Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Antariksa Punya Rahasia yang Bikin Kepala Meledak? 7 Fakta Ini Jawabannya!

Ilustrasi fakta antariksa yang mencengangkan sekaligus bikin mindblowing
Ilustrasi fakta antariksa yang mencengangkan sekaligus bikin mindblowing (commons.wikimedia.org/NASA's GSFC, ESA)
Intinya sih...
  • Awan uap air terbesar di alam semesta mengelilingi quasar bernama APM 08279+5255, berisi 140 triliun kali lebih banyak air daripada lautan Bumi.
  • Lubang hitam Kerr bisa memutar waktu secara teoritis, membentuk closed timelike curves (CTC) yang memungkinkan perjalanan ke masa lalu.
  • Planet WASP-76b memiliki kondisi ekstrem dengan suhu mencapai 2.400 derajat Celcius dan hujan besi cair di sisi malamnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu memandang langit malam dan merasa betapa kecilnya kita? Sering kali, kita mendengar ungkapan bahwa 'alam semesta menyimpan misteri yang bisa membuat kepala meledak'. Tentu saja, ini bukan berarti kepalamu akan benar-benar hancur secara harfiah layaknya adegan di film fiksi ilmiah, melainkan sebuah metafora untuk menggambarkan betapa konsep-konsep di luar angkasa sering kali melampaui logika manusia sehari-hari. Skala, suhu, dan hukum fisika di sana sangat ekstrem hingga otak kita butuh usaha ekstra untuk sekadar memahaminya.

​Apa yang kita anggap sebagai 'fiksi' di Bumi, ternyata sering kali menjadi kenyataan di kedalaman kosmos. Mulai dari hujan besi hingga perjalanan waktu, alam semesta tidak hanya sekadar ruang hampa yang gelap. Ia adalah laboratorium raksasa di mana hal-hal yang terdengar mustahil justru terjadi setiap detiknya. Jika kamu merasa film Interstellar atau Star Wars sudah cukup gila, tunggu sampai kamu membaca tujuh fakta ilmiah di bawah ini, yang membuktikan bahwa realitas antariksa jauh lebih aneh daripada imajinasi penulis skenario manapun!

1. Lautan air terbesar di semesta berada di luar galaksi kita

Ilustrasi lautan air terbesar di jagat raya yang 140 triliun kali lebih besar dari Bumi
Ilustrasi lautan air terbesar di jagat raya yang 140 triliun kali lebih besar dari Bumi (commons.wikimedia.org/ESA/NASA, the AVO project and Paolo Padovani)

Ketika kita bicara soal air, mungkin yang terbayang adalah Samudra Pasifik atau Atlantik. Namun, tahukah kamu bahwa waduk air terbesar di alam semesta justru mengambang di antariksa, jauh dari Bumi? Para astronom telah menemukan sebuah awan uap air raksasa yang mengelilingi sebuah quasar (lubang hitam supermasif yang aktif) bernama APM 08279+5255. Jaraknya sangat fantastis, yakni sekitar 12 miliar tahun cahaya dari tempat kita berdiri sekarang.

​Skala penemuan ini benar-benar di luar nalar. Berdasarkan data yang dirilis, awan uap ini mengandung jumlah air 140 triliun kali lebih banyak daripada gabungan seluruh air yang ada di lautan Bumi. Uap air ini tersebar di wilayah yang membentang ratusan tahun cahaya, menyelubungi lubang hitam tersebut. Penemuan ini mematahkan anggapan lama bahwa air adalah komoditas langka di masa awal pembentukan alam semesta.

Seperti yang dilaporkan oleh NASA dan Caltech pada tahun 2011, keberadaan uap air dalam jumlah masif ini menunjukkan bahwa air sudah ada dan tersebar di kosmos bahkan ketika alam semesta baru berusia 1,6 miliar tahun. Matt Bradford, ilmuwan dari NASA Jet Propulsion Laboratory, menegaskan bahwa lingkungan di sekitar quasar ini sangat unik karena memproduksi jumlah air yang begitu besar, membuktikan bahwa 'bahan baku kehidupan' ini adalah konstituen normal dari alam semesta sejak zaman purba.

