Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Sigung Bertudung, Punya Trik Jijik untuk Kabur dari Predator

sigung bertudung yang sedang berkeliling (commons.wikimedia.org/Dmitrij Rodionov)
Intinya sih...
  • Sigung bertudung nyaman hidup di berbagai variasi hutan, padang rumput, semak belukar, kaki gunung berbatu, sampai gurun pasir.
  • Mereka memiliki rumah di dalam tanah yang dibangun sendiri berkat cakar mereka.
  • Sigung bertudung memiliki kelenjar aroma yang tidak sedap sebagai pertahanan terakhir ketika merasa terancam.

Siapa, sih, yang tidak kenal dengan sigung (famili Mephitidae)? Mamalia dengan ciri khas rambut berwarna hitam dan putih ini sangat populer karena kemampuan untuk mengeluarkan aroma tak sedap yang membuat siapapun tak akan betah berada dekat dengan mereka. Nah, sigung ini bukan spesies hewan yang berdiri sendiri karena mereka masih terbagi atas 4 genera dan 12 spesies berbeda. Salah satu spesies yang menarik untuk dibahas adalah sigung bertudung (Mephitis macroura).

Ciri fisik yang membedakan sigung bertudung dengan kerabat yang lain, terutama sigung bergaris (Mephitis mephitis), terletak pada ekor yang lebih panjang serta rambut tebal-halus di sekitar kepala dan leher. Sementara itu, perpaduan warna rambut sigung bertudung terbilang identik dengan kerabat yang lain, yakni putih, hitam, dan agak kekuningan. Soal ukuran, sigung bertudung masih sedikit lebih kecil kalau dibandingkan dengan sigung bergaris.

Panjang tubuh mamalia ini sekitar 55—79 cm, ditambah ekor sepanjang 35—40 cm, dan bobot 400—2.700 gram saja. Tentunya ada berbagai hal menarik lain yang dimiliki oleh sigung bertudung dan kita akan segera membahasnya. Jadi, kalau ingin kenalan dengan hewan dengan kemampuan “busuk” ini, langsung gulir layar ke bawah, ya!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

ilustrasi peta persebaran sigung bertudung (commons.wikimedia.org/Chermundy)

Sigung bertudung termasuk hewan dari Dunia Baru alias benua Amerika. Dilansir University of Michigan, mereka tersebar mulai dari selatan Amerika Serikat, Meksiko, Guatemala, Nikaragua, El Salvador, dan Kosta Rika. Pilihan habitat yang dapat ditinggali sigung ini terbilang sangat beragam.

Sebab, mereka nyaman hidup di berbagai variasi hutan, padang rumput, semak belukar, kaki gunung berbatu, sampai gurun pasir. Sebisa mungkin sigung bertudung akan mencari lingkungan yang dekat dengan sumber air dengan vegetasi yang cukup sekaligus menghindari dataran tinggi. Ketinggian habitat yang ditinggali mereka antara 300—3.100 meter di atas permukaan laut dengan rata-rata ketinggian sekitar 1.100 meter.

Untuk urusan makanan, sigung bertudung termasuk hewan omnivor. Mereka mengonsumsi berbagai jenis vertebrata kecil, serangga, buah-buahan, telur burung, sampai sisa sampah manusia. Aktivitas mencari makan dilakukan pada malam hari karena mereka tergolong hewan nokturnal. Kalau menemukan makanan dengan cangkang atau material keras di luar, sigung bertudung memanfaatkan cakar di kaki depan untuk membukanya.

2. Kehidupan sosial

sigung bertudung bersembunyi di dalam lubang (commons.wikimedia.org/Juan Cruzado Cortés)

Sebenarnya, dalam banyak waktu sigung bertudung termasuk hewan soliter. Namun, pada momen tertentu, semisal induk yang menjaga anak atau menjelang musim kawin, beberapa individu akan terlihat bersama. Hanya saja, mengingat kecenderungan untuk menyendiri, tidak banyak hal yang kita ketahui soal komunikasi antar sesama sigung bertudung. Kalau sigung muda, ada beberapa gestur fisik yang ditunjukkan pada individu lain, semisal menjerit, mengangkat ekor, dan mengentakkan kaki.

Dilansir Animal Diversity, sigung bertudung punya rumah di dalam tanah yang dibangun sendiri berkat cakar mereka. Akan tetapi, kalau ada kesempatan, mereka lebih memilih lubang bekas hewan lain karena cara memperolehnya relatif lebih mudah. Lubang ini mereka gunakan untuk beristirahat saat siang hari dan terkadang ditemukan di tempat yang tak terduga, semisal di bawah batang pohon, batu, ataupun di bawah bangunan milik manusia.

