Apa yang Terjadi saat Paus Baru Terpilih? Ini Penjelasannya!

Kabar meninggalnya Paus Fransiskus pada tanggal 21 April 2025 lalu membuat umat Katolik di seluruh dunia berduka. Dikenal sebagai pemimpin yang sederhana dan rendah hati, membuat sosoknya dicintai berbagai kalangan. Di sisi lain, meninggalnya Paus Fransiskus secara otomatis membuat takhta kepausan kosong.
Untuk mengisinya, para pejabat senior gereja Katolik atau kardinal harus memilih paus baru. Proses pemilihan ini sendiri dikenal dengan istilah konklaf. Kira-kira, seperti apa prosesnya dan apa yang terjadi saat paus baru terpilih? Berikut penjelasannya!
1. Paus dipilih dalam proses yang disebut konklaf

Konklaf atau conclave merupakan proses pemilihan paus baru yang dilakukan oleh dewan kardinal elektor, yakni para pendeta senior gereja Katolik yang memiliki hak suara. Proses ini berlangsung antara 15 sampai 20 hari setelah paus sebelumnya meninggal atau mengundurkan diri dan berlangsung selama waktu yang tidak bisa ditentukan. Kadang Papal Conclave hanya memakan waktu selama beberapa hari, tapi bisa juga berlangsung dalam waktu yang lama.
Salah satu konklaf terlama terjadi pada tahun 1268. Setelah meninggalnya Paus Klemens IV, dewan kardinal elektor membutuhkan waktu hingga 3 tahun untuk memilih paus baru. Dimulai pada November 1268, proses tersebut baru selesai pada tanggal 1 September 1268 dengan penetapan Paus Gregory X sebagai paus yang baru.
2. Tidak semua orang bisa mengikuti proses konklaf

Secara formal, sebetulnya gak ada syarat khusus untuk bisa dipilih menjadi paus. Pasalnya, semua pria yang sudah dibaptis bisa aja menjadi kandidat untuk menggantikan paus sebelumnya. Namun mengikuti tradisi gereja Katolik, mayoritas paus biasanya merupakan seorang kardinal.
Menariknya tidak seperti pemilihan kepala negara pada umumnya, tak semua orang bisa berpartisipasi dalam memilih paus ini. Dari 250 kardinal yang ada saat ini, nantinya hanya 120 orang yang berusia di bawah 80 tahun, yang bisa menjadi kardinal elektor dan memberikan suaranya dalam proses konklaf.
3. Selama proses pemilihan, kardinal elektor akan dikunci di Kapel Sistina

Kata conclave atau konklaf diambil dari frasa Bahasa Latin, cum clave yang memiliki arti 'dengan kunci'. Ini karena, ketika konklaf berlangsung, kardinal elektor yang memiliki hak suara akan dikunci di dalam Kapel Sistina. Mereka juga dilarang untuk menonton televisi, membaca surat kabar, atau mendengarkan radio sehingga gak memiliki kontak apa pun dengan dunia luar.
Tradisi mengunci kardinal elektor di dalam ruangan sendiri dimulai sejak abad ke-13. Saat itu, para kardinal elektor kesulitan memilih paus baru setelah meninggalnya Paus Klemens IV. Setelah 3 tahun tanpa paus baru, hakim setempat kehilangan kesabaran. Hakim kemudian mengunci para kardinal elektor dari dunia luar. Untuk menjaga para kardinal elektor tetap sehat, hakim hanya memberi mereka roti dan air dalam jumlah terbatas setiap harinya.
4. Proses pemilihan dilakukan secara rahasia

Gak hanya diputus dari dunia luar, para kardinal elektor juga harus mengambil sumpah untuk memastikan kerahasiaan selama proses konklaf tetap terjaga. Hari konklaf pertama diawali dengan misa, dilanjutkan dengan musyawarah, dan pemungutan suara yang dilakukan di pagi serta sore hari.
Setiap kardinal elektor akan menuliskan nama kardinal yang dipilihnya. Kertas suara kemudian dilipat dua, dan dimasukkan ke dalam guci. Surat suara yang sudah terkumpul lalu dibacakan, dan dicatat oleh dewan pengawas.
Setelah satu putaran selesai, surat akan dibakar hingga menghasilkan asap dan keluar melalui cerobong Kapel Sistina. Asap hitam berarti proses konklaf masih berlangsung, sebaliknya asap putih berarti mereka sudah menemukan paus baru. Proses konklaf biasanya berlangsung dalam beberapa putaran. Seorang kardinal dinyatakan terpilih sebagai paus jika dia mendapatkan minimal 2/3 suara dari seluruh kardinal elektor.
5. Pertanyaannya, apa yang terjadi setelah paus baru terpilih?

Setelah menemukan paus baru, asap putih akan muncul dari cerobong Kapel Sistina. Sementara penganut agama Katolik mulai berkumpul di depan gereja St. Peter’s Basilica, dekan dewan kardinal akan bertanya pada kardinal yang terpilih, apakah dia menerima gelar tersebut. Jika kardinal itu setuju, maka dia akan diminta memilih nama kepausannya.
Para kardinal akan menyatakan ketaatannya pada paus yang baru, lalu membawanya ke Ruang Sakristi Sistina. Ia akan memakai jubah, kopiah putih kecil yang dikenal dengan nama zuchetto, sandal merah, serta mengenakan cincin nelayan sebagai lambang otoritas.
Beberapa anggota kardinal akan berdiri di balkon St. Peter's Basilica dan menyerukan, “Habemus Papam!” yang berarti 'Kita Memiliki Paus Baru!'. Kemudian, mereka akan menyebutkan nama paus yang baru. Tanpa menunggu lama, paus akan muncul di balkon St. Peter's Basilica untuk menyampaikan pidato pertamanya.
Menjadi pemimpin negara sekaligus pemimpin umat Katolik di seluruh dunia, pemilihan paus baru memang gak bisa dilakukan sembarangan. Berbeda dengan pemilihan kepala negara, proses konklaf dilakukan dengan hati-hati dan penuh kerahasiaan. Semua proses juga mengikuti tradisi gereja Katolik, dan sudah dilakukan selama ratusan tahun.