terutama ketika ingin mengungsi. Untuk itu, ada beberapa langkah yang disebutkan CDC agar tubuh lebih terlindung dari abu vulkanik:

  • Kalau terjebak di dalam rumah, tutup semua ventilasi udara maupun celah di rumah agar abu vulkanik tidak masuk ke dalam.

  • Tutup saluran pernapasan dengan masker khusus, gunakan kacamata keselamatan, dan baju yang menutup seluruh kulit kalau terpaksa pergi ke luar ruangan.

  • Bergeraklah di antara tempat-tempat yang belum dijatuhi atau tertutup abu vulkanik guna meminimalkan paparan.

  • Persiapan obat-obatan khusus jika punya penyakit bawaan, terutama yang berkaitan dengan pernapasan.

Selain persiapan pribadi, hal paling penting tentunya ialah mendengarkan segala imbauan, peringatan, dan perintah dari lembaga penanggulangan bencana. BASARNAS, TNI dan Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta berbagai lembaga terkait pasti akan selalu memberikan informasi terkini terkait erupsi gunung api, seperti yang sedang terjadi di Gunung Semeru saat ini. Biasanya, mereka pun sembari menyediakan lokasi pengungsian yang aman. Jangan mengambil risiko untuk bertahan di rumah kalau daerahmu masuk dalam zona merah, ya!

Referensi
"Health Effects of Volcanic Air Pollution". US Centers for Disease Control and Prevention. Diakses November 2025.
"Health impacts of volcanic ash". The International Volcanic Health Hazard Network. Diakses November 2025.
"Volcanic Ashfall Impact". United States Geological Survey. Diakses November 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Health

See More

[QUIZ] Tes Buta Warna, Uji Kepekaan Matamu dengan Menebak Gambar Ini

20 Nov 2025, 16:15 WIBHealth