6 Dampak Gerhana Matahari Total di Indonesia, Kesehatan hingga Hewan

- Hewan akan berperilaku aneh saat Gerhana Matahari Total, seperti burung bingung dan jangkrik berkicau.
- Gerhana dapat menyebabkan penurunan suhu sekitar 20 derajat F (-6 derajat C) dan meningkatkan risiko kerusakan mata permanen.
- Peningkatan kecelakaan mobil fatal terjadi selama gerhana, dengan risiko lebih tinggi di tempat-tempat dengan langit cerah.
Bulan ini akan ada peristiwa Gerhana Matahari Total, tepatnya pada 8 April 2024. Saat hal tersebut terjadi, akan ada sejumlah dampak terhadap makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya termasuk di Indonesia.
Gerhana Matahari Total terjadi ketika Bulan melintas di antara Matahari dan Bumi, sehingga menutupi seluruh permukaan Matahari. Orang yang melihat gerhana dari lokasi di mana bayangan Bulan menutupi Matahari sepenuhnya–yang dikenal sebagai jalur totalitas–akan mengalami Gerhana Matahari Total.
Langit akan menjadi gelap, seperti fajar atau senja. Jika cuaca memungkinkan, orang-orang di sepanjang jalur totalitas akan melihat mahkota Matahari atau atmosfer bagian luar, yang biasanya tertutup oleh terangnya wajah Matahari.
Di bawah ini adalah dampak-dampak yang bisa kamu rasakan saat sebelum, puncak dan setelah terjadinya Gerhana Matahari Total.
1. Dampak terhadap hewan

Kegelapan yang tiba-tiba di tengah hari dapat memperdaya hewan. Dalam sebuah penelitian Great American Eclipse tahun 2017, para peneliti di Cornell University dan University of Oxford menemukan bahwa burung menjadi bingung sebelum puncak gerhana karena penurunan sinar matahari.
Ayam mungkin mengira gerhana sebagai datangnya malam. Unggas itu akan mencari tempat untuk bertengger, disusul fajar, yang mungkin memacu mereka untuk mencari makan, seperti kebanyakan ayam yang makan di pagi hari.
Jangkrik juga akan mulai berkicau pada saat gerhana berlangsung. Namun fenomena tersebut mungkin tidak akan terlihat pada tahun ini karena gerhana terjadi pada musim semi dibandingkan saat Great American Eclipse yang terjadi pada musim panas.
Menurut situs News 5 Cleveland, beberapa spesies, termasuk burung hantu, flamingo, dan kucing, akan bertindak di luar kebiasaan selama totalitas. Seringkali, hewan yang biasanya mengeluarkan suara berisik di siang hari akan menjadi tenang.
Ada laporan bahwa flamingo menjadi cemas. Karena pada dasarnya, hewan apa pun yang merasa cemas, dapat bertindak yang berpotensi menyakiti diri mereka sendiri.
2. Penurunan suhu
Gerhana tidak hanya akan menyebabkan lingkungan tampak berbeda, tetapi juga akan memberikan penurunan suhu.
“Saat sinar matahari memudar di waktu senja, kita selalu memperhatikan bagaimana keadaan mulai menjadi dingin. Hal yang sama berlaku untuk peredupan sementara saat Gerhana Matahari Total,” jelas Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA).
Tergantung pada faktor-faktor seperti waktu dalam setahun, tutupan awan, dan lamanya totalitas, suhu udara bisa turun lebih dari 20 derajat F (-6 derajat C). Saat terjadi Gerhana Matahari pada 1834, suhu udara di Gettysburg, Pennsylvania dilaporkan turun hingga 28 derajat Fahrenheit (-13 derajat C).
Para astronom memperkirakan suhu tidak akan turun banyak pada bulan April dibandingkan dengan gerhana 2017, yang terjadi pada musim panas. Meski begitu, orang-orang mungkin masih merasakan penurunan suhu selama dan setelah peristiwa tersebut.
3. Dampak terhadap kesehatan

Mengutip laman Australian Radiation Protection and Nuclear Safety Agency, Matahari sangat terik sehingga sulit dan sangat berbahaya untuk dilihat secara langsung. Melihat cahaya matahari yang intens meski hanya beberapa detik saja dapat menyebabkan kerusakan permanen pada retina (bagian mata yang bertanggung jawab langsung terhadap penglihatan).
Mengekspos matake sinar matahari tanpa pelindung yang tepat saat Gerhana Matahari dapat menyebabkan luka bakar retina (solar retinopathy). Retina tidak sensitif terhadap rasa sakit. Efek kerusakan retina mungkin tidak muncul dalam waktu dekat, sehingga tidak ada peringatan bahwa telah terjadi cedera pada mata.
Kerusakan tersebut dapat bersifat sementara atau permanen dan dapat menyebabkan gejala seperti kehilangan penglihatan, gangguan penglihatan, atau perubahan penglihatan warna. Lamanya waktu menatap Matahari yang dapat menyebabkan kerusakan mata berbeda-beda pada setiap individu, namun kebanyakan kasus hanya dalam hitungan detik.
Saat terjadi Gerhana Matahari Total, sebagian besar Bintang Tata Surya kita akan tertutup, sehingga seseorang mungkin tergoda untuk melihatnya secara langsung. Ada kemungkinan kita mengalami kerusakan mata yang serius dan permanen serta tidak ada pengobatan untuk memulihkan penglihatan yang hilang.
Anak-anak sangat berisiko terkena penyakit ini, karena mata mereka mengirimkan lebih banyak cahaya ke retina dibandingkan mata orang dewasa. Hal ini membuat mata anak lebih rentan terhadap kerusakan akibat cahaya yang intens.
Jangan pernah melihat Matahari secara langsung, gunakanlah alat bantu optik seperti teleskop, teropong, atau kamera. Tanpa filter surya khusus yang dipasang dengan benar, melihatnya melalui perangkat optik akan mengakibatkan kerusakan yang parah dan langsung ke indra penglihatan
4. Dampak lalu lintas

