5 Fakta Makaw Sayap Hijau, si Cantik dengan Paruh Super!

- Makaw sayap hijau memiliki bulu warna-warni dan paruh sangat kuat untuk membuka biji keras.
- Burung ini hidup sosial dalam kelompok kecil, berkomunikasi, dan saling merawat bulu.
- Status konservasi mereka hewan dengan kekhawatiran rendah. Namun, populasi mereka menurun akibat perburuan dan hilangnya habitat.
Kamu pasti sepakat, kan, kalau keluarga burung bayan sejati atau parrot (famili Psittacidae) jadi salah satu kelompok burung dengan kombinasi warna yang menawan? Bagaimana tidak, dari 330 spesies burung dalam famili ini, mayoritas punya warna bulu yang sangat cerah, pola yang menarik, dan berukuran relatif besar. Nah, ada satu spesies burung bayan yang sangat cocok dalam deskripsi tersebut. Mereka adalah makaw sayap hijau (Ara chloropterus).
Burung yang satu ini sering dikira sebagai spesies makaw kirmizi alias scarlet macaw (Ara macao) karena kesamaan kombinasi warna bulu, yakni merah pada sebagian besar tubuh dan biru pada sayap dan ekor. Bedanya, makaw sayap hijau punya sedikit bagian bulu berwarna hijau di antara warna merah dan biru di sayap. Selain itu, burung yang satu ini termasuk berukuran masif di antara spesies burung bayan lain.
Bayangkan saja, individu dewasa mampu tumbuh sepanjang 66—99 cm, rentang sayap 104—125 cm, dan bobot 1—1,7 kg. Ada beberapa fakta menarik dari makaw sayap hijau yang siap membuatmu tertegun kagum, salah satunya terkait kemampuan paruh mereka yang sangat kuat. Makin penasaran, kan? Yuk, langsung gulir layar ke bawah!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit makaw sayap hijau

Sama seperti mayoritas spesies burung bayan lain, makaw sayap hijau termasuk kelompok burung Dunia Baru. Artinya, persebaran mereka terpusat di Benua Amerika. Lebih spesifik lagi, rumah mereka berada di Amerika Selatan yang meliputi wilayah Kolombia, Ekuador, Venezuela, Guyana, Suriname, Peru, Brasil, Bolivia, Paraguay, dan Argentina. Dilansir BirdLife DataZone, area yang jadi rumah bagi makaw sayap hijau itu mencapai 10,5 juta km persegi.
Uniknya, pilihan habitat kesukaan mereka ada dua jenis, yakni hutan hujan tropis dan sabana. Sebenarnya, burung ini butuh berada dekat dengan vegetasi pohon yang lebat karena memberikan perlindungan, tempat istirahat, dan lokasi sarang yang strategis. Namun, individu yang tinggal di sabana atau padang rumput ternyata sudah beradaptasi dengan lingkungan dengan sedikit pohon tinggi yang bisa disinggahi. Selain itu, makaw sayap hijau berada di elevasi yang bervariasi, yakni sekitar 190—1.500 meter di atas permukaan laut.
Untuk urusan makanan, makaw sayap hijau tergolong herbivor atau lebih tepatnya granivor. Sebab, makanan utama mereka adalah berbagai jenis biji-bijian dari tanaman yang ada di hutan. Kadang-kadang, burung ini turut mengonsumsi buah, bunga, dedaunan, dan kulit kayu. Mereka termasuk hewan diurnal sehingga waktu mencari makan paling banyak terjadi selama Matahari masih terbit.
2. Makaw sayap hijau punya paruh super

Karena beberapa jenis makanan makaw sayap hijau punya bagian luar yang keras seperti kacang brasil, perlu cara khusus untuk mengonsumsinya. Bukan dengan alat, melainkan mereka memanfaatkan paruh. Percaya gak percaya, kekuatan gigitan paruh makaw sayap hijau ini termasuk yang paling kuat di dunia hewan, lho.
San Francisco Zoo & Gardens melansir kalau paruh besar dan melengkung milik makaw sayap hijau menghasilkan kekuatan maksimal 2.000 psi (pound per square inch) ketika hendak membuka kacang dengan kulit keras. Sebagai perbandingan, kekuatan gigitan dari seekor singa dewasa itu “hanya” menghasilkan angka 600—1.000 psi, harimau dewasa sekitar 1.000—1.500 psi, jaguar dewasa sekitar 1.500 psi, dan bahkan kuda nil sekitar 1.800 psi. Saking kuatnya gigitan burung ini, dilaporkan kalau mereka mampu mematahkan sapu kayu menjadi dua bagian dengan mudah, lho.
Namun, bukan berarti makaw sayap hijau akan selalu mengeluarkan kekuatan gigitan maksimal. Rata-rata kacang atau biji-bijian keras itu sudah mampu hancur dengan kekuatan gigitan standar mereka, yakni antara 500—700 psi. Biarpun demikian, angka gigitan biasa dari mereka saja sudah terlihat sangat mengesankan, bukan?
3. Kehidupan sosial makaw sayap hijau

