5 Fakta Ahmad Soebardjo, Menteri Luar Negeri Pertama Indonesia

Ahmad Soebardjo merupakan menteri luar negeri pertama Indonesia yang memperjuangkan hingga titik darah penghabisan kemerdekaan bangsa. Ia bersama Soekarno, Hatta, dan Sutan Sjahrir menjadi empat dari sekian banyak tokoh yang memegang peranan penting dalam proklamasi pada 17 Agustus 1945.
Kilas balik kisah hidup para pejuang bangsa, berikut 5 fakta Ahmad Soebardjo yang patut kamu ketahui!
1. Anak seorang bangsawan yang berintelektual tinggi

Ahmad Soebardjo lahir pada 23 Maret 1896 dari pasangan Wardinah dan Teuku Muhammad Yusuf yang merupakan keturunan bangsawan Aceh. Kakek dari pihak sang ayah adalah seorang Ulee Balang (kepala pemerintahan) dan ulama di Aceh. Pada awalnya beliau ingin diberi nama Teuku Abdul Manaf sesuai dengan keinginan sang ayah, namun ibunya memberi nama Ahmad Soebardjo.
Beliau adalah seorang intelektual sejak masa remajanya, hal ini dibuktikan kemampuannya memasuki Hogere Burger School di Jakarta yang merupakan sekolah untuk orang Belanda, Eropa dan kalangan pribumi elite yang hanya orang-orang tertentu.
Setelah menyelesaikan pendidikannya beliau kembali menuntut ilmu di Universitas Leiden dan mendapat gelar Meester in de Rechten di bidang perundang-undangan.
2. Ahmad Soebardjo aktif memperjuangkan kemerdekaan sejak masih berkuliah

Selama mengenyam pendidikannya di negeri orang Ahmad Soebardjo bergabung dalam organisasi Indische Vereniging dan mulai aktif menyuarakan pendapat serta perjuangannya untuk kemerdekaan.
Ia bersama para tokoh intelektual lain seperti Raden Panji Sosrokartono, Raden Mas Notosuroto dan Husein Djajadiningrat terus mempertahankan organisasi hingga berkembang melalui generasi kedua dan ketiga.
Di generasi ketiga ini muncul tokoh lain seperti Muhammad Hatta, Muhammad Nazif, Darmawan Mangoen Koesoema, Iwa Kusuma dan Soemantri, membuat organisasi yang telah berubah menjadi nama Perhimpunan Indonesia itu berkembang pesat.
Arah perjuangannya menjadi jelas dan terarah, Ahmad Soebardjo sempat dipilih untuk kembali menjadi ketua P.I, namun ia memberi kesempatan untuk Moh. Hatta memimpin.
3. Sikap bijaksana yang dimiliki Ahmad Soebardjo dalam perjuangan kemerdekaan

Setelah berkecimpung di luar negeri untuk menamatkan pendidikannya dan berjuang memperoleh kemerdekaan di kancah Internasional, Ahmad Soebardjo kembali ke Indonesia di tahun 1934.
Kala itu kemerdekaan Indonesia sedang surut perjuangannya akibat perbedaan pendapat para tokoh nasional. Dengan hati-hati Ahmad Soebardjo mendekati Soekarno yang kala itu memiliki perbedaan kuat dengan Moh. Hatta. Namun, kendala kembali menghampiri ketika pemerintah Hindia-Belanda mencurigainya sebagai orang komunis.
Perjuangan Ahmad Soebardjo kembali dimulai ketika pemerintah Hindia-Belanda menyerah tanpa syarat di tahun 1942. Dan muncul kedatangan Jepang yang menjadi nafas segar bagi Indonesia.
Dari sini mulai terjalin janji kemerdekaan secara pasti. Hubungan Ahmad Soebardjo dengan petinggi Jepang, Laksamana Maeda terjalin baik dan membuatnya dapat dengan mudah merumuskan rancangan kemerdekaan untuk NKRI.
4. Peran penting Ahmad Soebardjo di momen detik-detik proklamasi 1945

Sebelum terjadinya proklamasi terjadi ketegangan kala Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu dan meninggalkan Indonesia dalam status quo. Kabar ini membuat para golongan muda mendesak untuk diadakan proklamasi secepat-cepatnya demi memanfaatkan kesempatan emas. Namun karena tak ada kepastian di sisi lain golongan lain menentang tindakan ini agar tidak gegabah dan berakibat fatal.
Proses penculikan tokoh penting, Soekarno dan Moh. Hatta kemudian terjadi dan suasana semakin memanas. Pihak golongan muda terus mendesak sedangkan golongan tua kukuh menunggu kepastian.
Kemudian Ahmad Soebardjo yang menjadi penengah perdebatan ini lalu memberi saran untuk segera menjemput dua tokoh penting itu agar proklamasi bisa segera dilaksanakan. Ia bahkan mempertaruhkan nyawanya bila proklamasi gagal dilaksanakan pada 17 Agustus 1945.
5. Kehidupan Ahmad Soebardjo setelah proklamasi dan kemerdekaan Indonesia

Ahmad Soebardjo menjabat sebagai menteri luar negeri selama 4 bulan, kemudian bergabung menjadi Badan Penasehat Panglima Besar bersama Sumantri, Iwa Kusuma dan Ki Hajar Dewantoro. Pada akhir bulan Juni beliau 1946 ditangkap oleh Pemuda Sosialis Indonesia dan pindah dari penjara ke penjara yang menjadikan momen ini sebagai peristiwa 3 Juli 196.
Kejadian ini merupakan perebutan kekuasaan yang sekaligus menjadi alasan Ahmad Soebardjo memberi tambahan Djojoadisoerjo di akhir namanya.
Nah, itu tadi 5 fakta Ahmad Soebardjo, sang pahlawan bangsa yang menjadi penengah penting dalam berbagai peristiwa bersejarah Indonesia.