Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gamophobia; Ketakutan Ekstrem untuk Menjalin Hubungan Pernikahan

liveboldandbloom.com

Pernikahan merupakan hal yang membahagiakan bagi banyak orang. Akan tetapi, tidak sedikit orang-orang yang enggan untuk menikah dan memutuskan hidup melajang seumur hidupnya karena adanya ketakutan akan pernikahan. Kondisi kelainan psikologis ini dikenal dengan istilah gamophobia. Gamophobia merupakan sindrom seseorang yang takut menjalin hubungan serius atau ke jenjang pernikahan. Bahkan ketakutan ini bisa bersifat persisten, tidak terkontrol, dan berlebihan. 

Gamophobia bukan berarti tidak mau menjalin hubungan sama sekali dengan orang lain. Tetapi ketika menghadapi pembicaraan tentang pernikahan penderita gamophobia akan langsung berusaha mengelak. 

Gamophobia dapat timbul dari faktor internal atau faktor eksternal. Secara internal dapat muncul dari genetik. Sementara faktor eksternal bisa muncul dari kekhawatiran yang berlebihan atau bisa juga dari pengalaman traumatik yang pernah didapatkan. Kekhawatiran yang berlebihan banyak dialami oleh para laki-laki terkait dengan kehidupan personal, finansial, dan sosial yang berubah pasca menikah. Seperti yang dialami laki-laki yang harus berbagi pendapatannya untuk istri padahal semula apa yang dia dapatkan hanya untuk dirinya sendiri.

Sedangkan faktor penyebab pengalaman yang bersifat traumatik bisa didapatkan dari pengalaman yang tidak menyenangkan atas kegagalan rumah tangga orang tua atau orang terdekat, bisa juga pengalaman trauma dari melihat film atau membaca novel-novel tentang kehidupan setelah pernikahan yang tidak menyenangkan.

Nah, supaya terhindar dari gamophobia ada 6 hal yang bisa kamu lakukan. Yuk simak!

1.Percaya bahwa tidak ada perubahan signifikan setelah pernikahan

pexels.com

Pernikahan sebenarnya tidak akan mengubah diri kamu secara personal. Karena inti dari sebuah pernikahan adalah menerima satu sama lain apa adanya dengan berupaya saling memahami. 

2.Berada di lingkungan bersama orang-orang yang bahagia dengan pasangannya

pexels.com

Lingkungan yang positif akan memberikan dampak positif juga bagi diri kamu. Jika selama ini kamu sering terpapar dengan sesuatu yang menyebabkan kamu menjadi ketakutan untuk menjalani pernikahan, maka sebaiknya jauhkan hal itu.

3.Mencari akar masalah ketakutanmu

pexels.com

Dalam upaya mencari solusi atas suatu permasalahan kita harus mengetahui akar penyebab dari terjadinya masalah. Misalnya jika faktor penyebabnya akibat trauma atas kegagalan pernikahan orang tua maka kamu sebaiknya pelan-pelan belajar untuk menerima hal tersebut. Pada intinya tiap pasangan menghadapi permasalahan yang berbeda dan kamu harus meyakini apapun keputusannya merupakan keputusan terbaik.

4.Menganalisa kembali harapan terhadap pernikahan

pexels.com

Kamu perlu menganalisa harapan yang kamu inginkan setelah pernikahan terjadi. Buatlah harapan yang realistis. Jangan membuat harapan yang terlalu tinggi seperti rumah tangga ideal yang ditampilkan dalam film-film tertentu. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi kekecewaan ketika kamu menghadapi pernikahan yang sebenarnya.

5.Menyadari bahwa di kehidupan ini tidak ada yang sempura

pexels.com

Kepercayaan ini harus kamu yakini dalam menjalani rumah tangga kelak. Dengan memahami bahwa setiap hal di dunia ini tidak ada yang sempurna akan membuat kamu belajar menerima apapun kondisi yang terjadi setelah menikah. Kesempurnaan yang hakiki hanya milik Tuhan, maka dengan berpasrah pada Tuhan akan membuat kamu tenang dalam menjalani pernikahan nantinya.

6. Lakukan meditasi

dailylife.com

Salah satu bentuk meditasi bisa dilakukan dengan yoga. Meditasi merupakan salah satu solusi untuk menghilangkan stress bahkan depresi. Jika kamu sedang mengalami ketakutan dan kecemasan, kamu bisa mencoba meditasi untuk menenangkan diri. Meditasi mendorong pikiran untuk bergerak ke arah yang positif.

Kamu perlu ingat bahwa kebahagiaan yang kamu dapatkan setelah menikah akan jauh lebih besar dibandingkan kecemasan dan ketakutan yang kamu bayangkan. Nah, sudah nggak takut lagi kan untuk menikah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us