​2. Lubang hitam bisa memutar waktu secara teoritis

Ilustrasi lubang hitam yang bisa memutar waktu sesuai teori relativitas umum
Ilustrasi lubang hitam yang bisa memutar waktu sesuai teori relativitas umum (unsplash.com/NASA Hubble Space Telescope)

Lubang hitam selalu menjadi objek paling misterius, tetapi jenis lubang hitam tertentu mungkin memegang kunci menuju perjalanan waktu. Dalam fisika, kita mengenal 'Lubang Hitam Kerr', yaitu lubang hitam yang berotasi atau berputar pada porosnya. Rotasi ini sangat ekstrem hingga menyeret ruang dan waktu di sekitarnya, sebuah fenomena yang dikenal sebagai frame-dragging. Jika putarannya cukup cepat, secara teoretis, hal ini dapat memelintir ruang-waktu sedemikian rupa hingga membentuk lingkaran tertutup.

​Konsep ini memungkinkan terciptanya apa yang disebut closed timelike curves (CTC) atau kurva waktu tertutup. Secara sederhana, jika sebuah pesawat antariksa bisa memasuki lintasan ini tanpa hancur oleh gaya pasang surut gravitasi, ia bisa kembali ke titik awal sebelum ia berangkat—efektif melakukan perjalanan ke masa lalu. Tentu saja, ini masih dalam ranah fisika teoretis dan tantangan teknisnya (seperti bertahan hidup dari gravitasi yang meremukkan tulang) sangatlah mustahil untuk saat ini.

​Hal ini dibahas secara mendalam oleh fisikawan terkemuka, Kip Thorne, dalam bukunya Black Holes and Time Warps yang menjelaskan bahwa solusi Kerr dalam Relativitas Umum Einstein memang mengizinkan struktur ruang-waktu seperti ini. Meskipun 'mesin waktu' alami ini sangat tidak stabil dan mungkin akan runtuh begitu ada materi yang masuk, keberadaannya dalam persamaan matematika membuktikan bahwa waktu di antariksa tidaklah linear seperti jam dinding di rumahmu.

​3. Ada planet yang 'terbakar' karena hujan besi cair

Ilustrasi planet WASP-76B dengan hujan besi cair
Ilustrasi planet WASP-76B dengan hujan besi cair (commons.wikimedia.org/ESO/M. Kornmesser)

Bayangkan sebuah dunia di mana payung tidak akan melindungimu dari hujan, karena yang turun dari langit adalah lelehan besi panas. Selamat datang di WASP-76b, sebuah eksoplanet raksasa yang berjarak sekitar 640 tahun cahaya dari Bumi. Planet ini terkunci secara pasang surut (tidally locked), yang berarti satu sisinya selalu menghadap bintang induknya (siang abadi) dan sisi lainnya selalu gelap (malam abadi).

Kondisi di sisi siang planet ini sangatlah neraka, dengan suhu mencapai 2.400 derajat Celcius. Panas yang ekstrem ini cukup untuk menguapkan molekul, termasuk besi, menjadi gas. Angin kencang kemudian membawa uap besi ini dari sisi siang menuju sisi malam yang 'lebih dingin' (sekitar 1.500 derajat Celcius). Saat uap besi mendingin di sisi malam, ia mengalami kondensasi dan berubah kembali menjadi butiran cair, menciptakan fenomena hujan besi.

​Studi mengenai planet ekstrem ini dipublikasikan oleh European Southern Observatory (ESO) pada tahun 2020. Menggunakan instrumen ESPRESSO pada Very Large Telescope di Chili, para astronom mendeteksi jejak kuat uap besi di perbatasan malam planet tersebut. David Ehrenreich, pemimpin studi dari Universitas Jenewa, menyebutkan bahwa ini adalah salah satu iklim paling ekstrem yang pernah diamati manusia, di mana logam berat sekalipun bisa jatuh seperti gerimis di sore hari.

