6 Legenda Gerhana Matahari dari Berbagai Negara di Dunia

Intinya sih...
- Fenomena alam seperti gerhana matahari dikaitkan dengan mitos dan legenda di berbagai budaya, seperti Jawa, Vietnam, Andes, Pomo, dan Yunani kuno.
- Beberapa cerita melibatkan dewa atau hewan yang menelan matahari, sementara suku lain percaya bahwa gerhana adalah tanda kemarahan dewa atau sakitnya matahari.
- Para penduduk desa melakukan upacara atau ritual untuk mencegah bencana saat terjadinya gerhana matahari, seperti memukul lesung, menabuh genderang, atau menyalakan api.
Banyak fenomena alam yang dikaitkan dengan mitos, legenda, atau cerita rakyat. Misalnya, manusia yang berubah menjadi serigala saat bulan purnama. Atau masyarakat Jepang yang percaya bahwa gempa disebabkan oleh goyangan ekor Namazu (ikan lele raksasa).
Lantas, bagaimana dengan gerhana matahari? Apakah ada cerita di baliknya?
1. Matahari ditelan oleh Batara Kala
Dilansir The Exploratorium, dalam mitologi Jawa, gerhana matahari disebabkan oleh Batara Kala. Dewa dunia bawah ini menelan matahari dan membuat langit menjadi gelap.
Tak tinggal diam, para penduduk desa mempersembahkan kurban, memukul lesung (alat penumbuk padi), dan menabuh genderang agar Batara Kala memuntahkan matahari.
2. Matahari dilahap oleh katak raksasa atau puma
Kali ini, gerhana matahari dikaitkan dengan hewan-hewan tertentu. Misalnya, masyarakat Vietnam mempercayai bahwa matahari ditelan oleh seekor katak raksasa.
Sementara, dalam mitologi Andes, matahari dilahap oleh seekor puma. Untuk mencegah “kematian” matahari, kita harus menakut-nakuti puma tersebut dengan jeritan anak-anak dan binatang.
3. Perkelahian antara matahari dengan beruang
Pomo adalah sebutan untuk penduduk asli Amerika yang menghuni California. Masyarakat Pomo mempercayai bahwa gerhana matahari disebabkan oleh perkelahian antara beruang dan matahari.
Ceritanya, ada seekor beruang yang sedang berjalan-jalan di galaksi Bimasakti dan bertemu dengan matahari. Lalu, beruang tersebut meminta matahari menyingkir karena menghalangi jalannya. Perkelahian tak dapat dihindari dan matahari digigit oleh beruang.
4. Diibaratkan seperti perempuan yang jatuh cinta pada laki-laki
Menurut masyarakat Euahlayi (suku Aborigin yang tinggal di barat laut New South Wales, Australia), matahari adalah perempuan bernama Yhi dan bulan adalah laki-laki bernama Bahloo. Yhi jatuh cinta pada Bahloo dan terus-menerus mengejarnya.
Yhi mengancam akan menjerumuskan dunia ke dalam kegelapan jika para roh yang menopang langit membiarkan Bahloo pergi. Saat gerhana matahari terjadi, dukun akan melantunkan mantra untuk mengusir hal-hal buruk.
5. Pertanda bahwa para dewa murka kepada manusia
Masyarakat Yunani kuno percaya bahwa gerhana matahari adalah bentuk kemarahan para dewa terhadap manusia, di mana matahari akan meninggalkan bumi dan membawa kesengsaraan tanpa henti. FYI, kata “eclipse” (gerhana) berasal dari bahasa Yunani “ekleipsis” yang berarti “pergi” atau “pengabaian”.
Hal yang sama dipercaya oleh suku Inca, yang mendiami Amerika Selatan. Mereka memuja Inti, dewa matahari yang mahakuasa dan penuh kebajikan. Bagi suku tersebut, gerhana matahari adalah wujud kemarahan dan ketidaksenangan Inti.
6. Dipercaya bahwa matahari sedang sakit dan hampir mati
Menurut suku Aymara yang mendiami Pegunungan Andes, gerhana matahari berarti matahari sedang sakit dan hampir mati. Untuk mencegah bumi membeku, mereka menyalakan api di lereng bukit.
Suku Chippewa yang tinggal di Amerika Serikat dan Kanada juga melakukan hal yang sama. Mereka melesatkan panah api ke langit untuk menghidupkan kembali matahari.