Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Tokek Macan Tutul, Kaki Mereka Tak Bisa Menempel!

potret tokek macan tutul yang dipelihara di terarium (commons.wikimedia.org/Σ64)
Intinya sih...
  • Tokek macan tutul memiliki habitat alami di Asia Selatan dan Asia Barat, terutama India, Afghanistan, Pakistan, dan Iran.
  • Tokek macan tutul hidup secara berkelompok, hewan nokturnal, dan karnivor yang memakan berbagai jenis serangga.
  • Kemampuan menempel pada objek tidak dimiliki oleh tokek macan tutul karena kaki mereka tidak memiliki tekstur rambut mikroskopis dan tubuhnya lebih besar.

Tokek macan tutul (Eublepharis macularius) bisa dibilang merupakan salah satu jenis tokek yang sangat menarik untuk dibahas. Mereka merupakan salah satu jenis tokek dengan ukuran yang relatif besar. Panjang rata-rata tokek macan tutul sekitar 18—28 cm dengan bobot 50—80 gram.

Selain itu, motif totol pada tubuh yang jadi sumber namanya ini juga sangat menarik. Warna dasar kulit tokek macan tutul biasanya kuning ataupun cokelat agak jingga yang biasa disebut xanthophores ditambah dengan totol berwarna hitam di sekujur tubuh bernama melanophores. Nama Latin tokek ini, yaitu macularius, juga terinspirasi dari corak kulitnya ini karena macula dalam bahasa Latin berarti 'totol'.

Selain soal corak kulit, ada sejumlah fakta menarik lain yang dimiliki tokek macan tutul. Beberapa di antaranya membuat mereka unik ketimbang saudaranya yang lain, lho. Makin penasaran, kan? Simak daftar faktanya di bawah ini, ya!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Habitat alami tempat tokek macan tutul hidup adalah daerah dengan iklim kering. (commons.wikimedia.org/Ryan Somma)

Asia Selatan dan Asia Barat jadi tempat kita bisa menemukan tokek macan tutul secara alami. Peta persebarannya terdiri atas India, Afghanistan, Pakistan, hingga Iran. Berbeda dengan kebanyakan spesies lain, tokek yang satu ini justru hidup di daerah yang kering, misalnya gurun pasir, dataran berbatu, ataupun tempat-tempat lain yang jarang ditumbuhi tanaman. Di habitat alaminya, tokek macan tutul menjadikan celah batu dan batang pohon mati sebagai rumah.

Dilansir Animalia, tokek macan tutul juga hidup secara berkelompok dan tergolong hewan nokturnal. Sementara, untuk pilihan makanan, tokek ini merupakan karnivor yang bisa mengonsumsi berbagai jenis hewan lain, terutama serangga. Kecoak, cacing, kalajengking, lipan, kumbang, laba-laba, jangkrik, hingga reptil kecil lain yang ada di sekitarnya bisa menjadi pilihan makanan bagi tokek macan tutul.

 

2. Reptil yang menghasilkan banyak suara

Walau jarang bersuara, tokek macan tutul dapat menghasilkan suara yang keras. (commons.wikimedia.org/Christian von Faber-Castell)

Sebenarnya, tokek macan tutul tak selalu mengeluarkan suara ketika beraktivitas. Akan tetapi, pada momen-momen tertentu, mereka bisa saja mengeluarkan beragam jenis suara yang bisa dibilang cukup berisik. Saat sedang merasa terancam, misalnya, tokek macan tutul bisa mengeluarkan suara semacam jeritan dan gonggongan yang cukup keras, dilansir BecauseTees.

Selain itu, ketika berkomunikasi antarsesamanya, tokek macan tutul juga dapat mengeluarkan suara khas tokek pada umumnya. Suara decitan, siulan, dan bunyi "klik" juga bisa didengar sebagai tanda kalau tokek ini sedang saling berkomunikasi. Menariknya, suara keras yang mereka hasilkan ternyata berasal dari pita suaranya, lho. Bagi dunia reptil, keberadaan pita suara ini cukup langka dan tokek macan tutul merupakan salah satu jenis reptil yang memilikinya.

3. Tak bisa menempel pada objek di sekitar

Bukannya rambut mikroskopis untuk menempel pada objek, tokek macan tutul justru memiliki cakar untuk mencengkeram. (commons.wikimedia.org/Iterat)

Kalau mendengar atau membaca soal tokek, salah satu hal yang terlintas di benak kita tentunya adalah kemampuan spesies ini untuk menempel pada berbagai objek. Sayangnya, kemampuan menempel ini sama sekali tidak dimiliki oleh tokek macan tutul. Ada sejumlah alasan soal mengapa kemampuan ini harus absen dari mereka.