​4. Inti matahari mungkin berputar lebih cepat dari permukaannya

Ilustrasi inti matahari yang berputar lebih cepat dari permukaannya
Ilustrasi inti matahari yang berputar lebih cepat dari permukaannya (commons.wikimedia.org/NASA/AEI/ZIB/M. Koppitz dan L.Rezzolla)

Matahari tampak seperti bola api yang tenang dari kejauhan, tetapi bagian dalamnya bergejolak dengan cara yang mengejutkan. Selama bertahun-tahun, ilmuwan mengira matahari berputar sebagai satu kesatuan yang solid atau setidaknya memiliki kecepatan rotasi yang seragam. Namun, data terbaru menunjukkan anomali yang aneh, yakni inti matahari ternyata berputar jauh lebih 'ngebut' dibandingkan permukaannya.

Data helioseismologi—ilmu yang mempelajari gelombang suara yang merambat di dalam matahari—mengungkapkan bahwa inti matahari berputar empat kali lebih cepat daripada lapisan luarnya. Jika permukaan matahari membutuhkan waktu sekitar 25 hingga 35 hari untuk satu kali putaran, intinya mungkin menyelesaikan putaran dalam seminggu saja. Perbedaan kecepatan ini menciptakan gesekan dan dinamika fluida yang kompleks di dalam bintang induk kita.

​Temuan ini dikonfirmasi melalui data jangka panjang dari wahana antariksa SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) milik ESA/NASA. Para ilmuwan menduga bahwa putaran cepat inti ini adalah sisa momentum dari masa awal pembentukan matahari, sekitar 4,6 miliar tahun lalu. Sementara lapisan luar melambat akibat interaksi dengan angin matahari dan medan magnet, inti matahari tetap mempertahankan kecepatan purbanya, menjadikannya 'kapsul waktu' yang berputar di pusat tata surya.

5. Ada planet dengan dua matahari dan kemungkinan langit ganda

Ilustrasi planet Kepler-16b dengan dua matahari yang mirip Star Wars
Ilustrasi planet Kepler-16b dengan dua matahari yang mirip Star Wars (commons.wikimedia.org/NASA/JPL-Caltech/T. Pyle)

Bagi penggemar Star Wars, planet Tatooine dengan dua matahari terbenam adalah pemandangan ikonik. Ternyata, George Lucas tidak sepenuhnya berkhayal. Alam semesta memiliki planet sirkumbinari, yaitu planet yang mengorbit dua bintang sekaligus. Salah satu contoh paling terkenal adalah Kepler-16b, sebuah dunia yang berjarak sekitar 200 tahun cahaya dari Bumi.

​Di planet seperti Kepler-16b, jika kamu bisa berdiri di permukaannya, kamu akan memiliki dua bayangan. Pemandangan senja akan sangat menakjubkan sekaligus membingungkan, di mana dua bintang dengan warna dan ukuran berbeda akan terbenam secara bergantian atau bersamaan, mengubah warna langit secara dinamis. Namun, jangan berharap bisa tinggal di sana; Kepler-16b adalah raksasa gas dingin seukuran Saturnus, bukan gurun pasir yang hangat.

Keberadaan planet ini dikonfirmasi oleh Misi Kepler NASA pada tahun 2011. Laurance Doyle dari SETI Institute, yang memimpin penemuan ini, menyatakan bahwa penemuan Kepler-16b membuktikan keragaman planet di galaksi kita jauh lebih luas dari yang dibayangkan. Sebelumnya, banyak ahli ragu apakah planet bisa bertahan dalam orbit yang stabil di sekitar dua bintang yang saling mengelilingi, namun Kepler-16b hadir untuk membungkam keraguan tersebut.

​6. Bintang bisa lahir ulang setelah hampir mati

Ilustrasi bintang zombie yang bangkit lagi setalah ledakan besar dalam dua tahun
Ilustrasi bintang zombie yang bangkit lagi setalah ledakan besar dalam dua tahun (flickr.com/Robert Sullivan)

Kematian sebuah bintang biasanya adalah akhir dari segalanya, sering kali ditandai dengan ledakan supernova yang dahsyat. Namun, para astronom dibuat bingung oleh fenomena 'bintang zombie'. Sebuah objek bernama iPTF14hls menolak untuk mati dengan tenang. Alih-alih meledak sekali dan meredup selamanya, bintang ini meledak, bertahan, lalu meledak lagi berkali-kali selama beberapa tahun.

