Makan serangga mungkin terdengar aneh dan menggelikan. Tetapi, menjadikan serangga sebagai kudapan telah dilakukan oleh banyak budaya. Contohnya, budaya makan belalang atau jangkrik yang disajikan dengan cara digoreng dari Gunung Kidul, Yogyakarta.
Suka atau tidak, beberapa jenis serangga ini memang aman dimakan manusia. Bahkan, ada yang tinggi protein, lho! Serangga apa saja yang dimaksud?
Hah, bagaimana bisa semut dimakan? Kan ukurannya kecil?
Eits, jangan salah, ada spesies semut yang cukup besar untuk dimakan, yakni honeypot ants. Tradisi memakan semut dilakukan di beberapa negara, yakni Australia, Kolombia dan Thailand, ujar laman NBC News.
Di Australia, penduduk asli (native Australia) menunggu perut honeypot ants membengkak sampai seukuran anggur, lalu dimakan mentah karena rasanya manis. Sementara, penduduk Kolombia lebih suka semut pemotong daun (Hormigas culonas) dan dimakan dengan cara dipanggang. Dan penduduk Thailand lebih suka makan semut merah, terutama telurnya.
Meski namanya kumbang huhu, hewan ini tidak sedang bersedih, kok! Tetapi, yang dimakan bukan kumbang, melainkan larva yang besar dan gemuk. Penduduk Selandia Baru akan memakan larvanya, baik sebagai camilan mentah atau ditumis, terang laman NBC News.
Di mana larva kumbang huhu ditemukan? Kamu bisa mencarinya di batang kayu busuk. Larvanya memakan kayu busuk yang menjadikannya kaya protein.
Menurut pengakuan orang yang pernah memakannya, rasanya seperti selai kacang! Can you imagine?
Orang-orang dari Tiongkok, Jepang dan Amerika suka makan cicada. Serangga ini menghabiskan 17 tahun hidupnya di bawah tanah dan mengisap getah dari akar pohon. Saat serangga ini muncul untuk bereproduksi dan mati, banyak orang berebut menangkapnya sebelum kulitnya mengeras, ujar laman NBC News.
Lalu, cicada bisa direbus, ditumis atau digoreng. Setelah matang, rasanya disebut mirip seperti udang.
Jangan remehkan cicada, sebab serangga ini memiliki 30-40 persen kandungan protein. Are you dare to try?
Apakah kamu bisa membayangkan memakan tarantula, hewan dengan delapan kaki ini? Pasti menggelikan!
Faktanya, tarantula adalah menu favorit penduduk Kamboja dan Venezuela. Menurut mereka, kakinya renyah dan crispy, sementara bagian perutnya lengket, tutur laman NBC News.
Tarantula ini akan digoreng dengan minyak, garam, gula dan bawang putih sampai garing, lalu dijajakan sebagai street food. Hewan ini dimakan secara utuh, tidak dipotong dulu. Sementara, orang Venezuela lebih suka memanggangnya langsung di atas api.
Di Jepang, ada menu bernama hachinoko yang terbuat dari larva tawon atau lebah. Ini merupakan tradisi yang masih dilestarikan di Prefektur Gifu dan Nagano, yakni area pegunungan di mana jumlah ternak terbatas dan ikan tidak berlimpah, ujar laman Zojirushi.
Solusinya, mereka makan larva tawon atau lebah yang diambil secara hati-hati dari sarangnya. Lalu, larva ini dimasak dengan kecap dan gula, tetapi bisa juga dijadikan camilan mentah, jelas laman NBC News. Meski menggelikan, larva ini tinggi lemak, protein dan vitamin B.
Seperti yang kita tahu, di Thailand ada street food yang menjual kuliner ekstrem, yakni serangga goreng! Salah satu yang paling digemari adalah belalang. Cara makannya simpel, belalang yang berukuran 10 cm ini harus dimasukkan langsung ke dalam mulut dengan sekali gigitan, lalu kunyah dan telan, saran laman Migrationology.
Belalang goreng juga dikonsumsi di Meksiko. Cara memasaknya mudah, belalang dipanggang, lalu disajikan dengan cabai dan jeruk nipis, terang laman NBC News. Hidangan ini disebut dengan chapulín dan dijual di pinggir jalan atau pasar.
Pupa ulat sutera adalah makanan yang populer di Vietnam, Tiongkok dan Korea. Di fase pupa (kepompong), ulat sutera tidak lagi berguna karena tidak menghasilkan benang sutera. Alhasil, pupa ini diolah dan dimanfaatkan untuk makanan, daripada dibuang begitu saja, jelas laman The IHS Tattler.
Di Korea, pupa ini dibumbui dulu sebelum direbus, sementara di Tiongkok dan Vietnam langsung digoreng. Menurut mereka yang sudah mencoba, rasanya asin, kenyal dan mirip udang. Uniknya, pupa ulat sutera juga disajikan dalam kaleng, tetapi siap-siaplah, karena baunya sangat busuk!
