Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fenomena “Kota Tak Pernah Tidur” Apa Dampaknya bagi Tubuh Manusia?

Ilustrasi Kota
ilustrasi kota (pexels.com/Peng LIU)
Intinya sih...
  • Cahaya kota bisa ganggu jam biologis tubuhCahaya buatan di malam hari menurunkan produksi hormon melatonin, menyebabkan insomnia ringan hingga kelelahan kronis.
  • Suara kota tingkatkan stres tanpa disadariDeru kendaraan dan bising aktivitas malam meningkatkan kadar hormon stres, mengganggu sistem saraf dan menyebabkan kecemasan ringan.
  • Tubuh sulit beradaptasi dengan malam yang terlalu terangKota yang terang di tengah malam membuat tubuh sulit membedakan waktu istirahat atau beraktivitas, mengganggu proses regenerasi sel saat tidur.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kota besar sering dijuluki sebagai “kota yang tak pernah tidur”. Lampu-lampu jalan yang terus menyala, deru kendaraan yang tak kunjung berhenti, hingga aktivitas malam hari yang justru semakin ramai jadi pemandangan biasa. Namun di balik gemerlap itu, ada fenomena menarik yang sedang dikaji oleh para ilmuwan: bagaimana gaya hidup kota yang selalu aktif memengaruhi tubuh manusia.

Ketika malam berubah jadi siang dan waktu istirahat tergeser oleh rutinitas, tubuh manusia sebenarnya sedang melawan ritme alaminya sendiri. Ritme sirkadian, sistem biologis yang mengatur kapan tubuh harus tidur dan bangun, bisa terganggu akibat paparan cahaya buatan dan aktivitas malam yang berlebihan. Dalam jangka panjang, hal ini gak cuma bikin sulit tidur, tapi juga memicu gangguan hormon dan metabolisme.

1. Cahaya kota bisa ganggu jam biologis tubuh

Ilustrasi Kota
ilustrasi kota (pexels.com/Lukas Kloeppel)

Cahaya buatan di malam hari, seperti dari lampu jalan atau layar gawai, bisa menipu otak seolah masih siang. Akibatnya, produksi hormon melatonin yang berfungsi membuat tubuh rileks jadi menurun. Jika berlangsung terus-menerus, seseorang bisa mengalami insomnia ringan hingga kelelahan kronis.

Bahkan, tubuh yang kekurangan tidur cenderung lebih cepat stres dan sulit fokus di pagi hari. Fenomena ini umum terjadi pada warga kota besar yang terbiasa beraktivitas hingga larut malam. Dalam jangka panjang, kualitas tidur yang buruk bisa berimbas pada kesehatan jantung dan daya tahan tubuh.

2. Suara kota tingkatkan stres tanpa disadari

Ilustrasi Kota
ilustrasi kota (pexels.com/Nout Gons)

Deru kendaraan, klakson, dan bising aktivitas malam menciptakan polusi suara yang jarang disadari dampaknya. Tubuh manusia merespons kebisingan dengan meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Meski terdengar sepele, reaksi ini bisa mengganggu sistem saraf dan membuat tubuh terus berada dalam mode “siaga”.

Saat keadaan ini terjadi setiap hari, tubuh gak punya waktu cukup untuk beristirahat secara optimal. Akibatnya, seseorang bisa merasa lelah meski sudah tidur, dan rentan mengalami gangguan kecemasan ringan. Di kota besar, hal seperti ini kerap dianggap wajar, padahal efek jangka panjangnya nyata bagi kesehatan mental.

3. Tubuh sulit beradaptasi dengan malam yang terlalu terang

Ilustrasi Kota
ilustrasi kota (pexels.com/Pixabay)

Lingkungan kota yang terang benderang bahkan di tengah malam membuat otak kehilangan orientasi waktu alami. Dalam kondisi seperti ini, tubuh sulit membedakan kapan waktunya istirahat atau beraktivitas. Akibatnya, ritme biologis menjadi kacau dan memengaruhi proses regenerasi sel yang umumnya terjadi saat tidur malam.

Penelitian menunjukkan bahwa regenerasi tubuh paling optimal terjadi antara pukul 22.00–02.00. Namun jika di waktu itu seseorang masih terpapar cahaya terang, tubuh gak akan masuk ke fase tidur dalam. Inilah salah satu alasan kenapa banyak orang kota merasa lelah meski tidur cukup lama.

4. Aktivitas malam ubah pola makan dan metabolisme

Ilustrasi Kota
ilustrasi kota (pexels.com/Yuting Gao)

Gaya hidup kota yang aktif hingga larut malam sering bikin seseorang makan di luar jam normal. Kebiasaan ini bisa mengganggu metabolisme dan membuat tubuh menyimpan lebih banyak lemak. Selain itu, makan tengah malam juga memperberat kerja pencernaan yang seharusnya sudah melambat di malam hari.

Jika dilakukan terus-menerus, dampaknya bisa terasa pada berat badan dan kadar gula darah. Tubuh yang terbiasa begadang sambil makan juga lebih rentan mengalami gangguan pencernaan seperti kembung atau maag. Akhirnya, tubuh jadi lebih mudah lelah dan sulit menjaga konsentrasi di siang hari.

5. Gaya hidup kota bisa mempercepat kelelahan mental

Ilustrasi Kota
ilustrasi kota (pexels.com/Umar Mukhtar)

Kota yang tak pernah tidur membuat banyak orang merasa harus terus aktif, produktif, dan “online”. Tekanan ini bisa memicu kelelahan mental yang dikenal sebagai burnout. Bahkan, waktu malam yang seharusnya jadi momen tenang pun berubah jadi waktu kerja tambahan atau berselancar di media sosial.

Tanpa sadar, tubuh kehilangan waktu istirahat yang benar-benar berkualitas. Akibatnya, seseorang bisa kehilangan motivasi, sulit fokus, dan emosinya mudah berubah. Istirahat yang terganggu secara terus-menerus membuat tubuh dan pikiran gak punya kesempatan untuk pulih.

Fenomena “kota yang tak pernah tidur” memang mencerminkan semangat hidup modern yang dinamis, tapi di sisi lain juga menguji batas tubuh manusia. Ritme alami kita diciptakan untuk beristirahat di malam hari dan aktif di siang hari, bukan sebaliknya. Jika kota terus terjaga, manusia di dalamnya perlu belajar menciptakan malam yang tetap tenang meski hanya dengan mematikan lampu kamar dan menutup layar lebih cepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Burung Pelatuk Bersalju, Suka Makan Kotoran dan Curi Makanan

10 Okt 2025, 20:29 WIBScience