Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Serangga Bisa Mendengar Tanpa Telinga?

fauna-3165625_1920.jpg
ilustrasi belalang sembah (pixabay.com/det-zek)
Intinya sih...
  • Rambut sensorik sebagai alat pendengar
  • Organ timpani di tempat yang tak terduga
  • Mendengar getaran dan suara ultrasonik
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah terpikir bagaimana nyamuk bisa menemukan kita dalam gelap, atau bagaimana jangkrik bisa saling berbalas suara dengan sangat akurat, padahal mereka tidak punya telinga seperti manusia? Fakta uniknya, serangga memang tidak memiliki telinga dalam pengertian umum. Namun, mereka tetap mampu mendeteksi suara, getaran, bahkan gelombang ultrasonik dengan sangat presisi.

Kemampuan mendengar tanpa telinga ini bukanlah sihir, melainkan hasil dari adaptasi evolusi yang luar biasa cerdas. Serangga mengandalkan rambut sensorik, membran getar, serta organ pendengar yang menyatu dengan bagian tubuh lainnya. Semua sistem ini bekerja untuk membantu mereka bertahan hidup, mulai dari mencari pasangan, menghindari predator, hingga berburu mangsa.

1. Rambut sensorik sebagai alat pendengar

Banyak serangga “mendengar” menggunakan rambut-rambut halus yang disebut trichobothria atau sensilla. Rambut ini sangat sensitif terhadap getaran udara yang dihasilkan oleh gelombang suara. Saat udara bergetar, rambut akan ikut bergerak, lalu gerakan ini diubah menjadi sinyal listrik yang dikirim ke sistem saraf.

Nyamuk adalah contoh yang paling terkenal. Antena berbulu lebat pada nyamuk jantan berfungsi sebagai alat pendengar super sensitif. Mereka mampu mendeteksi dengungan sayap nyamuk betina dalam rentang frekuensi sekitar 150–500 Hz, bahkan dari jarak hingga 10 meter. Jauh lebih hebat dari perkiraan lama yang mengira jaraknya hanya beberapa sentimeter. Menariknya, rentang frekuensi ini juga tumpang tindih dengan suara manusia, meskipun nyamuk tetap lebih mengandalkan karbon dioksida untuk menemukan mangsa.

Lalat buah dan beberapa jenis lebah juga menggunakan sistem serupa. Getaran yang mengenai rambut sensorik langsung memicu sinyal saraf tanpa perlu adanya gendang telinga. Ini bukti bahwa evolusi bisa menciptakan sistem pendengaran yang sangat efisien tanpa struktur yang rumit.

2. Organ timpani di tempat yang tak terduga

Sebagian besar serangga yang benar-benar “mendengar” suara udara memiliki organ timpani, yaitu membran tipis pada rangka luar yang bergetar seperti gendang telinga. Uniknya, letak timpani ini berbeda-beda pada setiap serangga.

Jangkrik dan belalang memiliki timpani di kaki depan, tepat di dekat “lutut”. Sementara itu, tonggeret menyimpannya di bagian perut. Yang paling canggih adalah katydid (serangga mirip belalang daun). Mereka memiliki timpani di kaki depan yang dilengkapi pelat keras sebagai penguat getaran, serta tabung berisi cairan dengan sel sensorik yang tersusun berdasarkan frekuensi. Sistem ini sangat mirip dengan versi sederhana dari rumah siput (koklea) pada telinga mamalia.

Suara bisa mencapai timpani melalui jalur luar maupun lewat tabung pernapasan di dalam tubuh. Masuknya suara dari dua jalur yang berbeda ini membantu serangga menentukan arah sumber suara dengan sangat akurat. Berkat kemampuan ini, katydid bisa mendeteksi suara ultrasonik kelelawar, nyanyian pasangan, bahkan menirukan suara serangga lain untuk memancing mangsa.

3. Mendengar getaran dan suara ultrasonik

leafhoppers-4459762_1920.jpg
ilustrasi treehopper (pixabay.com/Francisco Corado Rivera)

Tidak semua serangga mengandalkan suara yang merambat di udara. Ribuan spesies justru peka terhadap getaran pada permukaan, seperti batang tanaman, tanah, atau daun. Getaran ini dirasakan melalui kaki, antena, atau permukaan tubuh.

Contohnya adalah serangga pohon seperti treehopper yang berkomunikasi menggunakan getaran frekuensi rendah. Getaran ini hampir tidak terdengar oleh manusia, tetapi sangat efektif bagi sesama serangga. Sistem komunikasi ini bahkan dimanfaatkan dalam penelitian hama dan perubahan iklim.

Ngengat dan belalang sembah juga memiliki pendengaran khusus untuk gelombang ultrasonik yang dipancarkan oleh kelelawar saat berburu. Dengan mendeteksi suara ini, mereka bisa melakukan manuver menghindar secara cepat. Hebatnya, kemampuan pendengaran serangga ini diketahui telah berevolusi secara terpisah setidaknya 19 kali, menunjukkan betapa pentingnya suara dalam kehidupan mereka.

4. Adaptasi evolusi yang luar biasa

Sistem pendengaran serangga berkembang sesuai kebutuhan hidupnya. Beberapa spesies mengorbankan ketajaman penglihatan atau penciuman demi meningkatkan kepekaan terhadap suara. Ada pula serangga yang tetap memadukan ketiga indra tersebut secara seimbang.

Dalam sejarah evolusi, serangga termasuk makhluk awal yang mengembangkan komunikasi berbasis suara untuk menarik pasangan. Beberapa katydid bahkan terbukti mampu menangkap suara dalam rentang frekuensi yang sangat lebar, sementara beberapa serangga tanaman membentuk “jaringan getaran” untuk saling berkomunikasi melalui batang dan daun.

5. Pentingnya pendengaran bagi kehidupan serangga

Kemampuan mendengar tanpa telinga membuat serangga mampu bertahan di lingkungan yang penuh ancaman. Mereka bisa mengenali pasangan dari jarak jauh, menghindari predator sebelum terlihat, serta menemukan mangsa dengan lebih efektif. Tanpa sistem ini, banyak serangga kemungkinan besar akan punah karena sulit beradaptasi.

Bagi manusia, mempelajari cara serangga mendengar membuka peluang besar di bidang bioakustik, pengendalian hama, hingga teknologi alat bantu dengar. Sistem pendengaran alami serangga yang sederhana tapi efisien menjadi inspirasi bagi pengembangan sensor suara masa depan.

Kemampuan mendengar tanpa telinga membuktikan bahwa serangga adalah makhluk kecil dengan kecerdikan luar biasa. Dari rambut-rambut halus hingga membran getar di kaki dan perut, semua dirancang untuk satu tujuan: bertahan hidup, berkomunikasi, dan bereproduksi. Dunia serangga memang kecil secara ukuran, tetapi luar biasa besar dalam keajaiban biologinya.

Referensi

AskNature. Diakses pada Desember 2025. Long-Range Hearing Without an Eardrum
Scientific American. Diakses pada Desember 2025. Awesome Ears: The Weird World of Insect Hearing
My Hearing Centers. Diakses pada Desember 2025. How Insects Are Advancing Hearing Aid Technology
IEEE Spectrum. Diakses pada Desember 2025. Insect Ears Inspire Superefficient Microphones

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Anoa Dataran Rendah, Kerbau Liar yang Suka Minum Air Laut

14 Des 2025, 09:04 WIBScience