Fact Animal melansir kalau kaki tokek macan tutul tidak memiliki tekstur berupa rambut mikroskopis layaknya saudara mereka yang lain. Itu karena sebenarnya mereka tergolong sebagai hewan terestrial. Artinya, tokek ini tidak terlalu memerlukan kemampuan memanjat mengingat habitat mereka pun sebenarnya minim lokasi untuk dipanjat. Selain itu, tubuh tokek macan tutul juga cenderung lebih lebar dan besar sehingga mungkin saja membuat mereka sulit untuk menempel pada objek tertentu.

Oleh karena itu, tokek macan tutul lebih memilih mengembangkan beberapa kemampuan lain sebagai ganti hilangnya kemampuan menempel ini. Salah satu yang cukup menarik ialah keberadaan kelopak mata yang bisa mereka buka dan tutup, sesuatu yang sebenarnya tidak dimiliki spesies tokek lain. Berkat keberadaan kelopak matanya ini, tokek bisa melindungi matanya dari debu di sekitar dan bisa tidur sambil memejamkan mata, lho.

4. Sistem reproduksi

pasangan tokek macan tutul yang dipelihara manusia (commons.wikimedia.org/William Warb)

Musim kawin bagi tokek macan tutul biasanya terjadi pada musim panas. Sebelum mulai kawin, biasanya jantan akan memulai semacam ritual dengan ekornya yang mengeluarkan suara derik. Setelah pasangan terbentuk, barulah keduanya akan kawin dalam waktu relatif cepat, yakni sekitar 2—3 menit saja. Menariknya, usia kematangan seksual bagi tokek macan tutul tak hanya dilihat dari waktu kelahiran, tetapi bobotnya juga. Jika ada individu yang sudah mencapai bobot 45 gram sebelum 10 bulan, sebenarnya tokek macan tutul itu sudah matang secara seksual.

Dilansir San Diego Zoo, setelah proses kawin berakhir, betina akan mengeluarkan telur pada beberapa gelombang yang berbeda. Dalam 1 gelombang, betina hanya mengeluarkan 1 hingga 2 butir telur dan memiliki rentang 15—22 hari sebelum mengeluarkan telur pada gelombang berikutnya. Telur-telur yang dikeluarkan betina ini akan dikubur di bawah material yang halus untuk menjalani masa inkubasi selama 45—53 hari.

Mirip seperti buaya, suhu pada masa inkubasi sangat menentukan jenis kelamin dari anak-anak tokek macan tutul, khususnya pada kurun waktu 2 minggu pertama. Jika suhu pada masa inkubasi sekitar 26 derajat celsius, anak-anak tokek macan tutul yang menetas akan didominasi betina. Sementara, pada suhu 32 derajat celsius, anak-anak jantan yang lebih mendominasi. Menariknya, pada suhu antara 29—31 derajat celsius, biasanya anak-anak yang lahir adalah jantan dan betina dalam jumlah yang sama.

5. Ada berbagai bagian tubuh lain yang tak kalah unik

potret wajah dari tokek macan tutul (commons.wikimedia.org/Christian von Faber-Castell)

Tokek macan tutul juga memiliki sejumlah bagian tubuh yang menarik untuk dibahas, semisal ekornya. Kebanyakan ekor spesies ini bisa dilepaskan ketika merasa terancam dengan kehadiran predator di sekitar. Hebatnya, ekor yang mereka lepaskan ini masih bisa dikendalikan sehingga bisa bergerak-gerak layaknya makhluk hidup dengan harapan bisa mengecoh calon predator tersebut. Kemudian, ekor yang mereka lepaskan ini dapat tumbuh lagi hanya dalam kurun waktu 1 bulan. 

Selain itu, tokek macan tutul juga termasuk hewan yang sangat sering berganti gigi. Dilansir Fact Animal, ada sekitar 100 gigi kecil pada mulut tokek ini dan mereka dapat menggantinya secara rutin tiap 3—4 bulan sekali. Ditambah lagi, tokek macan tutul juga sering mengganti kulitnya tiap sebulan sekali. Adapun, alasan penggantian kulit ini ialah untuk menghindari aroma tubuhnya terdeteksi predator.

Berkat corak tubuhnya yang unik, tokek macan tutul ternyata jadi salah satu reptil peliharaan yang sangat populer. Cara merawat tokek ini pun relatif mudah selama pemelihara menjaga suhu pada kandangnya. Kamu sendiri kira-kira tertarik, gak, untuk memelihara tokek macan tutul yang cantik ini?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mayang Ulfah Narimanda
Yudha
Mayang Ulfah Narimanda
EditorMayang Ulfah Narimanda
Yudha
EditorYudha
Follow Us