Fakta Dibalik Pemotongan Cula Badak di Afrika, Apakah Aman?

Perburuan ilegal terhadap badak terus terjadi dari tahun ke tahun akibat permintaan cula badak yang sangat tinggi di pasar gelap. Menurut WWF, hal ini disebabkan oleh penggunaan cula sebagai obat tradisional dan juga menjadi simbol status sosial yang merepresentasikan kekayaan.
Meski pada faktanya populasi badak terus menurun akibat perburuan cula, beberapa negara di Afrika justru memotong cula badak yang masih hidup secara rutin. Atas dasar apa hal ini dilakukan? Apakah hal tersebut aman bagi badak? Berikut ini penjelasannya.
1. Mengapa cula badak hidup rutin dipotong?

Mengutip Jurnal Pachyderm, pemotongan cula badak hidup dilakukan untuk mencegah perburuan ilegal dan potensi diperdagangkan di pasar gelap. Selain sebagai obat tradisional, harga cula yang bisa mencapai 1 miliar rupiah per kilo juga menjadi alasan badak kerap diburu.
Pemotongan cula pertama kali dilakukan di Namibia antara tahun 1989–1990. Sejak saat itu, Namibia, Zimbabwe, Afrika Selatan dan Swaziland menjadi negara yang menerapkan pemotongan cula sebagai upaya konservasi badak.
Dilansir Save The Rino, badak di Namibia yang culanya dipotong semuanya selamat dari perburuan ilegal. Di Zimbabwe, harapan hidup badak meningkat 29,1 persen setelah potong cula. Sedangkan di Afrika Selatan, dari 33 badak yang dibunuh secara ilegal antara tahun 2009–2011, hanya satu badak tanpa cula yang menjadi korban.
2. Biaya pemotongan cula bisa mencapai 1000 dolar per ekor

Pemotongan cula badak hidup memang berhasil menurunkan tingkat perburuan ilegal dan menaikan angka harapan hidup badak. Akan tetapi, potong cula ternyata memerlukan prosedur yang nilainya tidak murah.
Untuk memotong cula seekor badak, diperlukan 620–1000 dolar atau setara 9,6–15,6 juta rupiah. Dengan angka tersebut, dibutuhkan biaya 70–124 miliar rupiah untuk memotong seluruh badak di Kruger National Park, Afrika Selatan.
Hal ini dilatarbelakangi oleh alat, bahan dan transportasi yang digunakan dalam prosedur potong cula. Contohnya obat bius, gergaji mesin dan helikopter. Selain itu, tenaga yang diperlukan untuk menangkap badak juga tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama.
3. Apakah potong cula adalah langkah yang efektif?

Dijelaskan science.org, cula badak terbuat dari keratin yang sama seperti kuku. Oleh karenanya, cula dapat dipotong tanpa menimbulkan rasa sakit dan pendarahan. Akan tetapi, potong cula bukanlah langkah yang minim risiko baik untuk badak maupun manusia.
Bagi badak, potong cula mungkin menyelamatkan mereka dari perburuan gelap. Namun, kehidupan sosial mereka dengan badak lain menjadi terganggu. Karena cula adalah senjata mereka untuk melindungi wilayah teritorial dan memikat badak betina. Dengan hilangnya cula, perilaku badak jantan maupun betina pun akan mengalami perubahan.
Seperti dijelaskan sebelumnya, potong badak perlu biaya yang fantastis. Hal ini menjadi risiko yang perlu dipikirkan oleh manusia. Karena potong cula harus dilakukan secara rutin setiap 18–24 bulan sekali akibat pertumbuhan cula yang semakin cepat pasca dipotong.
Berdasarkan langkah pemotongan cula badak yang dilakukan Afrika paparan, memang terbilang aman. Akan tetapi berbagai risiko yang ada dalam pelaksanaan prosedurnya tidak bisa diabaikan. Kendati demikian, apakah pemotongan cula menjadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan perburuan gelap terhadap badak?