Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hewan Invasif yang Berkeliaran di Indonesia, Sangat Merugikan!

Kucing feral merupakan salah satu hewan invasif (commons.wikimedia.org/Alexey Komarov)
Kucing feral merupakan salah satu hewan invasif (commons.wikimedia.org/Alexey Komarov)

Dari banyaknya hewan yang berkeliaran di hutan, kebun, sawah, sungai, atau pemukiman tentunya tidak semua hewan tersebut punya andil terhadap lingkungan. Justru ada beberapa hewan yang malah merusak lingkungan sampai merugikan manusia. Ada hewan yang statusnya sebagai hama, perusak ekosistem sampai hewan invasif.

Hewan invasif sendiri merupakan hewan yang bukan merupakan hewan asli di suatu daerah. Kehadiran hewan invasif mampu menimbulkan kerusakan alam sampai merugikan ekonomi di suatu daerah, terang National Geographic. Kehadiran hewan invasif juga dipicu banyak hal, seperti adanya hewan peliharaan yang lepas, dibawa oleh manusia dengan sengaja sampai secara tidak sengaja terbawa oleh manusia lewat transportasi. Hewan invasif juga ada di berbagai belahan dunia tidak terkecuali Indonesia, lho. Berikut beberapa hewan invasif di Indonesia yang sangat merugikan.

1. Kucing feral

Kucing feral (commons.wikimedia.org/Brocken Inaglory)
Kucing feral (commons.wikimedia.org/Brocken Inaglory)

Kamu pasti sering bertemu kucing entah itu di sekolah, jalanan, taman, bahkan di pasar. Tapi apa kamu tahu kalau kucing-kucing yang kamu temui tersebut merupakan hewan invasif yang merugikan? Kucing domestik atau Felis catus adalah hewan yang sudah lama didomestikasi oleh manusia. Mereka dilatih untuk hidup berdampingan dengan manusia dan jadi peliharaan manusia. Namun kucing domestik yang tidak bertuan dan liar lama-kelamaan menjadi kucing feral dan malah jadi hewan yang merusak lingkungan.

American Bird Conservacy menerangkan kalau kucing feral dapat menyebarkan penyakit, menggusur eksistensi spesies asli bahkan sampai memengaruhi ekonomi secara masif. Bahkan di Amerika Serikat kucing feral sanggup membunuh 1 miliar burung setiap tahunnya. Tak cuma di Amerika Serikat, hadirnya kucing feral di Australia juga sangat merugikan sampai-sampai menyebabkan kepunahan beberapa spesies asli di sana. 

2. Bekicot

Bekicot (commons.wikimedia.org/7hari)
Bekicot (commons.wikimedia.org/7hari)

Siput raksasa yang sering terlihat di kebun atau sungai ini ternyata juga sangat merugikan, lho. Dilansir Global Invasive Species Database, hewan dengan nama ilmiah Lissachatina fulica ini jadi salah satu siput yang paling invasif dan paling merugikan di dunia. Nafsu makannya yang besar dan kemampuan adaptasinya yang luar biasa membuat hewan satu ini sangat sulit dibasmi. Tak cuma merugikan bagi ekosistem, bekicot juga sangat merugikan bagi manusia.

Pertama, nafsu makan bekicot yang besar membuat hewan ini mampu memakan tanaman apapun. Jika dibiarkan terus maka bekicot mampu merusak sampai membunuh tanaman yang ia makan. Kedua, bekicot mampu menyebarkan patogen yang berbahaya bagi tanaman, hewan bahkan manusia. Ketiga, bekicot mampu merugikan suatu pihak atau negara secara masif. Jika bekicot terus memakan tanaman konsumsi seperti padi dan sayuran maka bekicot bisa merugikan petani dan negara seperti yang terjadi di Amerika Serikat dan India.

3. Bunglon taman

Bunglon taman (commons.wikimedia.org/Sid Wildlife)
Bunglon taman (commons.wikimedia.org/Sid Wildlife)

Tak cuma mamalia dan moluska, reptil kecil seperti bunglon taman juga bisa jadi hewan invasif. Kadal dengan nama ilmiah Calotes versicolor ini sudah menginvasi beberapa negara, seperti Singapura, Brunei, Malaysia, dan Indonesia. Artikel di jurnal BioOne menerangkan kalau kehadiran bunglon taman di Borneo sangat menganggu ekosistem asli di sana.

Bunglon taman bersaing dengan kadal asli di Borneo dan karena kemampuan adaptasinya yang baik membuat populasi kadal asli Borneo mulai berkurang. Bunglon taman juga mengancam populasi invertebrata asli di Borneo. Efeknya memang belum terlalu masif namun jika dibiarkan bukan tidak mungkin kadal ini bisa lebih merugikan di masa depan.

4. Ikan sapu-sapu

Ikan sapu-sapu (commons.wikimedia.org/Raphaël Covain)
Ikan sapu-sapu (commons.wikimedia.org/Raphaël Covain)

Awalnya ikan sapu-sapu banyak dijadikan peliharaan dan pembersih alga alami. Namun belakangan ini populasi mereka jadi tidak terkendali sampai menjadi ikan invasif yang sangat merugikan. Karena kegemarannya memakan alga, invertebrata dan beberapa jenis tanaman, ikan sapu-sapu jadi ancaman yang serius bagi ekosistem asli di suatu daerah.

Jika ikan sapu-sapu terus memakan alga tanpa terkendali mereka mampu merusak pH air sampai membunuh ikan lain. Tak cuma itu, berbagai sumber juga menyebut kalau kehadiran ikan sapu-sapu mampu meniadakan sumber makanan ikan lain dan menyebarkan penyakit ke hewan lain. Ikan ini juga punya tubuh yang keras sehingga predator sulit untuk memakannya.

5. Ikan nila

Ikan nila (commons.wikimedia.org/Bjørn Christian Tørrissen)
Ikan nila (commons.wikimedia.org/Bjørn Christian Tørrissen)

Ikan nila jadi salah satu ikan konsumsi yang sangat populer di Indonesia. Selain rasa dagingnya yang lezat, ukurannya yang besar dan harganya yang murah ikan ini juga mudah dibudaya sehingga masyarakat bisa membelinya di mana saja. Namun sebenarnya ikan ini bukan berasal dari Indonesia, punya nama ilmiah Oreochromis niloticus ikan nila sebenarnya berasal dari Benua Afrika. Ia bisa tersebar sampai Indonesia lewat jalur perdagangan, lebih spesifiknya adalah jual beli ikan.

Artikel di jurnal IOPScience menjelaskan kalau ikan nila saat ini menjadi hewan invasif di Benua Amerika, Afrika dan Asia, salah satunya Indonesia. Pertumbuhan ikan ini sangat cepat, ia juga merupakan ikan yang sangat adaptif dan tidak pilih-pilih makanan. Karenanya populasi ikan nila di Indonesia dan beberapa negara lain menjadi tidak terkendali. Akibatnya ikan nila mendorong berkurangnya populasi ikan asli di negara-negara yang ia invasi. Bahkan kegemarannya memakan alga juga bisa membuat kualitas dan kondisi air menjadi tidak stabil yang akhirnya membunuh banyak makhluk hiup.

6. Keong emas

Keong emas (commons.wikimedia.org/KENPEI)
Keong emas (commons.wikimedia.org/KENPEI)

Keong yang kerap terlihat di sawah dan genangan air ini sangat merugikan, bahkan keong emas masuk dalam daftar 100 hewan invasif paling merugikan di dunia menurut IUCN Red List, terang Smithsonian Institution. Awalnya keong emas diperkenalkan ke Benua Asia sebagai hewan konsumsi namun gagal. Kegagalan tersebut malah menimbulkan masalah baru karena keong emas akhirnya menjadi hama bagi petani padi. Mereka kerap memakan benih padi hingga membuat gagal panen. Tak cuma di Asia dan Indonesia, keong dengan nama ilmiah Pomacea canaliculata juga jadi hewan invasif di Amerika Serikat dan beberapa negara lain.

Hewan invasif punya banyak efek buruk bagi ekosistem, ekonomi bahkan kesehatan manusia. Mereka mampu menyebarkan penyakit, menyebabkan gagal panen, merugikan ekonomi suatu negara, sampai membunuh spesies asli suatu daerah. Karenanya pemberantasan hewan invasif perlu dilakukan dengan serius dan efisien. Pemerintah tidak boleh tinggal diam karena ancaman hewan invasif di Indonesia sangat nyata dan serius. Upaya pencegahan dan penanganan hewan invasif perlu dilakukan di seluruh wilayah Indonesia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us