Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bencana akibat Deforestasi, Banjir hingga Krisis Pangan

ilustrasi deforestasi
ilustrasi deforestasi (unsplash.com/roya ann miller)

Hutan memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan lingkungan, mulai dari mengatur aliran air hingga menjaga kualitas tanah dan udara. Ketika deforestasi terjadi secara masif, keseimbangan ini terganggu dan memunculkan berbagai masalah yang pada akhirnya berdampak langsung pada kehidupan manusia. Inilah alasan mengapa isu hilangnya hutan tidak bisa dianggap sepele.

Kerusakan hutan yang terus berlangsung telah memicu sejumlah bencana yang kini semakin sering terjadi. Mulai dari bencana alam hingga ancaman terhadap ketersediaan pangan, semuanya berkaitan erat dengan menurunnya kualitas ekosistem. Untuk memahami lebih jauh bagaimana deforestasi bisa menimbulkan dampak sebesar ini, yuk kita bahas bersama.

1. Banjir bandang

ilustrasi banjir
ilustrasi banjir (pexels.com/Pok Rie)

Banjir bandang semakin sering terjadi ketika hutan ditebang secara masif. Pohon yang hilang membuat tanah kehilangan kemampuannya menyerap air hujan, sehingga air mengalir deras di permukaan tanpa penghalang. Akar pohon yang biasanya menahan tanah juga tidak lagi berfungsi, membuat lumpur dan sedimen lebih mudah hanyut ke sungai. Ketika sedimen menumpuk, sungai menjadi dangkal dan lebih cepat meluap saat curah hujan tinggi.

Akibatnya, wilayah di sekitar hutan yang rusak cenderung lebih rentan mengalami banjir bandang dengan skala yang lebih besar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daerah dengan tutupan hutan rendah memang mengalami banjir lebih sering dan lebih parah. Situasi ini menunjukkan bahwa keberadaan hutan berperan penting sebagai penyangga alami yang mengatur aliran air.

2. Longsor

ilustrasi longsor
ilustrasi longsor (commons.wikimedia.org/Daniel Kraft)

Longsor lebih mudah terjadi ketika hutan ditebang karena hilangnya akar pohon yang menjaga kestabilan tanah. Akar-akar tersebut mengikat tanah sehingga tidak mudah bergeser, terutama saat hujan deras. Ketika vegetasi hilang, tanah menjadi lebih longgar dan cepat terlepas, terutama di daerah miring yang sering menerima curah hujan tinggi. Tanah tanpa penopang alami ini jauh lebih rentan bergerak dan memicu longsor.

Selain itu, pohon memiliki peran penting dalam menyerap air dari dalam tanah. Ketika deforestasi terjadi, air lebih banyak tertahan di tanah sehingga membuatnya lebih berat dan mudah meluncur. Hilangnya vegetasi juga mengurangi kemampuan suatu kawasan untuk pulih setelah longsor karena tanah lebih mudah tererosi dan butuh waktu lebih lama untuk kembali stabil.

3. Kebakaran hutan dan kabut asap

ilustrasi kebakaran hutan
ilustrasi kebakaran hutan (unsplash.com/Dirk Erasmus)

Kebakaran hutan lebih mudah terjadi ketika hutan ditebang karena tanah dan vegetasi menjadi jauh lebih kering. Hilangnya kanopi pohon membuat sinar matahari langsung mengenai lantai hutan, sementara sisa tebangan seperti ranting dan daun kering berubah menjadi bahan bakar yang mudah terbakar. Dalam kondisi seperti ini, api dari pembukaan lahan, puntung rokok, atau percikan kecil saja bisa berkembang menjadi kebakaran besar.

Asap dari kebakaran hutan kemudian menyebar menjadi kabut asap yang berbahaya. Kualitas udara menurun tajam, jarak pandang berkurang, dan masyarakat lebih rentan mengalami masalah pernapasan. Selain itu, kebakaran merusak habitat satwa dan mempercepat erosi tanah. Kebakaran hutan juga melepaskan banyak karbon ke atmosfer dan memperburuk pemanasan global.

4. Kekeringan ekstrem

ilustrasi kondisi kekeringan
ilustrasi kondisi kekeringan (commons.wikimedia.org/Houssain tork)

Kekeringan ekstrem semakin mudah terjadi ketika hutan ditebang karena peran hutan dalam menjaga siklus air hilang. Pohon yang sebelumnya membantu menyimpan air hujan di dalam tanah dan melepaskan uap air ke atmosfer tidak lagi ada, sehingga udara dan tanah menjadi jauh lebih kering. Berkurangnya uap air membuat curah hujan ikut menurun, dan musim kemarau terasa lebih panjang serta lebih panas dari biasanya.

Tanpa tutupan hutan, tanah juga kehilangan kemampuannya menyimpan air. Hujan yang turun tidak meresap dengan baik dan langsung mengalir sebagai limpasan, membuat cadangan air bawah tanah tidak terisi. Akibatnya, sungai dan sumber air di sekitar kawasan bekas hutan mudah mengering saat kemarau. Kondisi ini menunjukkan bagaimana hilangnya hutan dapat memperparah risiko kekeringan ekstrem di berbagai daerah.

5. Krisis pangan

ilustrasi lahan pertanian kering yang memicu krisis pangan
ilustrasi lahan pertanian kering yang memicu krisis pangan (commons.wikimedia.org/Philip Halling)

Krisis pangan semakin mengancam ketika deforestasi terus berlangsung. Hilangnya hutan melemahkan kondisi alam yang dibutuhkan untuk pertanian, mulai dari kualitas tanah hingga ketersediaan air. Dalam satu tahun, jutaan hektare hutan hilang, mengganggu iklim dan lingkungan yang menjadi penopang produksi pangan. Padahal, lebih dari satu miliar orang masih bergantung pada hutan untuk makanan, bahan baku, dan pendapatan.

Ketika tanah kehilangan perlindungan alami, kesuburannya menurun dan hasil panen ikut merosot. Gangguan pada siklus air juga membuat pertanian lebih rentan mengalami kekeringan. Selain itu, hilangnya habitat di hutan mengancam populasi penyerbuk yang sangat penting bagi sebagian besar tanaman pangan. Karena itu, menjaga hutan berarti menjaga stabilitas pangan global agar sumber makanan tetap tersedia dan berkelanjutan.

Hutan bukan sekadar bentang hijau, tetapi fondasi penting bagi keseimbangan lingkungan dan kehidupan manusia. Deforestasi yang terus berlangsung hanya akan memperbesar risiko bencana dan mengancam ketahanan pangan di masa depan. Dengan meningkatkan kesadaran dan mengambil langkah-langkah kecil yang lebih bertanggung jawab, kita bisa ikut menjaga agar fungsi hutan tetap lestari dan manfaatnya terus dirasakan oleh semua.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Science

See More

Kenapa Hujan Makin Deras setelah Hutan Dibabat? Ini Penjelasannya!

14 Des 2025, 20:06 WIBScience