12 Tragedi Pertambangan Paling Mematikan Sepanjang Sejarah, Tragis!

Tahukah kamu, pertambangan adalah salah satu profesi tertua di dunia, lho. Bahkan, sudah ada jauh sebelum adanya penanggalan. Tambang paling awal yang diketahui ditemukan di deposit batu bara Afrika Selatan, dan diperkirakan berusia antara 20.000 hingga 40.000 tahun, seperti yang dicatat Earth Systems. Ini berarti, manusia menambang batu bara saat Neanderthal masih menjelajahi Bumi. Apa mungkin Neanderthal yang melakukan penambangan?
Meski begitu, tidak ada seorang pun yang menulis tentang kecelakaan pertambangan pertama, karena pertambangan sudah ada jauh sebelum tulisan ditemukan. Namun, kecelakaan di pertambangan kerap terjadi saat ini, jadi 40.000 tahun yang lalu juga pasti ada. Perbedaannya mungkin terletak pada skala kerusakannya.
Tambang-tambang pada abad ke-19 dan seterusnya dikerjakan oleh ratusan orang. Di sisi lain, runtuhan, kebakaran, dan gas beracun menjadi ancaman yang selalu hadir di bawah tanah yang dalam itu. Ketika bencana terjadi, ratusan orang bisa terbunuh. Terkadang bukan hanya para penambang, tetapi juga orang lain yang tinggal dan bekerja di sekitar kawasan tersebut. Berikut ini kita akan membahas beberapa bencana pertambangan terburuk di dunia.
1. Tambang Tembaga Besshi di Jepang

Sebagian besar kecelakaan pertambangan yang paling mengerikan biasanya terjadi selama abad ke-20. Mengingat aktivitas industri sedang meningkat dan perhatian terhadap keselamatan pekerja sangat rendah. Namun, setidaknya ada satu kecelakaan pertambangan besar yang terjadi sebelum abad ke-20. Tidak seperti banyak kecelakaan lain dalam daftar ini, kecelakaan ini tidak terjadi di tambang batu bara, tetapi di tambang tembaga.
Peleburan tembaga membutuhkan panas, dan untuk menghasilkan panas, pasti dibutuhkan bahan bakar. Menurut Sumitomo Group Public Affairs Committee, selama lebih dari 200 tahun, perusahaan yang memiliki Tambang Tembaga Besshi di Jepang menebang hutan di pegunungan terdekat untuk mendapatkan arang, guna mengoperasikan pabrik peleburan. Ditambah lagi, pabrik peleburan ini mencemari udara dengan gas asam sulfat, yang turun kembali ke Bumi sebagai hujan asam. Akibatnya, beberapa pohon di hutan tersebut mati.
Pada 1899, sebuah topan melanda daerah tersebut. Jadi, tanpa adanya pepohonan yang memadai untuk menstabilkan tanah, lereng gunung pun runtuh, menyebabkan tanah longsor yang menghancurkan fasilitas pertambangan aktif di bawahnya. Tepatnya, 512 orang tewas dalam bencana Tambang Tembaga Besshi. Lalu lebih dari 100 tahun sejak kejadian itu, tambang tembaga tersebut telah ditutup dan kampanye reboisasi telah memulihkan hutan di pegunungan.
2. Tambang Batu Bara Courrieres di Prancis

Tambang Batu Bara Courrieres di Prancis utara merupakan tambang yang sangat besar. Sangking besarnya, terdapat terowongan masuk di beberapa kota yang berbeda. Tambang tersebut mempekerjakan lebih dari 2.000 orang, termasuk anak-anak di bawah umur.
Pada 9 Maret 1906, terjadi kebakaran di salah satu lubang tambang sedalam 274 meter di bawah tanah. Para pekerja tidak dapat memadamkannya. Jadi mereka memutuskan untuk menutup semua pintu dan ventilasi, sehingga api akan padam dengan sendirinya. Kemudian, pekerjaan di seluruh tambang berlanjut seperti biasa.
Namun, keesokan harinya, terjadi ledakan yang sangat besar hingga atap kantor tambang di atas hancur, menewaskan beberapa orang yang berada di dalamnya. Seperti yang dicatat History, api menyebar ke seluruh tambang, hingga tim penyelamat tidak bisa masuk ke dalam. Para penambang yang terjebak meninggal karena tertimpa infrastruktur di dalam tambang yang runtuh. Ada pula yang mati lemas karena gas beracun, atau terbakar hingga meninggal. 40 penyelamat juga tewas ketika terowongan yang mereka turuni runtuh.
Pencarian hanya berlangsung selama tiga hari, meskipun masih ada korban selamat di bawah. Satu kelompok korban berhasil keluar dari tambang 20 hari setelah ledakan. Total korban tewas mencapai 1.099 orang.
3. Tambang Batu Bara Hojo di Jepang

