Kenali Labo Namu, si Misterius yang Dijuluki sebagai Tupai Vampir

Kesan apa yang pertama kamu pikirkan ketika mendengar tupai vampir? Apakah itu pemburu berdarah dingin yang kejam? Labo namu atau papun babu juga dikenal sebagai tufted ground squirrel dan groove-toothed squirrel. Spesies tupai misterius endemik Kalimantan yang misterius. Mereka berada dalam famili Sciuridae dan memiliki nama ilmiah Rheithrosciurus macrotis.
Panjang tubuhnya hanya 33,5--35,2 sentimeter, sedangkan ekornya sepanjang 29,9--34,2 sentimeter. Beratnya sekitar 1--2 kilogram. Bagian punggungnya didominasi warna cokelat kemerahan. Telinganya berbulu lebat dengan surai warna merah hingga cokelat tua. Jika kamu melihatnya, ada garis di sisi tubuhnya yang warnanya bervariasi, mulai dari putih, kuning kecokelatan, krem atau cokelat tua.
Apa yang membuat labo namu begitu misterius? Kamu bisa menemukan jawabannya pada penjelasan berikut ini.
1. Endemik Kalimantan yang dilindungi

Wilayah penyebaran labo namu tidak lagi luas karena populasinya menurun. Mereka hanya menghuni lereng bukit di hutan primer dataran rendah yang ada di Kalimantan. Biasanya ditemukan di ketinggian di bawah 1.100 meter. Terkadang, hewan ini mengunjungi kebun buah-buahan dan hutan sekunder, tapi kasus ini mungkin jarang terjadi.
Animalia menginformasikan bahwa di Sarawak, labo namu dilindungi, tetapi di Sabah diperbolehkan untuk diburu dengan izin resmi. Mereka banyak diburu untuk diambil ekornya, biasanya masyarakat lokal menggunakannya sebagai hiasan gagang parang.
2. Dijuluki sebagai tupai vampir

Tahukah kamu mengapa labo namu dijuluki sebagai tupai vampir? Dikutip dari laman iNaturalist, berdasarkan informasi dari pemburu Dayak, spesies ini menyerang dan memburu rusa lalu memakan isi perut, hati dan jantungnya. Sangat berdarah dingin! Dikatakan bahwa labo namu bertengger di cabang pepohonan yang rendah, melompat ke mangsa dan menggigit pembuluh darah lehernya hingga mereka kehabisan darah dan mati.
Bahkan labo namu dituduh memburu ayam peliharaan untuk memakan hati dan jantungnya. Sayangnya, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa labo namu adalah karnivora kejam. Mereka cukup pemilih soal makanan, lebih suka mengonsumsi biji-bijian dari pohon Canarium (genus pohon tropis dari famili Burseraceae). Tupai ini juga melengkapi dietnya dengan buah-buahan dan serangga.
Singkatnya, gigi kuat nan tajam labo namu digunakan untuk memakan biji-bijian yang sangat keras. Sejauh ini, belum ada bukti bahwa mereka pemburu berdarah dingin yang sangat kejam.
3. Punya ekor yang lebih besar dari tubuhnya

Salah satu bagian tubuh dari labo namu yang paling menarik perhatian adalah ekornya! Bentuknya seperti gada, tidak heran sebab berukuran 30 persen lebih besar dari tubuhnya. Sayangnya, ekornya yang besar itu masih menjadi misteri hingga sekarang. Tidak ditemukan alasan pasti mengapa bisa sebesar itu.
Melansir Live Science, diperkirakan ekornya digunakan untuk melindungi diri dari pemangsa seperti macan dahan sunda. Sebab, ekor lebatnya bisa menyumbunyikan tubuh labo namu yang kecil. Mengelabui pemangsa sehingga tidak bisa menyerangnya di area yang fatal.
4. Asal usulnya masih jadi misteri

Dikutip dari laman yang sama mengatakan bahwa asal usul labo namu masih tidak jelas. Anehnya, penelitian menunjukkan bahwa kerabat terdekatnya berasal dari Amerika Selatan. Tempat yang sangat jauh dari Asia Tenggara, bahkan tidak ada tanda-tanda yang mengisyaratkan adanya kerabat lain di Asia atau Amerika Utara.
Karenanya, para ilmuwan masih belum bisa menelusuri mengapa tupai ini berada di Asia Tenggara. Terdapat dugaan bahwa garis keturunannya berasal dari Kelompok spesies Palearktik sekitar 36 juta tahun yang lalu, berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2012. Sayangnya, sejarah evolusi dari labo namu juga masih belum dipahami.
Sangat menarik, bukan? Labo namu masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Entah itu dari asal-usulnya hingga ekor besarnya yang ikonik. Belum lagi, populasi tupai ini terancam punah, diklasifikasikan sebagai vulnerable oleh IUCN dan tren populasinya mengalami penurunan.