Gerhana Matahari Total dapat menyebabkan peningkatan kecelakaan mobil yang fatal, para ilmuwan memperingatkan dalam sebuah laporan baru.
Umumnya peristiwa ini berkaitan dengan cedera mata. Tapi, selama Gerhana Matahari Total di Amerika Utara pada 2017, Amerika Serikat mengalami peningkatan kecelakaan fatal yang singkat namun signifikan (JAMA Internal Medicine, 2024)
Lonjakan kecelakaan tidak terkait dengan kegelapan siang hari yang disebabkan oleh gerhana. Melainkan saat orang-orang bepergian ke lokasi untuk melihat gerhana, mengutip laman Space.
Selama gerhana 2017, jalur totalitas sangat sempit, lebarnya sekitar 70 mil (113 kilometer). Di tengah jalur tersebut, pengamat gerhana dapat melihat sekilas saat fase totalitas, yaitu kala Bulan menutupi seluruh wajah Matahari. Sekitar 20 juta orang di negeri Paman Sam melakukan perjalanan ke kota lain untuk bisa melihat fenomena saat puncak gerhana.
Sementara untuk 8 April mendatang, masyarakat bisa menyaksikan totalitas sekitar 2,5 hingga 4,5 menit, tergantung lokasinya.
Gerhana dikaitkan dengan peningkatan kecelakaan fatal sebesar 31 persen. Peningkatan tersebut sejalan dengan apa yang terjadi pada hari libur besar, seperti Thanksgiving dan akhir pekan 4 Juli.
Dengan kata lain, saat gerhana terjadi, sekitar 10,3 orang terlibat dalam kecelakaan fatal per jam, dibandingkan dengan 7,9 orang per jam pada periode lain. Rata-rata, ada 1 orang tambahan yang terlibat kecelakaan setiap 25 menit dan 1 tambahan kematian akibat kecelakaan setiap 95 menit.
Risikonya bervariasi dari waktu ke waktu, meningkat di atas rata-rata sebelum gerhana, dan turun di bawah rata-rata selama gerhana, yang kemudian melonjak hingga tingkat tertinggi–hampir 50 persen di atas rata-rata–setelah peristiwa tersebut.
Peningkatan risiko lebih tinggi terjadi di tempat-tempat dengan langit cerah dibandingkan di lokasi mendung, yang mungkin disebabkan oleh orang-orang yang berkumpul di bawah langit cerah untuk melihat gerhana.
5. Dampak pada bintang dan planet

Menurut AccuWeather, saat Bulan menyebabkan siang berubah menjadi malam, kegelapan akan menampakan bintang-bintang di langit serta beberapa planet.
Pengamat langit tidak boleh membuang waktu terlalu banyak untuk mencari planet dan konstelasi karena keduanya dapat dilihat pada malam hari di berbagai waktu dalam setahun.
Namun, gerhana akan memudahkan kita untuk melihat Venus dan Jupiter, yang berada pada wilayah langit yang sama dengan Matahari pada 8 April yang akan datang. Peristiwa ini juga akan mengungkap corona, kawasan gas panas yang mengelilingi Matahari.
Jika beruntung, kamu bahkan dapat melihat meteor melintas di langit selama periode kegelapan yang singkat.
6. Adanya bayangan ular
Salah satu fenomena langka yang harus diperhatikan saat Gerhana Matahari Total adalah pita bayangan.
“Pita bayangan adalah garis tipis bergelombang yang cahayanya bergantian terang dan gelap, terlihat bergerak dan bergelombang secara paralel pada permukaan berwarna polos, sebelum dan sesudah Gerhana Matahari Total,” kata NASA.
Beberapa orang juga menyebut bayangan ini seperti ular karena gerakannya yang bergelombang, terlihat seperti ular tengah merayap di tanah.
Fenomena ini tidak terjadi di setiap gerhana, sehingga tidak ada jaminan akan terlihat pada peristiwa besok. Jika memang muncul, maka hanya akan terlihat sesaat sebelum dan segera setelah fase puncak.
Garis bayangan redup ini sulit untuk ditangkap dengan kamera, sehingga orang yang ingin melihatnya sebaiknya meletakan papan poster putih atau sprei di tanah di lokasi pengamatan. Itu mungkin muncul di tanah yang tertutup salju jika cuaca musim dingin terjadi di sepanjang jalur totalitas pada hari-hari menjelang gerhana.