Sumber Referensi :
Cruz, M. S., Dornbusch, P. T., Rosa, B. M. A., & Schade, J. (2022). Effects of orthochlorobenzalmalononitrile on horses used in Public Security. Arquivo Brasileiro de Medicina Veterinária e Zootecnia, 74(2), 219-224.
Andrews, R. D. (1964). Effects of tear gas on some mammals. Journal of Mammalogy, 45(2), 321-321.
Setyanjana, A. Y. (2024, March). Literature Review: Effect of Exposure to Weapon Tear Gases CN, CS, and OC on Toxicity. In Proceeding International Conference on Religion, Science and Education (Vol. 3, pp. 615-623).
Hill, A. R., Silverberg, N. B., Mayorga, D., & Baldwin, H. E. (2000). Medical hazards of the tear gas CS A case of persistent, multisystem, hypersensitivity reaction and review of the literature. Medicine, 79(4), 234-240.
Worthington, E., & Nee, P. A. (1999). CS exposure--clinical effects and management. Emergency Medicine Journal, 16(3), 168-170.
Committee on Acute Exposure Guideline Levels, & National Research Council. (2014). Tear Gas (CS). In Acute Exposure Guideline Levels for Selected Airborne Chemicals: Volume 16. National Academies Press (US).
Rothenberg, C., Achanta, S., Svendsen, E. R., & Jordt, S. E. (2016). Tear gas: an epidemiological and mechanistic reassessment. Annals of the New York Academy of Sciences, 1378(1), 96-107.
Bowles, A. E. (1995). Responses of wildlife to noise. Wildlife and recreationists: Coexistence through management and research, 109-156.
Arcangeli, G., Lulli, L. G., Traversini, V., De Sio, S., Cannizzaro, E., Galea, R. P., & Mucci, N. (2022). Neurobehavioral alterations from noise exposure in animals: a systematic review. International journal of environmental research and public health, 20(1), 591.
Pinheiro, A. V., Petrucci, G. N., Dourado, A., Silva, F., & Pires, I. (2024). Pain Management in Animals with Oncological Disease: Opioids as Influencers of Immune and Tumor Cellular Balance. Cancers, 16(17), 3015.
Kadohisa, M. (2013). Effects of odor on emotion, with implications. Frontiers in systems neuroscience, 7, 66.
Apa yang Terjadi pada Hewan Jika Terpapar Gas Air Mata?
- Gas air mata menyebabkan iritasi pada mata dan hidung hewan
- Hewan yang terpapar gas air mata mengalami gangguan pernapasan yang mengancam nyawa
- Paparan gas air mata juga meninggalkan dampak psikologis dan potensi kerusakan organ dalam jangka panjang pada hewan
Gas air mata sering kali kita dengar dalam konteks kerusuhan atau pengendalian massa, tapi jarang yang membicarakan dampaknya pada makhluk hidup lain, termasuk hewan. Padahal, mereka yang tak mengerti apa-apa bisa ikut menjadi korban paparan bahan kimia ini. Pertanyaannya, bagaimana nasib hewan jika terjebak di area penuh gas air mata? Yuk, kita bahas lewat poin-poin berikut!
1. Iritasi pada mata dan hidung yang menyakitkan

Gas air mata mengandung senyawa kimia seperti CS (chlorobenzylidene malononitrile) yang terkenal sangat menyengat. Pada hewan, kontak pertama biasanya menyerang mata dan hidung karena itu bagian paling terbuka. Hewan yang terpapar akan menunjukkan tanda seperti mata berair, hidung berliur, hingga bersin tak terkendali. Respons ini adalah refleks alami tubuh untuk mencoba mengusir zat asing yang masuk. Namun, bagi hewan, rasa perih itu bisa sangat menyiksa.
Menariknya, sebuah penelitian pada kuda menunjukkan hasil yang berbeda. Dalam uji coba tersebut, kuda yang terpapar gas CS tidak menunjukkan kelainan klinis, baik dalam 30 menit setelah paparan maupun hingga 24 jam berikutnya. Hasil ini menegaskan bahwa tingkat kepekaan terhadap gas air mata bisa sangat berbeda antara satu spesies dengan spesies lain. Meski demikian, pada hewan dengan mata lebih sensitif seperti anjing dan kucing, risiko iritasi parah hingga kerusakan permanen pada kornea tetap tidak bisa diabaikan.
2. Gangguan pernapasan yang mengancam nyawa

