5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Dipercayai Banyak Orang  

Banyak fakta tentang luar angkasa yang ternyata keliru  

Luar angkasa merupakan tempat luas yang menyimpan banyak misteri. Dulu, manusia hanya bisa menerka apa yang ada di luar bumi sana. Namun, seiring canggihnya teknologi, kita bisa menelusuri luar angkasa dan menghimpun banyak informasi.

Sayangnya, ternyata masih banyak informasi terkait luar angkasa yang kita kira benar, padahal sebenarnya salah. Berikut lima mitos terkait luar angkasa dan faktanya.

1. Tidak ada gravitasi di luar angkasa

5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Dipercayai Banyak Orang  ilustrasi gravitasi di luar angkasa (unsplash.com/NASA)

Selama ini kita mengira bahwa di luar angkasa tidak ada gravitasi. Maka dari itu, astronot yang ada di luar angkasa dapat mengambang. Barang-barang yang ada di luar angkasa, termasuk air, juga mengambang.

Faktanya, luar angkasa tidak nihil gravitasi. Masih ada gaya gravitasi di luar angkasa. Lalu, kenapa astronot melayang di luar angkasa? Dilansir Wired, karena gaya gravitasi di luar angkasa kecil. Kedua, karena mereka ada di lingkungan hampa udara sehingga tidak ada gaya dorong dari bawah yang membuat mereka bisa mengambang.

Jika memang tidak ada gaya gravitasi di luar angkasa, maka bulan tidak akan mengorbit bumi. Sama halnya dengan bumi yang tidak akan mengorbit matahari jika tidak ada gaya gravitasi dari matahari.

2. Matahari bewarna kuning

5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Dipercayai Banyak Orang  ilustrasi matahari (unsplash.com/Jonathan Borba)

Jika kita menggambar matahari atau melihatnya dari bumi, matahari tampak seperti bola bewarna kuning kemerahan. Faktanya, matahari tidak bewarna kuning. Melainkan, ia memiliki beragam warna, mulai dari merah, kuning, hijau, biru, dan ungu, yang bercampur dan muncul sebagai warna putih di mata kita.

Lalu, kenapa bisa terlihat kuning dari bumi? Dilansir Stanford Solar Center, hal ini disebabkan karena partikel di atmosfer bumi menyebarkan gelombang cahaya dari matahari. Pada dasarnya, cahaya merupakan sebuah gelombang dan setiap warna cahaya memiliki frekuensi gelombang tertentu.

Ketika cahaya matahari masuk ke atmosfer bumi, gelombang cahaya yang memiliki frekuensi tinggi, seperti hijau, biru, dan ungu, akan tersebar oleh partikel di udara. Sedangkan, gelombang cahaya berfrekuensi rendah, merah dan kuning, lebih sedikit tersebar oleh partikel sehingga bisa melaju dan diterima oleh mata kita. Alhasil, matahari tampak bewarna kuning kemerahan di mata kita.

Baca Juga: 5 Proyek DIY untuk Dekorasi Kamar Bertema Luar Angkasa

3. Ledakan dan api di luar angkasa

5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Dipercayai Banyak Orang  ilustrasi api di luar angkasa (unsplash.com/Ivan Diaz)

Jika melihat film luar angkasa, seperti Star Wars atau Star Trek, kita melihat banyak adegan ledakan dan api dari pesawat luar angkasa. Terlihat mengerikan, tapi faktanya, hal tersebut tidak mungkin terjadi di luar angkasa.

Dilansir The Washington Post, ledakan dan api membutuhkan oksigen. Sedangkan, tidak ada oksigen di luar angkasa. Maka dari itu, ledakan pesawat di luar angkasa tidak menghasilkan api seperti di film. Ditambah, ledakan di luar angkasa juga tidak menghasilkan suara yang dapat kita dengar.

4. Bumi mengelilingi matahari

5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Dipercayai Banyak Orang  ilustrasi garis orbit planet (pixabay.com/WikiImages)

Selama kita sekolah, kita diajarkan bahwa bumi dan planet lain di tata surya kita mengelilingi matahari. Faktanya, kita tidak mengelilingi matahari. Dilansir NASA, kita mengelilingi sebuah titik kasat mata yang disebut sebagai barycenter.

Barycenter merupakan titik pusat massa antara dua atau lebih objek di alam semesta yang saling mengorbit satu sama lain. Lalu, di mana letak barycenter di tata surya kita? Tergantung dari massa planetnya.

Bumi memiliki massa planet yang jauh lebih kecil dari matahari. Maka dari itu, barycenter bumi ada di dekat pusat matahari. Namun, bagi Jupiter yang massanya 300 kali lebih berat dari bumi, ia memiliki barycenter di luar permukaan matahari. Bahkan, matahari juga mengorbit barycenter miliknya.

5. Sabuk asteroid adalah zona yang sulit dilalui dan mematikan

5 Mitos tentang Luar Angkasa yang Dipercayai Banyak Orang  ilustrasi sabuk asteroid (pixabay.com/UKT2)

Lagi-lagi, jika kita melihat film, rasanya melewati sabuk asteroid terasa seperti perjalanan yang menegangkan sekaligus mematikan. Asteroid di sabuk asteroid terlihat saling berdekatan dan dapat dengan mudah menghantam kita. Rasanya memang mengerikan, tapi kenyataannya jauh dari itu.

Dilansir Space Centre, kenyataannya asteroid di sabuk asteroid tidak saling berdekatan. Melainkan mereka terpisah jutaan kilometer jauhnya. Maka dari itu, sebenarnya kita bisa dengan mudah dan santai untuk melewati sabuk asteroid dengan pesawat luar angkasa kita.

Luar angkasa memang menyimpan beragam hal menarik. Mungkin, suatu hari nanti perjalanan ke luar angkasa akan menjadi sesuatu yang komersial sehingga kita bisa melihat langsung fenomena di luar angkasa.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Buku tentang Peradaban Dunia, Bikin Wawasanmu Luas!

Pradhipta Oktavianto Photo Verified Writer Pradhipta Oktavianto

Seorang penulis random yang hobi mengembara dan mencintai alam

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya