6 Fakta Unik Kakatua Putih, si Jambul Payung yang Terancam

- Kakatua putih punya jambul payung sebagai alat komunikasi emosional
- Kakatua putih adalah burung yang sangat sosial dan setia
- Punya cara unik membedakan jantan dan betina
Burung putih dengan jambul ikonik yang bisa mekar seperti payung ini ternyata menyimpan banyak cerita. Kakatua putih, atau dalam nama ilmiahnya Cacatua alba, bukan sekadar burung hias yang cantik. Mereka adalah satwa endemik dari kepulauan Maluku Utara di Indonesia, yang kecerdasan dan tingkah lakunya seringkali membuat kita kagum sekaligus terenyuh. Kehidupannya di alam liar, dari hutan-hutan Halmahera hingga Bacan, penuh dengan dinamika sosial yang kompleks dan tantangan untuk bertahan hidup.
Keberadaannya yang eksotis ini membuatnya menjadi salah satu burung paling populer di pasar hewan peliharaan global. Namun, di balik popularitasnya, ada kisah tentang kesetiaan, kecerdasan yang butuh asahan, hingga ancaman serius yang mengintai populasinya. Mari kita kenali lebih dekat si "jambul payung" ini, dari kebiasaan uniknya saat mencari pasangan hingga statusnya yang kini terancam di rumahnya sendiri.
1. Punya jambul payung sebagai alat komunikasi emosional

Jambul pada kakatua putih bukan sekadar hiasan kepala. Menurut laman Mundomar Benidorm, jambul mekar berbentuk setengah lingkaran yang mirip payung ini adalah alat komunikasi visual yang penting. Jambul ini akan ditegakkan saat mereka merasa terkejut, bersemangat, takut, atau bahkan penasaran. Ini adalah cara mereka menunjukkan kondisi emosionalnya kepada kakatua lain atau kepada manusia yang berinteraksi dengannya.
Saat sedang rileks atau tenang, jambulnya akan kembali rebah dan merapat ke kepala. Jadi, jika melihat jambulnya mengembang penuh, itu tandanya ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebagaimana dijelaskan dalam Encyclopedia of Parrots, mekanisme ini juga berfungsi sebagai pertahanan diri, membuat mereka terlihat lebih besar dan mengintimidasi saat merasa terancam. Kemampuan ini menjadikan jambulnya sebagai jendela untuk memahami apa yang sedang dirasakan oleh si burung.
2. Kakatua putih adalah burung yang sangat sosial dan setia

Di alam liar, kakatua putih hidup dalam pasangan atau kelompok kecil, meskipun kadang bisa berkumpul dalam kawanan hingga 50 ekor. Mereka adalah makhluk yang sangat sosial, namun ikatan terkuat yang mereka bentuk adalah dengan pasangannya. Seperti dilansir Animal Diversity Web, kakatua putih bersifat monogami, artinya mereka hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya.
Ikatan ini sangat kuat, bahkan mereka bisa mengalami depresi berat jika dipisahkan dari pasangannya. Saat ritual kawin, sang jantan akan melakukan "tarian" dengan mengembangkan bulu, melebarkan sayap, dan menegakkan jambulnya untuk menarik perhatian betina. Kesetiaan ini juga terbawa saat mereka dipelihara manusia; mereka seringkali menganggap pemiliknya sebagai pasangannya dan akan sangat terikat secara emosional.
3. Punya cara unik membedakan jantan dan betina

Sekilas, penampilan kakatua putih jantan dan betina terlihat sangat identik, atau secara teknis disebut dimorfisme seksual yang minim. Namun, ada satu cara mudah untuk membedakan jenis kelamin mereka, yaitu dengan melihat warna iris matanya. Dilansir Mundomar Benidorm, kakatua jantan dewasa memiliki iris mata berwarna cokelat tua atau hitam. Sebaliknya, betina dewasa cenderung memiliki iris mata berwarna kemerahan atau cokelat kemerahan.
Perbedaan ini baru akan terlihat jelas saat mereka mencapai usia dewasa. Selain dari warna mata, pejantan umumnya memiliki kepala dan paruh yang sedikit lebih besar dan lebar dibandingkan betina. Bagi para penangkar atau peneliti di lapangan, perbedaan tipis ini sangat membantu dalam mengidentifikasi dan memasangkan individu untuk program konservasi atau pengembangbiakan.
4. Makanan mereka di alam liar cukup bervariasi

Kakatua putih memiliki selera makan yang cukup beragam dan oportunistis. Makanan utama mereka di habitat aslinya adalah buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Menurut Animal Diversity Web, mereka sering terlihat menikmati buah-buahan lokal seperti pepaya, durian, dan rambutan. Paruh mereka yang kuat dan melengkung dirancang sempurna untuk memecahkan cangkang kacang yang keras sekalipun.
Tidak hanya herbivora, mereka juga diketahui bersifat omnivora. Terkadang, mereka memangsa serangga seperti jangkrik atau bahkan reptil kecil seperti kadal untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya. Kebiasaan makan mereka yang fleksibel ini juga yang terkadang menimbulkan konflik dengan manusia. Encyclopedia of Parrots menyebutkan bahwa mereka bisa menjadi hama bagi petani karena kerap memakan jagung di ladang.
5. Termasuk burung cerdas yang butuh banyak stimulasi mental

Kecerdasan kakatua putih seringkali disamakan dengan anak balita. Mereka sangat ingin tahu dan punya kemampuan memecahkan masalah. Animal Diversity Web bahkan mencatat bahwa kakatua putih mampu menggunakan alat, misalnya memakai ranting untuk menggaruk punggungnya yang gatal. Kecerdasan ini membuat mereka menjadi hewan peliharaan yang menantang.
Jika tidak diberi stimulasi mental yang cukup, seperti mainan, teka-teki, atau interaksi rutin, mereka bisa menjadi neurotik dan stres. Perilaku ini seringkali diekspresikan dengan berteriak keras atau mencabuti bulu sendiri hingga botak. Oleh karena itu, memelihara kakatua putih membutuhkan komitmen tinggi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan, yang tidak kalah penting, kebutuhan psikologisnya.
6. Populasinya terancam oleh perdagangan hewan liar

Di balik pesonanya, kakatua putih menghadapi ancaman serius di alam liar. Status konservasinya menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) adalah Terancam (Endangered). Ancaman terbesar datang dari penangkapan liar untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan. Popularitas dan harganya yang tinggi di pasar internasional memicu perburuan besar-besaran.
Animal Diversity Web melaporkan bahwa pada awal 1990-an, diperkirakan 17% dari total populasi mereka di alam ditangkap setiap tahunnya. Meskipun pemerintah Indonesia sudah melarang penangkapannya dengan memberlakukan kuota nol sejak 1999, penegakan hukum yang lemah masih menjadi masalah. Ditambah lagi dengan deforestasi atau hilangnya habitat hutan, masa depan si jambul payung ini di tanah kelahirannya menjadi semakin tidak menentu.
Kakatua putih adalah cerminan kekayaan hayati Indonesia yang tak ternilai, dengan kecerdasan emosional dan sosial yang luar biasa. Melindungi mereka dari ancaman kepunahan adalah tanggung jawab kita bersama, agar pesona jambul payung ini tetap bisa dinikmati oleh generasi mendatang di habitat aslinya.

















