4 Diktator dengan Korban Terbanyak Sepanjang Sejarah

Mao Zedong adalah tokoh utama dalam teori Marxisme Tiongkok, seorang prajurit, dan negarawan yang memimpin revolusi komunis negaranya. Mao memimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) dari tahun 1935 dan ia adalah ketua (kepala negara) Republik Rakyat Tiongkok dari tahun 1949 hingga 1959. Kepemimpinan Mao ditandai dengan serangkaian kampanye politik seperti Lompatan Jauh ke Depan dan Revolusi Kebudayaan, yang pada akhirnya menyebabkan bencana kelaparan dan kematian jutaan orang.

Alasan Mao menjadi diktator terkait erat dengan keyakinannya pada ideologi komunis dan keinginannya untuk mengubah struktur sosial dan ekonomi Tiongkok. Ia sering kali menggunakan tindakan represif terhadap lawan politik dan kelompok yang dianggap berlawanan dengan prinsip komunis. Mao meninggal pada 9 September 1976 dan, PKT memulai proses reformasi bertahap, menjauhkan diri dari beberapa kebijakan Mao dan membuka Tiongkok ke ekonomi pasar global.

Joseph Stalin adalah pemimpin Uni Soviet dari tahun 1924 hingga kematiannya pada tahun 1953. Stalin memainkan peran penting dalam mengubah Uni Soviet dari masyarakat agraris menjadi kekuatan industri dan militer. Kepemimpinannya ditandai dengan industrialisasi paksa dan kolektivisasi pertanian yang menyebabkan kelaparan massal dan pengiriman banyak orang ke kamp kerja paksa.

Joseph Stalin memerintah dengan tangan besi, menggunakan teror dan represi untuk mempertahankan kekuasaannya, yang mengakibatkan kematian jutaan orang. Ia memperluas kekuasaan polisi rahasia, mendorong warga untuk saling mengawasi, dan mengeksekusi atau mengirim jutaan orang ke Gulag. Stalin meninggal pada 5 Maret 1953, diduga karena pendarahan otak, namun ada juga yang menduga ia diracun oleh penasihatnya. Setelah kematiannya, Uni Soviet memulai proses destalinisasi, yang menghapus banyak kebijakan represifnya.

Adolf Hitler adalah pemimpin Partai Nazi dan diktator Jerman dari tahun 1933 hingga kematiannya pada tahun 1945. Kepemimpinannya ditandai dengan ideologi ekspansionis dan supremasi rasial, yang mengarah pada invasi Polandia dan memulai Perang Dunia II, serta pembunuhan sistematis sekitar enam juta orang Yahudi dan jutaan korban lainnya selama Holocaust. Hitler menggunakan kekuasaannya untuk mengorkestrasi genosida ini, yang menjadi salah satu kejahatan terburuk dalam sejarah manusia.

Hitler berkuasa dengan memanfaatkan krisis ekonomi, ketidakpuasan populer, dan pertikaian politik selama Republik Weimar. Melalui serangkaian tindakan kejam dan kekerasan, termasuk Pembakaran Reichstag dan Malam Pisau Panjang, ia mengambil alih kekuasaan mutlak di Jerman pada tahun 1933. Setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II tampak tak terelakkan, Hitler bunuh diri pada 30 April 1945 di bunker Führerbunker di Berlin.

Leopold II adalah Raja Belgia kedua dari tahun 1865 hingga 1909 dan pendiri serta pemilik tunggal Negara Bebas Kongo dari tahun 1885 hingga 1908. Ia dikenal karena ambisinya yang besar untuk menjadikan Belgia sebagai kekuatan imperial, yang mendorongnya untuk memimpin upaya Eropa pertama dalam mengembangkan cekungan Sungai Kongo. Kepemimpinan Leopold di Kongo menerapkan kerja paksa, penyiksaan, pembunuhan, penculikan, dan pemotongan tangan pria, wanita, dan anak-anak ketika kuota karet tidak terpenuhi. 

Leopold II juga mengekploitasi sumber daya alam Kongo, terutama gading dan karet yang menghasilkan kekayaan besar bagi Leopold, tetapi juga menyebabkan kematian jutaan orang Kongo. Leopold II meninggal pada 17 Desember 1909 di Laeken tanpa meninggalkan putra yang sah. Tahta Belgia kemudian diwariskan kepada keponakannya, Albert I. 

Kehancuran masif yang ditimbulkan diktator dengan korban terbanyak sepanjang sejarah menjadi pengingat, bahwa kekuasaan tanpa kendali dapat mengarah pada konsekuensi yang mengerikan. Kita dapat mengambil pelajaran berharga tentang pentingnya nilai kemanusiaan, keadilan, dan kebebasan. Semoga sejarah kelam ini tidak pernah terulang dan kita dapat membangun dunia yang damai.