Sejarah Sphinx Agung Giza, Simbol Peradaban Mesir Kuno

Kalau berbicara soal bangunan apa yang paling ikonik di Mesir, pikiran pertama kita pasti langsung tertuju pada piramida. Memang, di negara yang terletak di benua Afrika tersebut, kita dapat menemukan begitu banyak bangunan besar berbentuk segitiga yang sudah berdiri sejak zaman Mesir Kuno, salah satu peradaban tertua manusia.
Tujuan dari dibangunnya piramida sendiri sudah dikonfirmasi sebagai makam para raja Mesir Kuno, yaitu Firaun. Bukan hanya itu, jasad permaisurinya juga dimakamkan di sana, beserta benda-benda penting untuk bekal dan pengingat pada kehidupan pascakematian.
Piramida memang bangunan ikonik, tetapi ada satu patung besar di sekitar piramida yang tak kalah menariknya. Patung ini berbentuk seperti seekor singa dan wajah layaknya manusia yang dinamai Great Sphinx of Giza atau Sphinx Agung Giza. Pembangunan Sphinx Agung Giza di dekat piramida jelas memiliki tujuan tertentu. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini, kita ulik sama-sama, yuk, soal beberapa hal menarik dari bangunan yang satu ini. Langsung gulir layarmu ke bawah, ya!
1. Lokasi Sphinx Agung Giza

Sesuai dengan namanya, Spihinx Agung Giza terletak di wilayah Giza, Mesir. Secara spesifik, bangunan ini terletak di kompleks Piramida Giza, tepatnya di depan Piramida Khafre. Mengingat tiga piramida yang ada di Giza dibangun oleh tiga generasi Firaun yang berbeda, itu berarti Sphinx Agung Giza dibangun pada saat Firaun Khafre berkuasa karena Piramida Khafre merupakan piramida kedua yang ada di Giza.
Kalau mau lebih spesifik lagi, Sphinx Agung Giza terletak di Dataran Tinggi Giza, tepi barat Sungai Nil, dan kepalanya menghadap ke arah timur. Letak patung ini berada di arah tenggara dari Piramida Khafre. Titik koordinat dari Sphinx Agung Giza tercatat ada pada 29°58′31″N 31°08′15″E.
Dilansir Britannica, Sphinx Agung Giza merupakan salah satu bangunan terbesar yang dibagun peradaban Mesir Kuno. Panjang bangunan ini sekitar 73 meter dengan ketinggian 20 meter pada bagian ujung kepala. Material utama yang digunakan pada Sphinx Agung Giza adalah batu kapur. Karakteristik khas dari bangunan ini ialah bagian tubuh seekor singa, kepala manusia dengan topi khas Firaun yang berbentuk seperti ular kobra atau uraeus.
Dulunya, bagian kepala Sphinx Agung Giza memiliki pahatan hidung dan janggut. Namun, bangunan ini tidak dapat mengalahkan waktu karena erosi menghancurkan kedua bagian tersebut. Malahan, sebenarnya bagian luar dari Sphinx Agung Giza terus terkikis hingga saat ini karena memang faktor usia dan material yang dapat mengalami erosi seiring berjalannya waktu.
Fakta menarik lain dari bangunan ini adalah proses penemuannya. Meski berukuran besar, Sphinx Agung Giza tidak ditemukan secara langsung begitu saja. Sebab, bangunan ini tertimbun pasir dan perlu beberapa kali proses penggalian. Identifikasi pertama dari bangunan ini terjadi pada tahun 1817 oleh arkeolog Italia, Giovanni Battista Caviglia. Kemudian, rangkaian proses penggalian Sphinx Agung Giza dilakukan selama satu abad lamanya. Bangunan ini baru benar-benar tergali sepenuhnya pada akhir 1936 oleh arkeolog Mesir, Selim Hassan.
2. Kapan Sphinx dibangun?

