Mengapa Kota Venesia Perlahan Tenggelam?

- Venesia dibangun di atas lapisan tanah lempung dan pasir yang tidak kokoh, menyebabkan penurunan tanah serta kesulitan menghindari banjir.
- Sumur bor untuk industri menyebabkan rongga di bawah tanah kosong, menambah cepat penurunan permukaan kota, meninggalkan jejak panjang pada keseimbangan lingkungan.
- Perubahan iklim mencairkan es di kutub, menyebabkan kenaikan permukaan laut yang berdampak besar bagi Venesia, memperparah risiko banjir musiman.
Venesia kerap disebut sebagai salah satu kota paling unik di dunia karena berdiri di atas ratusan pulau kecil yang dipisahkan kanal. Namun di balik pesonanya, Venesia menghadapi persoalan serius yakni daratan kota ini perlahan menurun dan semakin dekat dengan permukaan laut. Fenomena ini tidak sekadar kabar populer, tetapi terbukti lewat penelitian ilmiah yang terus dipantau sejak lama.
Para ahli geologi, lingkungan, dan teknik sipil bekerja sama mencari jawaban mengapa kota bersejarah ini terus tenggelam sedikit demi sedikit. Kondisi inilah yang menjadikan Venesia sebagai salah satu laboratorium terbuka untuk mempelajari hubungan manusia dengan lingkungannya. Berikut penjelasan lebih rinci yang dapat membuka wawasan.
1. Tanah lempung menjadi fondasi yang tidak stabil

Venesia dibangun di atas lapisan tanah lempung dan pasir yang sebenarnya tidak terlalu kokoh untuk menopang bangunan berat. Pada awalnya, struktur kayu yang ditanam sebagai fondasi mampu menjaga kestabilan. Namun seiring waktu, beban bangunan bersejarah, istana, dan gereja membuat lapisan tanah perlahan turun. Fenomena ini dikenal dengan istilah penurunan tanah atau subsidence.
Masalah bertambah karena tanah lempung menyerap air dalam jumlah besar. Saat air turun, tanah mengering dan menyusut, sehingga pondasi ikut menurun. Proses ini tidak berlangsung cepat, tetapi akumulasi selama ratusan tahun akhirnya membuat permukaan kota lebih rendah dibandingkan permukaan laut. Dengan kondisi seperti ini, banjir menjadi semakin sulit dihindari.
2. Aktivitas manusia mempercepat penurunan kota

Selain faktor alami, aktivitas manusia memberi andil besar pada proses tenggelam. Pada abad ke-20, banyak sumur bor dibuat untuk mengambil air tanah sebagai sumber kebutuhan industri. Penarikan air tanah ini menyebabkan rongga di bawah tanah kosong dan menambah cepat penurunan permukaan kota.
Walaupun praktik tersebut sudah dihentikan sejak beberapa dekade lalu, dampaknya masih terasa hingga sekarang. Bekas rongga tidak sepenuhnya kembali stabil, sehingga tanah tetap mengalami penurunan perlahan. Kasus ini menunjukkan bagaimana satu keputusan pembangunan bisa meninggalkan jejak panjang pada keseimbangan lingkungan kota.
3. Kenaikan permukaan laut menjadi ancaman global

Selain tanah yang turun, laut di sekeliling Venesia juga ikut naik. Kenaikan permukaan laut terjadi karena perubahan iklim yang mencairkan es di kutub. Laporan ilmiah menunjukkan laju kenaikan laut rata-rata beberapa milimeter setiap tahun. Namun jika dikombinasikan dengan penurunan tanah, risikonya jauh lebih besar bagi Venesia.
Kondisi ini terlihat jelas saat pasang tinggi atau fenomena acqua alta. Air laut dengan mudah masuk ke kanal, meluber ke jalan, bahkan menutupi alun-alun terkenal seperti Piazza San Marco. Banjir musiman yang dulunya dianggap wajar kini semakin sering dan parah. Hal ini menjadi bukti bahwa masalah Venesia tidak bisa dipisahkan dari isu global.
4. Proyek raksasa untuk melindungi kota dari banjir

Pemerintah Italia meluncurkan proyek bernama MOSE (Modulo Sperimentale Elettromeccanico) sebagai langkah penyelamatan. Proyek ini berupa serangkaian pintu air raksasa yang dapat ditutup saat pasang laut tinggi. Tujuannya adalah mencegah air masuk ke laguna Venesia.
Walaupun idenya menjanjikan, proyek ini memakan biaya besar dan sempat tertunda karena persoalan teknis serta korupsi. Saat uji coba dilakukan, pintu air terbukti mampu mengurangi dampak banjir, tetapi belum menjadi solusi permanen. Banyak ilmuwan mengingatkan bahwa teknologi saja tidak cukup, diperlukan perubahan gaya hidup dan perencanaan kota yang berkelanjutan.
Venesia bisa jadi cermin rapuhnya hubungan manusia dengan alam. Meski kaya akan sejarah dan keindahan, kota ini mengingatkan dunia bahwa kemajuan tidak boleh lepas dari tanggung jawab menjaga lingkungan. Fenomena ini seharusnya menjadi peringatan agar pembangunan di masa depan selalu berpijak pada keseimbangan.