Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sejarah Bioskop di Bandung hingga Hari Ini

Jejak kejayaan bioskop di Bandung (Bandung Bergerak)

Bandung punya sejarah panjang dan andil dalam dunia perfilman. Lutung Kasarung menjadi film panjang pertama yang proses syutingnya dilakukan di Bandung dan dirilis pada tahun 1926. Meski film tersebut tidak sukses di pasaran, tetapi bioskop-bioskop di Bandung adalah salah satu pusat hiburan masyarakat saat itu.

Sejak era kolonial hingga hari ini, bioskop bukan hanya menjadi tempat menonton film, tetapi juga ruang sosial dan budaya. Berikut ini adalah beberapa bioskop legendaris di Bandung dan perjalanan naik turunnya minat masyarakat terhadap bioskop. 

1. The Oriental Bioscope

Bioskop Oriental Bandung (pinterest.com)

The Oriental Bioscope dirancang oleh F. W. Brinkman dalam gaya art-nouveau dan dibangun pada era Hindia Belanda, awal abad ke-20.The Oriental Bioscope di Jalan Braga adalah salah satu bioskop pertama di Bandung. Bioskop ini menawarkan pengalaman imersif menonton film bisu dengan iringan musik orkestra kecil – sebuah simbol kemewahan dan modernitas kala itu. 

The Oriental Bioscope dapat dibilang sebagai pelobor hiburan modern dan menjadi bukti bahwa Bandung adalah kota yang maju dalam teknologi dan budaya. Namun, keberadaan The Oriental tidak bertahan lama. Setelah berkembangnya inovasi baru dan munculnya bioskop-bioskop lain yang lebih modern, Oriental kehilangan pamor yang membuat gedung tersebut tutup.

Jajaran bioskop yang terletak di timur Alun-alun ini dibongkar pada tahun 1980-an dan lahannya dipakai untuk mendirikan pertokoan Palaguna, hingga dibangunlah dua bioskop bernama Palaguna dan Nusantara. Meski jejak Oriental kini sudah tidak ada, kehadirannya membuka pintu bagi pertumbuhan industri hiburan di Bandung.

2. Teater Majestic

Bioskop Majestic (Bandung Bergerak)

Bioskop Majestic dibangun pada tahun 1925 – sebuah ikon arsitektur dan hiburan Kota Bandung. Gedung ini dirancang oleh arsitek Wolff Schoemaker dengan gaya art deco yang megah. Majestic tidak hanya menayangkan film-film populer pada masanya, tetapi juga digunakan untuk pertunjukan seni panggung. 

Setelah masa kemerdekaan, Mayestik terus hidup menjadi tempat favorit untuk menonton film-film Indonesia. Hari ini, Mayestik masih berdiri meski fungsinya telah berubah dari waktu ke waktu, tetapi jika dilihat cukup lama masih nampak jejak sejarahnya yang panjang. 

3. Bioskop Dian

Bioskop Dian (Kelas Garasi)

Di sekitar alun-alun Bandung pada tahun 1940an pernah berdiri sebuah bioskop dengan nama Radio City. Bioskop ini dibangun pada tahun 1925. Sejak masa kemerdekaan, bioskop ini berganti nama menjadi Dian Theatre dan masa kejayaannya terus berlanjut hingga tahun 1990an. 

Dibandingkan film-film lokal, bioskop ini lebih sering menayangkan film-film Bollywood atau film impor lainnya. Namun, seiring perkembangan zaman, bioskop ini pun sulit mengejar relevansi terhadap kebutuhan konsumen yang berubah. Hingga hari ini, jejak gedungnya masih berdiri dengan kondisi yang semakin tidak terawat dipenuhi tumbuhan liar. 

 

3. Bioskop rakyat, Palaguna dan Nusantara

Bioskop Palaguna Nusantara (Ruang Bogor)

Pada pertengahan abad ke-20, bioskop seperti Palaguna dan Nusantara hadir sebagai alternatif hiburan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Nusantara Theatre menjadi favorit dengan program-programnya yang sering menyajikan film Bollywood.

Seiring menjamurnya alternatif pilihan hiburan lain dan puncaknya pada tahun 2007 Matahari Dept. Store tutup dari Palaguna Plaza membuat plaza ini semakin kehilangan pengunjung. Hal ini berdampak pada Nusantara Theatre yang juga ikut tutup. Meskipun tidak semewah Bioskop Majestic, bioskop ini memiliki pengaruh besar dalam memperluas akses hiburan bagi masyarakat.

4. Jaringan bioskop modern

Jaringan bioskop modern (Kabar Baik)

Memasuki era 1990-an dan 2000an, Bandung mulai diramaikan oleh jaringan bioskop modern seperti 21 Cineplex yang menawarkan pengalaman menonton yang mewah dan fasilitas penunjang yang lebih nyaman. Pusat perbelanjaan seperti Bandung Indah Plaza (BIP) atau Ciwalk menjadi lokasi strategis untuk bioskop multiplex. 

Hingga hari ini, Bioskop 21 yang sekarang berganti nama menjadi XXI dan juga CGV – jaringan bioskop yang mulai beroperasi sekitar 2 dekade terakhir, masih terus mendominasi dan menambah layar-layar mereka. Studio khusus seperti IMAX, Velvet Class, atau Dolby Atmos pun menawarkan pengalaman yang menonton yang lebih lengkap lagi. 

Walaupun teknologi streaming atau OTT mulai menggoyahkan keberadaan bioskop terutama ketika pandemi Covid-19 lalu, tetapi masyarakat saat ini tetap menggemari pengalaman menonton di ruang gelap tersebut dan juga proses terjadinya diskusi, serta pertukaran budaya yang terus hidup.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ghafara Harashta
EditorGhafara Harashta
Follow Us