Mengenal Jalak Suren, Burung Kicau yang Memiliki Penampilan Sederhana

- Burung jalak suren terdiri atas 3 spesies: jalak suren india, jalak suren jawa, dan jalak suren siam.
- Jalak suren jawa mulai punah di alam liar karena perdagangan burung dan penggunaan pestisida berlebihan.
- Burung jalak suren disukai para pecinta burung kicau dan digunakan sebagai pengendali hama pertanian.
Burung pied myna atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan nama burung jalak suren adalah spesies burung jalak anggota genus Gracupica, sebuah genus burung dalam family Sturnidae. Menurut laman Thai National Parks, burung kicau tersebut dapat ditemukan di wilayah India dan Asia Tenggara. Mereka biasanya hidup dalam kelompok kecil terutama di dataran rendah dan kaki bukit. Burung jalak suren terkenal karena variasi nada-nada kicauan mereka yang indah.
Secara umum, jalak suren berukuran sedang dengan panjang antara 20 hingga 25 cm dan berat antara 75 hingga 100 gram. Burung ini memiliki tampilan fisik yang bersahaja tanpa warna yang mencolok, memiliki ciri khas perpaduan warna hitam dan warna putih. Tubuh bagian atas, dan tenggorokan berwarna hitam, pipi, sebagian dada, perut dan bagian belakang berwarna putih. Paruhnya berwarna kekuningan dengan dasarnya yang berwarna kemerahan. Jalak suren memakan buah-buahan dan juga memangsa serangga serta cacing di tanah.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai burung kicau yang salah satu spesiesnya adalah endemik pulau Jawa ini? simak 4 fakta menariknya berikut ini, yuk!
1. Terdiri atas 3 spesies
Menurut laman Birds of The World, burung jalak suren ini terdiri atas 3 spesies yaitu: jalak suren india (Gracupica contra), jalak suren jawa (Gracupica jalla) dan jalak suren siam (Gracupica floweri). Awalnya burung jalak suren tersebut dimasukkan ke dalam spesies yang sama bernama Gracupica contra, namun sebuah penelitian di tahun 2021 mengungkap bahwa spesies Gracupica contra, ternyata menggambarkan sebuah spesies khusus (species complex) yang terdiri atas 3 spesies berbeda yang sebelumnya dianggap sebagai subspesies dalam satu spesies.
Dalam ilmu Biologi, species complex adalah sekelompok organisme yang berkerabat dekat dan sangat mirip dalam penampilan dan ciri-ciri lain sehingga batas-batas di antara mereka seringkali tak jelas. Kongres Ornitologi (ilmu yang mempelajari tentang burung) Internasional telah menyetujui hasil penelitian yang membagi jalak suren ke dalam 3 spesies tersebut. Untuk distribusi habitatnya, jalak suren india (Gracupica contra) dapat ditemui di India, Myanmar dan Yunnan di Tiongkok, jalak suren jawa (Gracupica jalla) secara historis dikenal di Jawa dan Bali, Indonesia serta jalak suren siam (Gracupica floweri) dapat ditemui di Thailand, Laos , Tiongkok dan Kamboja.
2. Spesies jalak suren jawa mulai punah di alam liar

Salah satu fakta menyedihkan dari burung jalak suren ini adalah kenyataan bahwa salah satu spesiesnya yaitu jalak suren jawa (Gracupica jalla) yang secara historis di masa lalu banyak ditemukan di Pulau Jawa, Madura dan Bali telah dimasukkan ke dalam status konservasi Critical Endangered yang artinya spesies tersebut dianggap menghadapi resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar. Dilansir laman Mongabay, dalam artikelnya yang berjudul "From common to captive, Javan pied starlings succumb to songbird trade", 50 hingga 100 tahun yang lalu jalak suren jawa adalah burung yang paling umum ditemukan di lahan-lahan pertanian di Pulau Jawa.
Saat ini burung tersebut mulai menghilang dari alam liar karena penangkapan dari alam liar untuk dijadikan peliharaan atau pun diperdagangkan. Penyebab lainnya adalah penggunaan pestisida yang berlebihan pada lahan pertanian yang berakibat matinya mangsa burung tersebut. Hilangnya burung tersebut di alam dapat menyebabkan masalah ekologis baru di masa depan karena burung tersebut memiliki fungsi ekologis untuk menabur benih dan menjaga keseimbangan ekosistem. Untuk 2 spesies lainnya yaitu: jalak suren india (Gracupica contra) dan jalak suren siam (Gracupica floweri) masih memiliki nasib yang lebih beruntung dibandingkan dengan burung jalak suren jawa, karena masih terdapat di alam liar meski menghadapi resiko penurunan populasi di masa depan.
3. Disukai para penggemar burung kicau dan sebagai pengendali hama

Burung jalak suren adalah burung kicau yang digemari oleh para pecinta burung kicau, termasuk di Indonesia. Menurut laman Birds of The World, warna dan vokalisasi kicauan jalak suren yang menarik telah membuat spesies jalak ini sangat populer dalam perdagangan burung dalam sangkar. Kemampuannya untuk meniru (mimikri) siulan yang dibuat oleh manusia kemudian dikicaukannya dengan merdu menjadi salah satu daya tariknya tersendiri. Selain itu, sejumlah spesies jalak suren india dan siam dilaporkan telah dilepas di sejumlah negara, mulai dari Timur Tengah hingga Asia Timur dan beberapa populasi liar telah menetap di luar wilayah endemik mereka. Burung jalak suren juga telah diperkenalkan ke sejumlah tempat untuk mengendalikan hama pertanian.
Meski sekilas terlihat sangat mirip namun terdapat perbedaan morfologi di antara ketiga spesies jalak suren tersebut. Jalak suren india (Gracupica contra) memiliki warna bulu kepala hitam dan bercak putih pipi yang besar hingga mengarah ke tengkuk, jalak suren jawa (Gracupica jalla) memiliki warna bulu kepala hitam, bercak putih pipi kecil dan area mata yang didominasi warna oranye hingga ke bagian belakang mata, serta jarak suren siam (Gracupica floweri) yang memiliki warna bulu kepala hitam yang berpadu dengan sedikit warna putih dan bercak putih pipi kecil.
4. Habitatnya terancam oleh alih lahan dan limbah industri modern

Meskipun 2 spesies burung jalak suren ini, yaitu: jalak suren India dan jalak suren siam belum terancam punah di alam dan telah dilepas liarkan di sejumlah wilayah yang bukan endemiknya untuk melestarikannya, namun permasalahan klasik seperti alih lahan dan limbah industri modern dapat menjadi ancaman mereka di masa depan, disamping penangkapan besar-besaran untuk dijadikan komoditas perdagangan burung kicau.
Perubahan hutan menjadi ladang perkebunan atau tempat tinggal manusia dapat mengganggu dan merusak habitat mereka. Selain itu perubahan iklim global hingga penggunaan pestisida yang berlebihan untuk melindungi komoditas pertanian dari hama dapat membunuh serangga yang menjadi makanan alami burung jalak suren ini. Pencemaran air akibat limbah industri maupun limbah pertanian juga dapat mengancam burung jalak suren ini karena secara umum burung kicau ini menyukai habitat di sekitar sumber air.
Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kamu mengenai burung kicau terkenal dari genus Gracupica dan membantu untuk ikut melestarikannya, ya!


