Mengingat lokasi Sphinx Agung Giza terletak di depan Piramida Khafre, artinya bangunan ini bangun pada masa pemerintahan Firaun Khafre. Khafre sendiri memerintah Mesir Kuno sekitar tahun 2575—2465 SM. Namun, arkeologis memperkirakan kalau bangunan ini selesai antara 2575—2150 SM atau ketika Dinasti Keempat Mesir Kuno berlangsung, dilansir National Geographic. Maka dari itu, ada kemungkinan kalau Sphinx Agung Giza selesai dibangun pasca Firaun Khafre wafat.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Sphinx Agung Giza dibangun dengan material batu kapur. Akan tetapi, berbeda dengan piramida yang dibangun secara bersusun dan satu per satu, Sphinx Agung Giza dibangun dari satu bongkahan batu kapur besar secara perlahan hingga membentuk patung singa yang kita kenal saat itu. Hal ini menandakan kalau Sphinx Agung Giza sebenarnya merupakan salah satu objek pahatan patung terbesar yang pernah dibuat manusia, khususnya pada peradaban kuno.
Kata "sphinx" sebenarnya bukan nama resmi yang diberikan orang Mesir Kuno. Malahan, sampai saat ini kita belum mengetahui nama asli dari Sphinx Agung Giza. Dilansir Smithsonian Magazine, kata "sphinx" berasal dari Yunani Kuno yang merujuk pada sosok makhluk mitologis berbentuk singa dengan kepala manusia wanita dan memiliki sayap burung. Makhluk ini diasosiasikan dengan teka teki dan kejahatan, dimana ia tak segan membunuh siapapun yang tidak dapat memecahkan teka teki darinya.
Masalahnya, kata sphinx dari Yunani Kuno ini baru digunakan sekitar 2000 tahun pascabangunan ini rampung. Sepanjang waktu itu, kita belum pernah menemukan catatan resmi yang menyebut patung ini dengan sebutan tertentu. Masalahnya makin pelik lagi kalau melihat fakta dimana orang Mesir Kuno tidak meninggalkan catatan tulisan, melainkan gambar yang sulit ditafsirkan.
Oh iya, ada satu fakta menarik terkait warna dari Sphinx Agung Giza. Saat ini, kita mungkin melihat bangunan ini tanpa warna dan terlihat menyatu dengan lingkungan sekitar. Namun, ribuan tahun yang lalu, bangunan ini diduga jauh lebih berwarna. National Geographic melansir kalau sejumlah arkeolog menemukan sisa-sisa pigmen warna biru, kuning, dan merah pada berbagai bagian Sphinx Agung Giza. Temuan itu diperkuat dengan tulisan dari penulis Romawi, Pliny the Elder, yang hidup sekitar abad pertama masehi dan menggambarkan kalau bagian kepala Sphinx Agung Giza memiliki warna merah.
3. Apa fungsi dari Sphinx Agung Giza?

Berbeda dengan piramida yang dimaksudkan sebagai makam para Firaun, fungsi kehadiran Sphinx Agung Giza di tengah-tengah kompleks Piramida Giza sebenarnya masih diluputi misteri. Ada dugaan kalau patung singa berkepala manusia ini sengaja dibuat sebagai pengawal dari Piramida Khafre yang ada di belakangnya. Sebab, wajah yang terukir pada bangunan ini diduga kuat merupakan perwujudan dari wajah Firaun Khafre.
Dugaan lain yang mencuat adalah masyarakat Mesir Kuno menggunakan Sphinx Agung Giza sebagai media spiritual atau keagamaan tertentu. Sebab, ditemukan semacam bangunan kuil tepat di depan Sphinx Agung Giza. Diluar itu, sebenarnya para arkeolog masih berjuang untuk mengungkap misteri dibalik fungsi sesungguhnya dari Sphinx Agung Giza. Malahan, soal siapa yang membangun bangunan ini, arkeolog masih belum bisa sepakat pada satu kesimpulan yang sama.
Meskipun begitu, ada satu fakta menarik soal letak Sphinx Agung Giza ini secara astronomis. Smithsonian Magazine melansir kalau para arkeolog belakangan menemukan fakta kalau posisi Sphinx diatur sedemikian rupa hingga ada begitu banyak fenomena astronomi yang dapat terjadi di sekitar patung ini. Kita dapat melihat Matahari terbenam tepat di bahu Sphinx saat titik ekuinoks bulan Maret—September. Selain itu, ketika titik balik Matahari musim panas, Matahari akan terlihat terbenam di antara Piramida Khafre dan Piramida Khufu jika dilihat dari Sphinx Agung Giza.
Temuan ini jelas makin membuat misteri dari keberadaan Sphinx Agung Giza makin menarik. Sebab, jika benar bangunan ini punya hubungan dengan cara orang Mesir Kuno menafsirkan fenomena-fenomena langit. Hal tersebut rasanya jadi pengingat bagi kita kalau kemampuan berpikir manusia tentang segala sesuatu yang ada di dunia itu memang sudah berlangsung sejak awal manusia membangun peradaban. Menakjubkan sekali, ya, Sphinx Agung Giza ini!