Makaw sayap hijau termasuk hewan sosial yang hidup bersama kelompok kecil dengan jumlah antara 6—12 individu. Ikatan antara anggota kelompok terbilang sangat erat karena mereka akan bertengger di pohon yang sama, saling berkomunikasi, bahkan makan bersama. Malahan, burung yang satu ini sangat menoleransi kehadiran spesies burung bayan lain dan tak jarang membentuk kelompok besar.
Dilansir Animal Diversity Web, makaw sayap hijau punya cara unik untuk berinteraksi dengan sesama. Mereka secara rutin berkumpul di sekitar tanah liat pada pagi dan sore hari untuk menjilati tanah itu sambil saling merawat bulu, bermain, dan berkomunikasi. Soal komunikasi, suara khas dari burung ini antara lain bunyi rowaark atau raw-awk yang keras dan menyalak sambil terbang. Selain itu, ada pula teriakan keras yang digunakan makaw sayap hijau untuk memperingatkan individu lain jika ada bahaya di sekitar.
4. Sistem reproduksi makaw sayap hijau

Makaw sayap hijau termasuk hewan monogami alias setia dengan satu pasangan saja seumur hidup. Musim kawin mereka dimulai antara Oktober—Mei dengan beberapa ritual perkawinan yang unik. Sebagai contoh, jantan mulai merapikan bulu betina, menempelkan bulu pada betina, dan saling memuntahkan makanan ke masing-masing mulut pasangan. Setelah itu, mereka akan langsung mencari lokasi yang sesuai untuk membuat sarang.
Animalia melansir kalau betina umumnya menghasilkan 2—3 telur. Betina bertugas mengerami telur, sementara jantan mencari makan untuk diri sendiri dan pasangan. Telur burung ini mengalami masa inkubasi selama 23—28 hari dan sangat bergantung pada kedua induk setelah menetas. Setidaknya, sampai berusia 90 hari, anak-anak makaw sayap hijau mulai bersiap belajar terbang.
Akan tetapi, mereka tak langsung meninggalkan kedua induk. Malahan, anak-anak burung ini tetap bersama induk cukup dewasa atau menemukan pasangan hidup sekitar usia 2—4 tahun. Di alam liar, makaw sayap hijau punya rata-rata usia sekitar 9 tahun di alam dan 14 tahun dalam penangkaran. Namun, individu yang dirawat dengan baik diketahui mampu mencapai usia 50—63 tahun.
5. Status konservasi makaw sayap hijau

Menurut data dari IUCN Red List, makaw sayap hijau masuk dalam kategori hewan dengan kekhawatiran rendah (Least Concern). Meski begitu, populasi mereka saat ini sebenarnya sedang mengalami penurunan dengan total individu tersisa sekitar 50—500 ribu. Kondisi ini sebenarnya juga dialami mayoritas spesies burung bayan lain di seluruh dunia. Penyebabnya pun relatif identik: manusia.
Habitat alami makaw sayap hijau perlahan terus hilang karena alih fungsi lahan manusia yang begitu destruktif bagi hutan dan sabana. Selain itu, ada pula eksploitasi besar-besaran karena burung ini dianggap sebagai hewan peliharaan eksotis yang bernilai tinggi. Akibatnya, terjadi perburuan liar di sepanjang persebaran makaw sayap hijau. Kalau kondisi ini dibiarkan, tentunya ada kekhawatiran kalau status konservasi burung ini akan terus menurun.
Ada satu fakta menarik lagi dari makaw sayap hijau. Dilansir Animalia, kalau di penangkaran atau dipelihara manusia, burung ini terlihat mampu menirukan suara orang atau lingkungan sekitar layaknya spesies beo atau gagak. Namun, sebenarnya kalau di alam liar, mereka justru tidak memiliki kemampuan ini, lho!


