Selain menyerang indera, gas air mata juga sangat cepat masuk ke saluran pernapasan. Hewan yang terpapar biasanya akan batuk, terengah-engah, atau bahkan tersedak karena paru-parunya teriritasi. Pada beberapa kasus, mereka bisa jatuh lemas karena tidak mendapatkan cukup oksigen. Efek ini sangat berbahaya terutama bagi hewan kecil seperti burung atau tikus.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa paparan gas air mata dapat meningkatkan risiko edema paru, yaitu kondisi ketika paru-paru dipenuhi cairan. Bagi hewan, hal ini bisa berujung pada mati lemas dalam waktu singkat. Bayangkan seekor anjing yang sedang berlari di jalan lalu tiba-tiba terjebak awan gas kimia—ia bisa panik dan kehabisan napas dalam hitungan menit. Artinya, gas air mata bukan hanya alat pengendali, tapi juga ancaman nyata bagi nyawa hewan.
3. Stres psikologis dan perubahan perilaku

Tidak hanya tubuh yang disiksa, paparan gas air mata juga bisa meninggalkan dampak psikologis pada hewan. Mereka bisa menjadi lebih agresif karena merasa terancam, atau justru ketakutan dan trauma. Hewan peliharaan misalnya, bisa menolak keluar rumah lagi jika pernah mengalami kejadian menakutkan tersebut.
Mengacu pada berbagai kajian (Bowles, A. E., 1995; Arcangeli, G. dkk., 2022; Pinheiro, A. V. dkk., 2024), bahwa paparan suara keras, bau menyengat, dan rasa sakit dapat membuat sistem saraf hewan terganggu. Akibatnya, mereka kehilangan rasa aman bahkan di lingkungan sehari-hari. Jadi, gas air mata bukan hanya merusak fisik, tapi juga merampas ketenangan psikologis hewan.
4. Potensi kerusakan organ dalam jangka panjang

Paparan gas air mata tidak selalu berhenti pada gejala instan. Jika hewan sering terpapar, zat kimia bisa menumpuk dalam tubuh dan menimbulkan kerusakan organ. Jantung, hati, paru-paru, dan sistem reproduksi adalah bagian yang berisiko tinggi. Hewan liar yang tinggal di area rawan bentrokan manusia berpotensi mengalami kerusakan ini tanpa ada yang menyadari.
Bahan kimia CS diketahui memiliki efek sitotoksik, yaitu merusak sel-sel tubuh hingga tidak bisa berfungsi dengan normal. Pada hewan, hal ini bisa berarti organ vital mereka pelan-pelan gagal bekerja. Dampaknya memang tidak selalu muncul segera, tetapi konsekuensinya bisa jauh lebih berat dibanding gejala awal.
Gas air mata memang dirancang untuk melumpuhkan manusia dalam jangka pendek, tapi efek sampingnya meluas pada makhluk lain yang sama sekali tidak terlibat. Hewan, baik liar maupun peliharaan, tidak punya kemampuan melindungi diri dari ancaman kimia ini. Sebagai manusia, kita punya tanggung jawab untuk lebih peka terhadap dampak dari penggunaan zat berbahaya di ruang publik. Jika gas air mata bisa melukai kita, dampaknya pada hewan bisa lebih parah lagi. Melindungi mereka sama artinya menjaga keseimbangan hidup di sekitar kita, karena hewan juga bagian dari dunia yang kita tempati bersama.