Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Pohon Sakura Hanya Mekar Sebentar?

ilustrasi pohon sakura
ilustrasi pohon sakura (unsplash.com/Atharva Patil)
Intinya sih...
  • Suhu udara memengaruhi waktu mekarnya bunga sakura.
  • Genetik pohon menentukan karakter bunga dan lamanya bertahan.
  • Mekanisme biologis pohon mengikuti siklus musim dan interaksi dengan lingkungan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pohon sakura selalu menjadi sorotan setiap kali musim semi tiba. Keindahan bunga-bunganya memang memikat, tapi daya tariknya justru datang dari singkatnya waktu mekar yang membuat siapa pun merasa perlu menikmatinya sebelum terlambat. Dalam hitungan hari, kelopak-kelopaknya akan luruh, meninggalkan ranting yang kembali kosong seperti sedia kala.

Fenomena ini bukan sekadar peristiwa musiman, melainkan bagian dari siklus hidup yang menarik untuk dikaji secara ilmiah. Tidak sedikit yang bertanya-tanya mengapa sakura tidak bisa bertahan lebih lama layaknya bunga lain. Waktu berbunga yang pendek seolah menjadi ciri khas yang melekat pada pohon ini. Berikut penjelasan yang akan membantumu memahami alasan ilmiah di baliknya.

1. Suhu udara menentukan waktu dan ketahanan mekarnya

ilustrasi pohon sakura
ilustrasi pohon sakura (unsplash.com/Richard Lu)

Setiap pohon sakura merespons suhu sebagai penanda musim. Ketika suhu udara harian stabil pada kisaran 15 hingga 20 derajat Celsius, kuncup-kuncup mulai terbuka dan bunga mekar serempak. Proses mekarnya bunga sakura bisa berlangsung cepat jika suhu tiba-tiba melonjak, tapi justru membuat kelopak lebih cepat layu. Sebaliknya, suhu yang naik perlahan memungkinkan bunga bertahan sedikit lebih lama.

Namun, kondisi cuaca ekstrem seperti angin kencang atau hujan deras bisa memperpendek masa mekar secara drastis. Kelopak yang ringan dan tipis sangat mudah rontok jika tidak mendapat dukungan cuaca yang bersahabat. Karena itulah, waktu mekar bunga sakura dianggap sebagai momen yang tidak hanya indah, melainkan juga sangat rapuh. Perubahan iklim tahunan pun turut memengaruhi pola berbunga ini dari tahun ke tahun.

2. Genetik pohon membentuk karakter bunga

ilustrasi pohon sakura
ilustrasi pohon sakura (unsplash.com/Richard Lu)

Jenis atau varietas pohon sakura ternyata menentukan seberapa cepat bunga tersebut mekar dan seberapa lama kelopaknya bisa bertahan, lho. Pohon sakura Somei Yoshino, misalnya, merupakan jenis pohon sakura paling populer di Jepang. Somei Yoshino dikenal sebagai yang pohon sakura yang tercepat mekar sekaligus tercepat gugur. Di sisi lain, varietas seperti Yae-zakura memiliki kelopak lebih banyak dan lebih tebal sehingga cenderung bertahan sedikit lebih lama.

Perbedaan ini berasal dari kode genetik yang mengatur struktur sel pada bunga. Kandungan air dan ketebalan kelopak sangat bergantung pada karakteristik genetik tiap varietas. Ketika bunga terpapar panas atau angin, reaksi biologisnya pun berbeda tergantung jenis pohonnya. Inilah sebabnya kenapa dalam satu taman, kamu bisa melihat bunga yang luruh dalam dua hari, sementara lainnya bertahan hampir sepekan.

3. Mekanisme biologis pohon mengikuti siklus musim

ilustrasi pohon sakura
ilustrasi pohon sakura (unsplash.com/Tomaz Kastrun)

Pohon sakura tidak hanya mekar sebagai hiasan, tapi sebagai bagian dari siklus hidupnya. Setelah melewati musim dingin dalam kondisi dorman, pohon mulai “bangun” ketika suhu mulai menghangat dan langsung mengalihkan energinya ke proses berbunga. Mekarnya bunga sakura juga menandai akhir dari fase dormansi dan awal dari fase pertumbuhan aktif.

Setelah proses penyerbukan selesai, pohon secara alami menghentikan pasokan energi ke bunga agar nutrisi bisa dialihkan ke pertumbuhan daun dan batang. Inilah yang membuat kelopak mulai mengering dan rontok dengan cepat. Proses ini bukan karena kelemahan, tapi strategi bertahan hidup di iklim yang berubah drastis sepanjang tahun.

4. Interaksi bunga dengan lingkungan mendorong bunga lebih cepat gugur

ilustrasi pohon sakura
ilustrasi pohon sakura (unsplash.com/Hoyoun Lee)

Selama masa mekar, bunga sakura berfungsi sebagai alat reproduksi dan pemikat serangga penyerbuk. Kehadiran lebah dan serangga lainnya membantu proses penyerbukan berlangsung efisien dalam waktu singkat. Karena itulah kelopak bunga tidak perlu bertahan lama setelah fungsinya selesai.

Lingkungan sekitar juga turut mempercepat proses ini. Angin musim semi, tingkat kelembapan, dan aktivitas serangga mempercepat pelayuan bunga. Ketika semua unsur itu bersinergi, kelopak akan lebih cepat gugur dari pohon. Jadi, bukan hanya dari dalam pohon, faktor luar pun ikut menentukan durasi mekarnya bunga sakura di rantingnya.

5. Interaksi dengan manusia memengaruhi cara pohon dirawat

ilustrasi pohon sakura
ilustrasi pohon sakura (unsplash.com/Hoyoun Lee)

Pohon sakura tidak berdiri sendiri di alam liar dan banyak dari mereka tumbuh di ruang publik dan taman yang dirancang untuk festival. Perawatan yang dilakukan manusia seperti pemangkasan, pengaturan jarak tanam, hingga pemupukan, semuanya bertujuan menyesuaikan waktu mekar dengan perayaan seperti hanami di Jepang. Artinya, campur tangan manusia juga punya andil dalam durasi mekar bunga.

Sering kali, keindahan instan lebih diutamakan daripada ketahanan bunga. Mekarnya sakura dijadwalkan agar serempak, menciptakan lanskap dramatis dalam waktu singkat. Walau indah, hasilnya adalah bunga yang lebih cepat gugur. Budaya ini tidak keliru, justru menunjukkan bagaimana manusia dan alam bisa berinteraksi dalam satu momen yang sama-sama dinantikan.

Singkatnya waktu mekar pohon sakura bukanlah kelemahan, tapi bentuk adaptasi terhadap lingkungan dan budaya yang melingkupinya. Di balik keindahannya, ada proses biologis dan keseimbangan alam yang bekerja secara presisi. Justru karena tidak bertahan lama, sakura mengajarkan bahwa momen indah kadang cukup hadir sebentar saja untuk memberi kesan yang abadi.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Hafizhuddin
EditorMuhammad Hafizhuddin
Follow Us