Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bukan Masalah Kecil, Ini Dampak Kerusakan DAS bagi Lingkungan

ilustrasi daerah aliran sungai
ilustrasi daerah aliran sungai (pexels.com/Jeffry Surianto)
Intinya sih...
  • Kerusakan DAS bukan hanya soal air, tapi juga ekologi dan bencana seperti banjir bandang, sedimentasi, dan kekeringan.
  • Dampak kerusakan DAS termasuk banjir bandang, tanah longsor, dan meningkatnya risiko kekeringan serta polusi sungai.
  • Pemulihan DAS dimulai dari rehabilitasi hutan hulu, pengendalian erosi dan sedimentasi, hingga pendekatan sosial dengan melibatkan masyarakat lokal.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) bukan hanya soal air yang mengalir dari hulu hingga ke hilir, tetapi masalah ekologis yang besar yang bisa memicu berbagai bencana. Mulai dari banjir bandang, sedimentasi, hingga kekeringan, semuanya saling terhubung dengan kondisi DAS di suatu wilayah. Sayangnya, kerusakan DAS masih sering dianggap sepele, padahal dampaknya bisa merembet ke kualitas air, keanekaragaman hayati, bahkan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai studi menunjukkan bahwa perubahan tutupan lahan, deforestasi, dan aktivitas manusia memberi tekanan besar terhadap stabilitas DAS. Ketika bagian hulu rusak, sistem sungai kehilangan kemampuannya mengatur air dan menahan erosi. Akibatnya, ekosistem menjadi tidak seimbang dan risiko bencana semakin meningkat. Yuk, kenali lebih jauh bagaimana kerusakan DAS bisa berdampak luas bagi lingkungan!

1. Apa yang dimaksud dengan kerusakan DAS?

ilustrasi daerah aliran sungai
ilustrasi daerah aliran sungai (pexels.com/Dominik)

Dilansir laman Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, kerusakan DAS merupakan suatu kondisi fisik atau ekologis pada suatu daerah aliran sungai seperti penyusutan luas hutan atau vegetasi sekitar sungai, rusaknya lahan lindung, serta degradasi kualitas air. Akibat dari hal ini, sistem hidrologi menjadi terganggu hingga kemampuan DAS dalam menyerap, menyimpan, dan mengalirkan air berubah, sehingga debit air sungai menjadi tidak stabil. Kemudian ketika musim hujan datang, sungai dan wilayah sekitar sangat rentan terkena banjir bandang. Selain itu, erosi dan sedimentasi meningkat, serta polusi sungai dari limpasan limbah dan tanah tererosi memperburuk kualitas air hingga menurunkan fungsi DAS. DAS memiliki fungsi dalam mendukung keanekaragaman hayati, layanan sosial-ekonomi, serta keberlanjutan lingkungan sekitar.

2. Dampak kerusakan DAS yang paling terlihat

ilustrasi dampak kerusakan DAS
ilustrasi dampak kerusakan DAS (commons.wikimedia.org/National Agency for Disaster Countermeasure of Republic of Indonesia)

Ada banyak dampak kerusakan DAS yang paling terlihat, seperti banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di tiga provinsi Pulau Sumatra. Banyak pakar yang menyebutkan jika kejadian musibah besar ini, tidak hanya faktor curah hujan atau badai senyar yang menjadi faktor tunggal. Namun ada faktor lain yang menjadi salah satu dampak kerusakan yang parah, seperti deforestasi, penambangan ilegal, alih fungsi lahan, hingga buruknya regulasi tata ruang di tingkat daerah. Kerusakan daerah aliran sungai membuat fungsi alami sungai terganggu, terutama dalam aliran air dari hulu ke hilir. Ketika hulu mengalami deforestasi atau gundul, air hujan tidak mampu terserap dengan baik oleh tanah dan akar pohon.

Selain banjir, kerusakan DAS juga meningkatkan risiko longsor, terutama di wilayah perbukitan. Tanah yang kehilangan vegetasi tidak mampu lagi mengikat air dengan baik. Ketika curah hujan tinggi, air langsung menyusup ke lapisan tanah dan membuat struktur tanah menjadi jenuh. Daerah hulu dengan kemiringan lereng yang curam menjadi lokasi yang paling ekstrem mengalami bencana ini.

Di sisi lain, kerusakan DAS juga memicu kekeringan saat musim kemarau. Tanpa tutupan vegetasi, air hujan tidak bisa disimpan di dalam tanah sebagai cadangan alami. Kondisi ini dapat memengaruhi kebutuhan air bersih, pertanian, hingga aktivitas ekonomi masyarakat sekitar. Kerusakan DAS juga mengganggu siklus hidrologi yang menjadi penopang kehidupan.

3. Langkah-langkah pemulihan DAS

ilustrasi daerah aliran sungai
ilustrasi daerah aliran sungai (pexels.com/Baskin Creative Co.)

Pemulihan daerah aliran sungai (DAS) dimulai dari hulu dengan melakukan rehabilitasi hutan. Penanaman kembali pohon lokal, perlindungan kawasan lindung, dan pembatasan pembukaan lahan jadi kunci untuk mengembalikan kemampuan tanah menyerap air. Ketika vegetasi kembali tumbuh, proses infiltrasi meningkat dan risiko banjir serta longsor dapat ditekan. Inilah langkah dasar yang paling sering dilakukan pada DAS yang sudah mengalami kerusakan berat.

Tahap berikutnya adalah mengendalikan erosi dan sedimentasi yang membuat sungai menjadi dangkal. Langkah ini dilakukan dengan membuat terasering, bangunan pengendali sedimen, hingga pemulihan vegetasi di bantaran sungai. Pengawasan terhadap industri dan limbah juga tidak kalah penting. Tanpa kontrol yang ketat, limbah cair maupun padat bisa memperparah kerusakan sungai dan merusak kualitas air yang dibutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga hingga pertanian.

Pemulihan DAS juga membutuhkan pendekatan sosial. Revitalisasi sungai harus dibarengi dengan edukasi publik agar masyarakat memahami pentingnya menjaga ekosistem air. Kolaborasi antara komunitas lokal, pemerintah, dan warga setempat menjadi fondasi keberhasilan jangka panjang. Ketika semua pihak terlibat, pemulihan DAS tidak hanya menjadi proyek teknis, tetapi gerakan bersama untuk memulihkan keseimbangan lingkungan.

Kerusakan daerah aliran sungai bukan cuma soal lingkungan yang berubah, tapi juga masa depan yang ikut terancam. Ketika banjir makin sering, tanah makin rentan longsor, dan sumber air bersih terus menurun, pada akhirnya manusialah yang paling dirugikan. Upaya pemulihan DAS memang membutuhkan waktu dan kolaborasi banyak pihak, tapi manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Jadi, kalau kita bisa mulai dari langkah kecil seperti menanam pohon atau menjaga kebersihan sungai, kenapa harus menunggu lebih lama?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Science

See More

[QUIZ] Apakah Kucingmu Kesepian? Cari Tahu Tandanya dari Kuis Ini

20 Des 2025, 13:10 WIBScience