​Normalnya, supernova akan bersinar terang selama sekitar 100 hari sebelum akhirnya padam. Namun, iPTF14hls terus meledak dan bersinar terang selama lebih dari 600 hari, dengan kecerahan yang naik turun setidaknya lima kali. Ini menunjukkan bahwa inti bintang tersebut tidak hancur sepenuhnya pada ledakan pertama, melainkan 'hidup kembali' untuk memuntahkan materinya lagi, sebuah perilaku yang belum pernah tercatat sebelumnya dalam sejarah astronomi modern.

​Studi mengenai fenomena langka ini dimuat dalam jurnal Nature dan dipimpin oleh Iair Arcavi. Teori utama menyebutkan bahwa ini mungkin adalah contoh dari 'Pulsational Pair-Instability Supernova', di mana inti bintang begitu panas hingga menciptakan antimateri, yang menyebabkan ketidakstabilan dan ledakan berulang sebelum akhirnya bintang tersebut benar-benar runtuh menjadi lubang hitam.

7. Kosmos mungkin memiliki struktur seukuran 1 miliar tahun cahaya

Ilustrasi struktur kosmik raksasa yang punya dinding galaksi sejauh 1 miliar tahun cahaya
Ilustrasi struktur kosmik raksasa yang punya dinding galaksi sejauh 1 miliar tahun cahaya (commons.wikimedia.org/ESO/A. Roquette)

Seberapa besar jika galaksi Bima Sakti yang berdiameter 100.000 tahun cahaya sudah terasa mustahil untuk dikelilingi? Cobalah bayangkan betapa besarnya Hercules-Corona Borealis Great Wall. Ini adalah struktur kosmik terbesar yang pernah ditemukan manusia di alam semesta. Bukan sekadar galaksi, ini adalah filamen galaksi raksasa yang membentang sejauh 10 miliar tahun cahaya.

Struktur ini begitu masif hingga menantang prinsip kosmologis, sebuah asumsi dasar dalam astronomi yang menyatakan bahwa alam semesta seharusnya tampak seragam jika dilihat dalam skala yang cukup besar. Namun, keberadaan tembok raksasa ini menunjukkan adanya ketidakteraturan yang ekstrem. Objek ini pertama kali terdeteksi melalui pemetaan ledakan sinar gamma (Gamma-ray Bursts) yang berkumpul secara tidak wajar di satu area langit.

Penemuan yang mencengangkan ini dipublikasikan dalam jurnal Astronomy and Astrophysics oleh tim yang dipimpin oleh Istvan Horvath. Ukurannya yang mencapai sekitar 10% dari diameter alam semesta yang teramati membuat para ilmuwan harus memutar otak ulang tentang bagaimana materi berkumpul setelah Big Bang. Struktur ini adalah bukti nyata bahwa alam semesta memiliki arsitektur raksasa yang jauh melampaui pemahaman manusia.

​Jadi, apakah kepalamu sudah mulai terasa 'panas' memikirkan semua fakta ini? Antariksa bukan hanya tempat yang sunyi dan gelap, melainkan panggung drama kosmik yang penuh dengan ledakan, anomali waktu, dan cuaca ekstrem yang mengerikan. Apa yang kita ketahui saat ini hanyalah seujung kuku dari rahasia yang tersimpan di luar sana.

​Fakta-fakta di atas mengajarkan kita untuk tetap rendah hati dan terus penasaran. Mungkin, di masa depan, kamulah yang akan menemukan rahasia baru yang lebih mencengangkan daripada hujan besi atau bintang zombie. Sampai saat itu tiba, teruslah menatap langit, karena di sanalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terbesar kita bersembunyi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Anoa Dataran Rendah, Kerbau Liar yang Suka Minum Air Laut

14 Des 2025, 09:04 WIBScience