Dalam keadaan hidup, kalajengking adalah hewan yang mengerikan. Sebab, sengatnya mengandung racun yang mematikan. Tetapi, dalam keadaan mati, kalajengking adalah kuliner ekstrem favorit di Vietnam, Tiongkok dan Thailand, tutur laman NBC News.
Cara memasaknya, kalajengking diambil dalam keadaan hidup dan menggeliat, lalu langsung ditusuk dan digoreng dalam minyak panas. Berdasarkan pengakuan orang yang pernah mencoba, rasanya seperti udang atau kepiting cangkang lunak. Menurut laman Survival Mastery, setidaknya ada 80 persen protein dalam kalajengking.
Jangan takut dulu, ini bukan kecoak! Serangga ini adalah kumbang air yang dikenal dengan nama maeng daa di Thailand. Kamu bisa menemukannya di Bangkok dengan mudah, yang disajikan dengan cara dimakan utuh, dikukus atau digoreng dengan saus pedas, ujar laman NBC News.
Ada pula kumbang air dalam versi dipanggang dan dikalengkan. Cara memakannya, lepas dulu sayap luarnya yang keras.
Rasanya unik, yakni mirip black licorice atau adas manis dan tubuhnya agak berair. Sementara, bagian kepalanya mirip kepiting yang lembek, jelas laman Migrationology.
Larva kumbang sagu adalah makanan bagi penduduk Papua, Papua Nugini, Malaysia dan Nigeria. Ulat sagu ini hidup di batang atau bonggol kelapa sawit di negara-negara tropis. Rupanya, ulat sagu adalah hama karena menggerogoti pohon palem, kurma, kelapa dan sawit, ujar laman Bugsfeed.
Meski begitu, ulat sagu sangat lezat sekaligus bergizi. Ulat ini kaya kalsium, protein dan kalium, tutur laman NBC News.
Ulat sagu bisa dimakan langsung dalam keadaan mentah maupun digoreng dan dipanggang dulu di atas bara api. Setelah dimasak, rasanya mirip seperti bacon!
Mungkin, kamu merasa heran, kumbang ini bau tapi kok tetap dimakan? Psst, ada trik khusus supaya baunya hilang sebelum dimakan!
Bau ini bisa diserap dengan merendamnya di air hangat. Kumbang bau adalah makanan favorit di Meksiko dan Afrika Selatan, terang laman NBC News.
Serangga ini didapatkan dari hutan dan ada orang-orang yang suka memakannya langsung. Di Afrika Selatan, kumbang ini diperas dulu untuk mengosongkan kelenjar bau, lalu direbus, dijemur dan dimakan sebagai makanan ringan.
Bagaimana rasanya? Seperti campuran yodium dan kayu manis!
Kesal sama rayap karena menggerogoti lemari kayumu? Kamu bisa "balas dendam" dengan cara memakannya!
Rayap adalah serangga yang dimakan oleh orang-orang dari Asia, Afrika, Australia dan Amerika Selatan. Biasanya, rayap dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan protein dan lemak di daerah yang mengalami kekurangan gizi, ujar laman Clegg's Pest Control.
Mengapa harus rayap? Karena serangga ini tinggi asam amino dan bisa diperoleh dengan mudah. Selain itu, rayap juga digunakan untuk memberi makan ternak. Cara memasaknya adalah dengan digoreng atau dipanggang di atas bara api, tutur laman NBC News.
Tahukah kamu kalau capung masih dimakan di Indonesia, tepatnya di Bali? Ini terungkap lewat penelitian berjudul "Catching and Eating Dragonflies in Bali and Elsewhere in Asia" yang ditulis oleh Robert W. Pemberton dan diterbitkan di American Entomologist pada tahun 1995.
Cara memasaknya ialah dengan dididihkan atau digoreng, saat dimakan rasanya mirip seperti kepiting cangkang lunak. Sementara, cara berburu capung adalah dengan mengolesi tongkat kayu dengan getah lengket supaya capung ini terjebak ketika hinggap di sana, jelas laman NBC News.
Terakhir, ada telur semut atau yang disebut sebagai kroto di Indonesia. Telur ini diambil dari semut Liometopum hitam raksasa.
Di Indonesia, kroto digunakan sebagai pakan burung, tetapi di Meksiko dimakan oleh manusia. Cara memasaknya ialah direbus, digoreng dengan mentega atau dimakan bersama dengan taco, jelas laman NBC News.
Telur semut dianggap sebagai hidangan yang berharga, bahkan sampai dijuluki sebagai kaviar. Teksturnya lembut dan licin, sementara rasanya mirip keju cottage, terang laman Bugsfeed.
Nah, itulah 14 serangga yang ternyata bisa dimakan. Apakah kamu berani untuk memakannya? Atau justru kabur duluan saat melihatnya?