Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Katak Ayam Gunung, Populasinya Berkurang karena Jamur Ganas

Katak ayam gunung (commons.wikimedia.org/Yinan Chen)

Konon, penamaan katak ayam gunung berawal dari cerita bahwa daging hewan tersebut rasanya seperti ayam. Oleh karena itu, hewan ini menjadi hidangan tetap bagi orang-orang setempat di Montserrat dan Dominika.

Panjang kepala dan badannya bisa lebih dari 20 cm dan beratnya lebih dari 900 gram. Katak ayam gunung termasuk salah satu katak terbesar di dunia. Ukuran betina cenderung lebih besar daripada jantan.

Katak ini memiliki pola garis dan bercak gelap mencolok berwarna cokelat bergaris dan berbintik di tubuh bagian atas. Sementara, bagian bawahnya cenderung berwarna kuning oranye. Tampilannya berfungsi menyamarkan dirinya di tanah hutan ketika tidak bersembunyi di liang atau celah batu.

Sayangnya, katak ini terancam punah. Utamanya disebabkan serangan ganas dari jamur yang mematikan. Maka dari itu, simak fakta katak ayam gunung berikut ini!

1.Tempat mereka berdiam

Katak ayam gunung (commons.wikimedia.org/TimVickers)

Katak ayam gunung (Leptodactylus fallax) adalah katak yang endemik di wilayah Montserrat dan Dominika. Hewan tersebut bisa ditemui di daerah terjal dan terpencil.

Selain itu, katak ayam gunung tinggal di berbagai tempat seperti hutan, perkebunan, semak belukar, jurang, padang rumput dan kebun palem. Mereka suka menetap di ketinggian, namun tidak lebih dari 1.410 kaki (430 m), dilansir Our breathing planet.  

2.Pemakan yang rakus

Katak ayam gunung (commons.wikimedia.org/Amada44)

Our breathing planet memaparkan, katak ayam gunung adalah amfibi yang rakus. Di mata peneliti, mereka mempunyai pola makan yang sembarangan. Mereka tidak berhati-hati dalam memakan semua mangsanya.

Adapun makanan katak ini adalah berbagai serangga seperti jangkrik, kaki seribu dan tarantula. krustasea kecil, kelelawar, ular, tokek, bahkan katak lainnya.

3.Reproduksi ayam gunung

Katak ayam gunung (commons.wikimedia.org/TimVickers)

Dilansir National geographic, musim kawin mereka dimulai saat hujan di musim semi sekitar bulan April. Uniknya, sang jantan memanggil si betina mirip seperti gonggongan anjing, lho.

Betina membangun sarang busa di dasar liang jantan tempat telurnya diletakkan. Sang betina mempunyai kepedulian tinggi ketika kecebong berkembang di dalam sarang busa, di mana betina akan mempertahankan sarangnya dari pemangsa ataupun penyusup.

Dilansir Mountain chicken, kecobong yang sudah lahir akan diberi makan oleh induknya dengan telur yang belum dibuahi. Hal itu agar si kecebong kecil dapat bertumbuh panjang yang bisa mencapai 150 mm.

Betina akan menghasilkan satu sarang katak dengan kisaran 25-63 anak katak per tahun. Begitu si kecebong bermetamorfosis akan meninggalkan sarang induknya dan benar-benar mandiri lepas dari pemeliharaan kedua induknya.

4. Populasi berkurang karena jamur yang ganas dan mematikan

Katak ayam gunung (commons.wikimedia.org/Rmhermen)

Dilansir Natural history museum, Batrachochytrium dendrobatidis (Bd) adalah jamur chytrid membawa penyakit chytridiomycosis yang dapat menginfeksi hewan amfibi di habitat katak ayam gunung.

Penyakit ini menyasar lapisan terluar kulit amfibi. Hal itu jelas memengaruhi kemampuan amfibi mengatur elekrolit dan juga berdampak bagi mulut berudu. Bd adalah salah satu panzootic atau mwabah yang menyebarkan dampak berbahaya bagi hewan.

Bd membawa dampak signifikan bagi penurunan dan kepunahan amfibi, yakni katak ayam gunung. Diperkirakan populasinya di alam liar sekitar di bawah 200 ekor.   

5. Tindakan peneliti untuk membuat katak ayam gunung aman dari jamur Bd

Katak ayam gunung (commons.wikimedia.org/TimVickers)

Meskipun terancam punah, para peneliti menemukan teknik manipulasi lingkungan yang manjur dan inovatif untuk menciptakan tempat berlindung ideal bagi katak ayam gunung di Montserrat, dilansir Natural history museum.

Jamur Bd tak dapat bertahan hidup di atas 30 derajat celcius di lingkungan hutan basah, tetapi katak ayam gunung bisa. Oleh karena itu, para peneliti telah membangun tempat perlindungan semi liar bagi para ayam gunung yang tak bisa ditinggali oleh jamur Bd.

Tempat berlindung ayam gunung sudah dilengkapi kolam-kolam bertenaga surya yang bisa menjaga suhu air supaya tetap di atas 30 derajat celcius. Hal ini memungkinkan cara agar ayam gunung dan jamur Bd dapat hidup berdampingan di habitat yang sama.

Perburuan oleh manusia, perusakan habitat, dan letusan gunung api juga berdampak terhadap berkurangnya katak ayam gunung. Namun, dampaknya kecil bila dibandingkan dengan jamur Bd sebagai penyebab utamanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mayang Ulfah Narimanda
Ken Ameera
Mayang Ulfah Narimanda
EditorMayang Ulfah Narimanda
Follow Us