5 Fakta Menarik Puyuh Batu, Mandi Debu untuk Membersihkan Diri

Puyuh batu atau king quail juga dikenal sebagai blue-brested quail, asian blue quail, chinese painted quail dan chung-chi. Mereka adalah quail dunia lama yang berada dalam famili Phasianidae dan memiliki nama ilmiah Excalfactoria chinesis. Warna bulunya sangat beragam, termasuk biru, cokelat, silver, marun, cokelat gelap, dan hitam. Mereka punya kaki berwarna oranye yang membantunya menggali tanah untuk mencari makan.
Betina mirip seperti jantan, tapi tidak punya warna biru. Rentang hidupnya bisa berlangsung selama 13 tahun di penangkaran, tapi rata-rata hanya mencapai 3--6 tahun. Sementara di alam liar, puyuh batu hanya bisa hidup selama 1,5 tahun. Walaupun tidak banyak informasi tentangnya, fakta-fakta berikut ini masih bisa membantumu mengenalinya lebih baik.
1. Wilayah penyebaran puyuh batu

Penyebaran puyuh batu berada di India, Sri Lanka, bagian tenggara China, Taiwan, Pulau Hainan, bagian utara hingga tenggara Australia dan Asia Tenggara. Mereka bahkan menjangkau Madagaskar dan telah diperkenalkan di Mauritus dan Reunion. Burung ini biasanya ditemukan di area lembap seperti lahan basah dan sawah di Myanmar dan Bengal di India.
Dilansir Animal Diveristy, puyuh batu ditemukan di ketinggian 1.220 meter di dataran tinggi Kalimantan. Mereka bersarang di padang rumput yang dibatasi oleh rawa atau lahan basah lainnya.
2. Mereka tidak pemilih makanan

Dilansir A-Z Animals, puyuh batu adalah omnivora yang mencari makan di permukaan tanah. Menu makanya sangat beragam, terdiri dari serangga kecil, biji-bijian, rerumputan, aneka tumbuhan, kacang kecil dan beri-berian. Puyuh batu berada dalam kelompok yang terdiri dari 10--30 individu untuk mencari makan. Waktu makannya terjadi saat fajar hingga sore hari.
3. Membersihkan dirinya dengan mandi debu

Walaupun tidak banyak informasi mengenai perilaku puyuh batu, tapi mereka sebenarnya tetap menjaga kebersihan tubuhnya, lho. Bagaimana caranya? Mereka mandi debu untuk menghilangkan kotoran, parasit dan minyak berlebih. Selain itu, mereka tidak bertengger dan jarang terbang, sebagian besar menghabiskan waktunya di tanah. Kamu mungkin lebih banyak mendengar vokalisasinya daripada wujudnya di alam liar.
4. Bagaimana cara berkomunikasinya?

Ada banyak variasi panggilan antara jantan dan betina. Apa yang paling menarik adalah 'biting call' di mana jantan mengambil cacing kecil lalu menawarkannya pada betina. Itu terdengar seperti 'peeps' monoton dan bernada pendek. Saat itu, betina akan mengambilnya dengan senang dan pada saat tertentu mengeluarkan panggilan khusus untuk jantan. Jika tiba waktunya musim kawin, jantan akan membusungkan dada, menurunkan sayap dan melesat di depan betina untuk merayunya.
Suaranya terdengar rendah, lembut dan berdecak. Jantan dan betina juga mengeluarkan suara berkokok saat tidak bersama, terdengar seperti 'quee-kee-kee', 'pip-it-kan', 'pip, pit-it-kan'. Ada juga panggilan lain yang terdengar seperti 'korahh' bernada rendah dan serak sambil menggebungkan tenggorokannya.
5. Sistem perkawinan puyuh batu

Sama seperti burung lainnya, jantan akan bertarung untuk mendapatkan hak kawin dengan betina. Siapa pun yang memenangkan pertarungan bisa kawin. Menariknya, betina bisa bertelur dalam waktu satu hingga dua hari setelah kawin, lho. Mereka membangun sarangnya di mana saja di permukaan tanah.
Betina bisa menghasilkan 5--13 butir telur yang dierami selama 16 hari. Biasanya, jumlah telur yang ada dalam satu sarang mencapai 6--8 butir. Sayangnya, tidak banyak informasi yang tersedia mengenai sistem perkawinannya, dilansir Animalia.
Puyuh batu ternyata hidup dalam kawanan dan bahkan mencari makan bersama. Kamu juga tahu bahwa mereka tidak begitu pemilih makanan. Tidak hanya itu, puyuh batu sangat populer dan berakhir didomestikasi, ada banyak mutasi yang telah dikembangkan. Saat ini, mereka diklasifikasikan sebagai Least Concern oleh IUCN dan tren populasinya masih stabil.