8 Fakta Unik Buaya Muara, Reptil Terbesar Ternyata Hidup di Indonesia!

- Buaya muara merupakan reptil terbesar di dunia. Mereka bisa tumbuh hingga 7 meter dan berat 1,2 ton.
- Jenis kelamin buaya muara ditentukan oleh suhu sarang, bukan genetik.
- Spesies ini dilindungi karena peran pentingnya dalam ekosistem, tetapi terancam oleh perburuan ilegal dan hilangnya habitat.
Tahu buaya muara? Mungkin kamu lebih mengenalnya dengan nama buaya air asin. Ya, buaya dengan nama ilmiah Crocodylus porosus ini kerap menggegerkan warga akibat serangan ganasnya yang menyebabkan luka parah hingga nyawa melayang. Gak heran kalau buaya muara jadi momok menakutkan.
Namun, di balik keganasannya, ada beberapa fakta unik seputar buaya muara yang menarik untuk dipelajari. Tahukah kamu kalau buaya muara merupakan jenis buaya sekaligus reptil terbesar yang ada di dunia saat ini? Tahukah kamu kalau jenis kelaminnya gak ditentukan oleh genetik? Yuk, simak delapan fakta unik buaya muara yang perlu kamu tahu berikut ini! Simak sampai akhir agar kamu tahu fakta-fakta lengkapnya, ya.
1. Reptil terbesar dan terberat di dunia

Buaya muara rata-rata tumbuh dengan panjang 2,3—3,3 meter dan berat 150—300 kilogram. Namun, laman Britannica mengungkap kalau buaya muara bisa tumbuh hingga sepanjang 7 meter dan berat mencapai 1,2 ton! Jantan biasanya sepertiga lebih besar dan berat daripada betina. Ukuran jumbonya ini sukses membuat buaya muara jadi spesies buaya terbesar sekaligus reptil terbesar di dunia yang masih ada saat ini. Selain di Indonesia, buaya muara tersebar mulai dari Asia Tenggara sampai Australia.
2. Betah di air dengan tingkat keasinan tinggi

Buaya muara mendapatkan namanya karena kerap ditemukan di sungai atau muara dekat laut. Dalam bahasa Inggris, mereka disebut saltwater crocodile atau buaya air asin. Kemampuannya bertahan di perairan dengan tingkat salinitas atau tingkat keasinan tinggi itu jadi inspirasi penamaannya.
Mengutip laman Australian Museum, buaya muara bisa menoleransi tingkat salinitas mulai dari 0 persen (air tawar) sampai 35 persen. Bahkan, mereka tercatat pernah ada di perairan dengan dua kali tingkat salinitas (70 persen) setara dengan air laut. Buaya ini paling sering ditemukan di wilayah pesisir atau sungai tempat mereka bisa berenang bebas di antara air tawar dan air payau.
3. Cuma sedikit anaknya yang berhasil tumbuh dewasa

Musim kawin buaya muara biasanya terjadi pada musim hujan. Menurut laman Animal Spot, buaya muara betina bisa menghasilkan 40—60 telur dalam setahun. Meski begitu, banyak dari telur ini yang hanyut terbawa banjir atau dimangsa oleh predator. Karena ada begitu banyak ancaman, cuma 1 persen dari buaya muara yang berhasil mencapai usia dewasa. Dibutuhkan waktu sekitar 7—10 tahun bagi reptil raksasa ini untuk tumbuh besar.
4. Jenis kelamin ditentukan suhu sarang

Tahukah kamu kalau jenis kelamin buaya muara ditentukan oleh suhu sarang? Ya, embrio buaya gak memiliki kromosom seksual. Seperti yang diungkapkan laman Animal Diversity, jenis kelamin buaya muara ditentukan oleh suhu sarang. Jantan diproduksi pada suhu sekitar 31,6 derajat celsius. Kalau suhu ini naik atau turun sedikit saja, jenis kelaminnya betina. Unik, ya?
5. Sifatnya luar biasa teritorial

Kita semua tahu kalau buaya muara kerap kali menyerang manusia. Menurut laman Oceana, hal ini sebagian disebabkan oleh sifat teritorialnya yang sangat kuat. Buaya muara bahkan gak menoleransi sesamanya. Mereka akan agresif mengusir pejantan saingan meski biasanya gak mempermasalahkan ada betina di wilayah kekuasaannya. Sementara, betina gak menoleransi sesama betina saat musim kawin, tulis laman Animalia. Nah, ukuran tubuh yang besar dan sifat teritorialnya yang kuat inilah yang membuat buaya muara sering bersikap agresif dan luar biasa berbahaya bagi manusia.
6. Termasuk satwa dilindungi di Indonesia

Buaya muara termasuk salah satu satwa yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Gak cuma itu, spesies reptil ini juga dilindungi oleh CITES. Menurut laman Animal Diversity, buaya muara dari Australia, Indonesia, dan Papua Nugini dimasukkan dalam Apendiks II yang membatasi perdagangan internasional, sementara buaya muara dari negara lain masuk dalam Apendiks I yang dilarang keras untuk diperdagangkan.
7. Seram, tapi berperan penting di ekosistem

Meski agresif dan menyeramkan, buaya muara punya banyak peran penting di ekosistem. Sebagai predator puncak, buaya muara mengontrol jumlah populasi spesies mangsanya. Proses pembuatan sarangnya juga menciptakan habitat perairan yang bermanfaat bagi begitu banyak spesies tumbuhan dan hewan sehingga membantu mereka bertahan hidup di berbagai musim, tulis laman Animalia.
8. Risiko kepunahan rendah, tapi ada banyak ancaman

Menurut laman National Geographic, buaya muara memiliki risiko kepunahan yang rendah. Namun, kulit buaya muara diduga dihargai lebih tinggi daripada buaya lainnya. Selain itu, perburuan ilegal, hilangnya habitat, sampai antipati terhadap buaya muara karena reputasinya sebagai pemakan manusia juga memberikan tekanan pada populasi buaya ini.
Senada, laman Britannica juga mengungkap kalau ancaman terbesar buaya muara terjadi di wilayah yang habitatnya tumpang tindih dengan tempat tinggal manusia. Buaya muara bersaing dengan manusia untuk mendapatkan ikan dan terkenal suka menyerang ternak di dekat tepi saluran air. Mereka juga melakukan banyak serangan terhadap manusia sehingga memicu perburuan pembalasan.
Gak cuma itu, konversi lahan basah dan kawasan alami lainnya menjadi pertanian dan dampak pencemaran air juga terus menghilangkan dan mengurangi habitat buaya muara. Semua ini bisa mengakibatkan penurunan populasi buaya muara dalam jangka panjang. Bukan tidak mungkin kalau buaya muara akan menjadi spesies terancam.
Semoga habitat buaya muara bisa lebih terjaga, ya. Dengan demikian, manusia dan buaya muara bisa hidup damai di tempat tinggal masing-masing tanpa saling mengusik. Nah, setelah tahu lebih banyak, bagaimana pendapatmu tentang buaya muara? Tulis di kolom komentar, ya!