Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenali Terminal Lucidity, Membaik sebelum Meninggal

ilustrasi menghabiskan waktu bersama orang tua (pixabay.com/shameersrk)
ilustrasi menghabiskan waktu bersama orang tua (pixabay.com/shameersrk)

Akhir dari segala sesuatu, kematian adalah fenomena dalam kehidupan manusia yang paling misterius. Apa yang dirasakan? Bagaimana bisa terjadi? Lalu, apa yang terjadi selanjutnya? Pertanyaan-pertanyaan ini masih belum bisa terjawab.

Selain itu, fenomena sebelum meninggal dunia juga masih menyisakan pertanyaan. Mengapa seseorang yang sebelum meninggal dunia tiba-tiba bisa terlihat pulih dari kondisinya? Dikira sembuh, mereka malah menghadap Sang Khalik. Ternyata, fenomena ini juga membingungkan para dokter. Inilah pembahasan terkait rally atau terminal lucidity!

1. Sempat tren di TikTok

Melalui sebuah video singkat di TikTok, seorang perawat bernama Julie McFadden (@hospicenursejulie) menceritakan sebuah fenomena yang hingga sekarang tak bisa dijelaskan secara medis. Dalam video tertanggal 26 Oktober 2021, Julie menjelaskan kalau fenomena ini disebut "Rally".

Julie menjelaskan kalau saat rally, seseorang yang dalam kondisi kritis dan mendekati ajal bisa tiba-tiba membaik. Mereka mau makan, bergerak, atau bahkan berbicara dan bercanda dengan sekitar mereka.

"Ini terjadi pada sekitar sepertiga dari pasien kami. Saking sering terjadi, kami berusaha untuk mengedukasi para keluarga mengenai fenomena ini sebelum terjadi agar tidak membuat mereka sedih saat pasien meninggal kendati membaik selama beberapa hari," kata Julie.

Video Julie ditonton oleh lebih dari 7,3 juta netizen. Dan, tidak sedikit netizen yang membagikan kisah mereka menyaksikan kebahagiaan rally sebelum dikejutkan oleh pahitnya kematian.

2. Sudah dikenal sejak abad ke-19

ilustrasi pasien yang dirawat di rumah sakit (newsweek.com)
ilustrasi pasien yang dirawat di rumah sakit (newsweek.com)

Perlu diketahui, fenomena rally bukanlah hal yang baru di dunia medis. Pasalnya, fenomena ini banyak tercatat pada abad ke-19. Pada 1887, seorang dokter asal Inggris, William Munk, mencatat fenomena ini sebagai "pemulihan sebelum kematian" (lucidity before death).

Lalu, pada 2009, fenomena ini diungkit kembali oleh pakar biologi asal Jerman, Michael Nahm. Dalam studinya yang dimuat dalam Journal of Near-Death Studies, Michael menyebut peristiwa ini sebagai terminal lucidity. Menurut Michael, terminal lucidity adalah,

"Kembalinya kemampuan mental yang normal atau justru meningkat pada pasien yang sakit atau tidak sadar sesaat sebelum kematian, termasuk peningkatan mood dan semangat spiritual atau gaya bicara yang lebih gembira dan spiritual atau berbeda dari kondisi sebelumnya."

Tidak cuma sakit fisik, Michael mencatat bahwa fenomena ini juga terjadi pada mereka yang mengalami disabilitas mental dan demensia. Michael memasukkan fenomena ini sebagai salah satu pengalaman sebelum kematian atau end of life experience (ELE).

3. Kapan paling sering terjadi?

ilustrasi terminal lucidity atau rally (crossroadshospice.com)
ilustrasi terminal lucidity atau rally (crossroadshospice.com)

Dalam videonya, Julie mengatakan kalau fenomena rally atau terminal lucidity dapat terjadi beberapa jam atau seminggu sebelum pasien meninggal. Dalam penelitian lanjutannya yang dimuat dalam Journal of Nervous and Mental Disease pada 2009, Michael juga setuju akan hal tersebut.

Ditemani oleh rekan peneliti dari Amerika Serikat, Bruce Greyson, Michael meneliti 49 kasus terminal lucidity yang terjadi sebelum 1849. Michael dan Bruce menemukan bahwa terminal lucidity lebih sering terjadi 7 hari/seminggu sebelum meninggal (84 persen), dibandingkan beberapa jam sebelum meninggal (16 persen).

Lalu, Michael dan Bruce membagi fenomena ini menjadi dua jenis:

  • Keparahan gangguan mental membaik secara perlahan seiring dengan penurunan kondisi tubuh
  • Pemulihan mental penuh secara tidak terduga beberapa jam atau hari sebelum kematian

Sebagai contoh, seorang lansia yang menderita Alzheimer dan menjalani hari-hari terakhir di hidupnya bisa tiba-tiba pulih. Beliau tiba-tiba bisa mengingat dan berbincang dengan sekitarnya dengan riang gembira. Namun, ia kemudian wafat beberapa jam atau hari setelahnya.

4. Juga terjadi pada hewan?

Menariknya, ternyata fenomena terminal lucidity juga tidak terjadi pada manusia juga, melainkan pada hewan. Dalam videonya tertanggal 27 Oktober 2021, Julie mengutip berbagai komentar dan cerita dari mereka yang menyaksikan fenomena ini pada hewan dalam video sebelumnya.

Beberapa netizen bercerita bahwa mereka sebelumnya memiliki hewan peliharaan yang tengah sakit kritis dan tak terselamatkan. Menjelang kematiannya, hewan-hewan ini menjadi aktif dan seakan-akan sembuh dari sakitnya dengan ajaib. Hanya saja, kemudian mereka meninggal. 

"Saya seorang dokter hewan dan ini memang sering terjadi. Hanya saja, tidak ada istilah medisnya," ujar akun @goodvibez_cartel yang dikutip Julie.

5. Mengapa terminal lucidity bisa terjadi?

ilustrasi terminal lucidity atau rally (griswoldhomecare.com)
ilustrasi terminal lucidity atau rally (griswoldhomecare.com)

Mengapa terminal lucidity bisa terjadi? Sayangnya, mengutip kata Julie, fenomena ini tidak bisa dijelaskan secara medis. Berbagai teori lalu-lalang menjelaskan terminal lucidity secara medis.

Penjelasan mengenai terminal lucidity sempat datang pada 1812 dari salah satu Bapak Pendiri Amerika Serikat dan psikiater, Benjamin Rush. Dijuluki "Bapak Psikiatri Amerika", Rush menduga kalau fenomena ini disebabkan oleh respons saraf yang dipicu oleh rasa sakit dan demam hingga kebocoran pada bilik otak.

Lalu, penelitian terbaru di Turki pada 2021 juga menguji terminal lucidity pada pasien demensia. Hasilnya, produksi neurotransmiter berubah menjelang kematian sehingga memicu pemulihan memori sementara pada pasien. Namun, penelitian ini pun tidak dapat menjelaskan secara konkret alasan dari kejadian ini.

Sementara tidak bisa dijelaskan, mengedukasi keluarga pasien mengenai terminal lucidity dapat mempersiapkan mereka untuk kemungkinan terburuk. Apakah kematian memberikan harapan palsu kepada manusia? Tak ada perpisahan yang tidak menyedihkan, tetapi merelakannya membuat kita mampu menjalani hidup.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bayu D. Wicaksono
Bayu Aditya Suryanto
3+
Bayu D. Wicaksono
EditorBayu D. Wicaksono
Follow Us