3. Kelenjar aroma yang tidak sedap

sigung bertudung sedang bersiap menyemprotkan kelenjar aroma yang berbau busuk (commons.wikimedia.org/SaguaroNPS)

Berbicara soal spesies sigung rasanya tak lengkap kalau tidak menyebut soal kemampuan mereka dalam mengeluarkan aroma tak sedap. Ya, singung bertudung pun mampu mengeluarkan aroma ini kalau merasa terancam oleh kehadiran makhluk berukuran besar. Animal Diversity melansir bahwa aroma tersebut berasal dari kelenjar khusus di area dubur yang dapat mereka.

Sebenarnya, kelenjar aroma itu merupakan pertahanan terakhir yang akan dilakukan sigung bertudung saat merasa terancam. Jika masih memungkinkan, mamalia ini lebih banyak lari dan bersembunyi di dalam lubang. Namun, ketika sudah memutuskan untuk menyemprot kelenjar aroma ini, sigung ini akan mengambil jarak sekitar 1—2 meter dari target, mengangkat ekor tinggi-tinggi, dan menyemprotkan cairan berbau dengan yang bisa mencapai jarak 2 meter secara akurat.

Adapun, kelenjar aroma ini mengandung thiol, thioacetate, dan methylquinoline. Campuran ini membuat aroma yang dihasilkan jadi sangat menyengat, melekat dalam waktu yang banyak, dan mengandung agen lakrimal yang dapat memengaruhi mata. Maka dari itu, semprotan ini jelas membuat tak nyaman siapapun yang terkena, malah dapat menimbulkan rasa sakit kalau terkena mata. Berkat kemampuan ini, banyak makhluk yang lebih memilih menghindari kontak dengan sigung bertudung. Bahkan, predator besar pun cenderung tak mau mendekat sehingga makhluk yang dikonfirmasi dapat membunuh mamalia ini adalah manusia.

4. Sistem reproduksi

potret sigung bertudung dewasa (commons.wikimedia.org/ALAN SCHMIERER)

Mengingat kecenderungan mereka yang menyendiri, tak diketahui apakah ada ritual kawin khusus dari sigung tudung atau tidak. Akan tetapi, diketahui kalau mereka termasuk hewan poligini alias jantan akan kawin dengan beberapa betina saat musim kawin tiba. Bagi sigung bertudung, musim kawin dimulai antara bulan Februari—Maret.

Dilansir Animalia, setelah pembuahan selesai, sigung betina akan mengandung selama 60 hari. Dalam satu musim kawin, sigung bertudung betina dapat melahirkan 3—8 ekor anak. Selama periode awal hidup sang anak, betina akan selalu menemani mereka. Tidak diketahui berapa lama anak sigung bertudung hidup bersama induk mereka. Sementara itu, usia maksimal yang dapat dicapai spesies ini ternyata hanya sekitar 3—7 tahun saja.

5. Status konservasi

sigung bertudung yang sedang berkeliling (commons.wikimedia.org/Dmitrij Rodionov)

Berdasarkan catatan IUCN Red List, sigung bertudung masuk dalam kategori hewan dengan risiko rendah (Least Concern). Sekalipun habitat alami mereka sedang mengalami kerusakan, hal itu tidak berpengaruh pada populasi hewan ini. Sebab, tren populasi mereka cenderung meningkat dari tahun ke tahun, meski data angka populasi secara pasti masih sulit diperoleh.

Malahan, sigung bertudung cenderung berkonflik dengan manusia. University of Michigan melansir kalau hewan ini sering mengacak-acak sampai di pemukiman, mencuri telur dan hewan ternak berukuran kecil, merusak tanaman petani, sampai menyebarkan penyakit berbahaya seperti rabies. Belum lagi, kebiasaan menyemprotkan kelenjar aroma mereka jelas sangat mengganggu siapa saja. Maka dari itu, terkadang manusia yang pemukiman, peternakan, ataupun pertaniannya didatangi hewan ini sering sekali mencoba memburu mereka.

Meskipun demikian, terkadang kehadiran sigung bertudung bisa membawa rezeki. Daging dan kelenjar aroma yang ada di dubur mereka punya nilai ekonomis di beberapa negara karena dipercaya sebagai bahan pengobatan tradisional. Selain itu, rambut lebat mereka dinilai akan menjadi komoditas berharga di masa depan karena ringan dan halus. Ditambah lagi, sekalipun di satu sisi dapat merugikan, di sisi lain kehadiran sigung bertudung di sekitar area pertanian dapat membantu petani dalam menanggulangi masalah hama serangga pada tanaman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us