Tambang Batu Bara Hojo (Mitsubishi) di pulau Kyushu adalah salah satu tambang batu bara paling produktif di Jepang, dengan hasil tahunan sebesar 230.000 ton. Ledakan yang terjadi pada 1914 di Tambang Batu Bara Hojo menyumbat poros ventilasi tambang atas dengan puing-puing. Meskipun poros ventilasi bawah bersih, alat tersebut kesulitan untuk mengeluarkan gas beracun dari tambang.
Butuh waktu berjam-jam untuk memperbaikinya. Namun, 4 penyelamat meninggal dunia karena keracunan karbon monoksida saat mencoba menarik mayat dari reruntuhan. Sangking banyaknya mayat, para pengamat menggambarkan mereka tertumpuk seperti kayu bakar.
Sebuah penyelidikan menemukan bahwa ledakan debu batu bara tersebut dipicu oleh percikan dari lampu pengaman yang rusak. Akibatnya, 687 orang tewas, termasuk pemilik lampu dan istrinya, yang bekerja bersama di tambang. Beberapa penambang yang terjebak di bawah saat ledakan terjadi, terbakar hidup-hidup, dan sisanya mati lemas, bukan saja karena gas beracun, tetapi juga karena tidak adanya oksigen.
4. Tambang Batu Bara Universal di Inggris

Sekarang, kamu mungkin tidak asing dengan berita tentang kecelakaan di tambang batu bara. Hal ini terjadi karena tambang batu bara berada sangat jauh di bawah tanah. Selain itu, tambang batu bara juga dipenuhi dengan gas beracun seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida, karbon dioksida, dan gas metana.
Adapun, gas-gas ini tidak baik jika dihirup manusia dalam jangka panjang. Manusia yang terpapar gas-gas berbahaya ini bisa menderita penyakit paru-paru hitam. Apalagi, gas-gas ini bisa menyebabkan ledakan karena debu batu bara mudah terbakar, hanya dengan satu percikan api saja.
Sebagaimana yang dijelaskan BBC, bencana pertambangan terburuk di Inggris terjadi di desa kecil Senghenydd di Wales pada 1913. Pada suatu pagi di bulan Oktober, Tambang Batu Bara Universal diguncang oleh ledakan gas metana yang cukup besar hingga melontarkan sangkar seberat dua ton ke atas poros tambang. Ditambah lagi, ada 950 penambang yang bekerja di lubang tambang hari itu.
Para penambang yang berada di sisi timur berhasil keluar dengan selamat. Namun, mereka yang berada di sisi barat terbakar hidup-hidup hingga tak bernyawa. Ke-18 korban yang selamat terakhir tidak berhasil dikeluarkan dari reruntuhan hingga dua minggu setelah ledakan. Menyedihkannya, orang terakhir yang tewas dalam bencana tersebut adalah salah satu dari tim penyelamat.
Seperti yang sering terjadi, orang-orang yang tewas dalam ledakan tersebut adalah ayah, suami, dan anak laki-laki. 60 dari mereka masih remaja, dan 8 orang baru berusia 14 tahun. Total korban tewas adalah 440 orang.
5. Tambang Los Cedros di Meksiko

Bendungan tailing adalah struktur yang dibangun untuk menampung tailing tambang, yang merupakan batuan pecah dan logam berat yang tersisa setelah bijih dikeluarkan dari tambang atau istilahnya limbah tambang. Nah, masalahnya, bendungan tailing itu bersifat sementara dan tidak bertahan lama. Kendati begitu, bendungan harus dirawat selamanya, karena limbah beracun yang dikandungnya juga bertahan selamanya.
Salah satu kecelakaan pertambangan terburuk dalam sejarah terjadi pada 1937 di tambang emas Los Cedros di Tlalpujahua, Michoacán di Meksiko tengah. Saat itu, hujan deras membuat bendungan tailing jebol. Akibatnya, lumpur tailing membanjiri kota terdekat, merusak lingkungan sekitar, dan sebuah gereja bersejarah.
Sebagaimana yang dijelaskan Natural Hazards and Earth System Sciences, bendungan yang jebol tersebut melepaskan 16 metrik ton limbah jenuh, yang membanjiri desa tersebut dengan kecepatan 20 hingga 25 meter per detik. Sebenarnya, sudah ada tanda-tanda peringatan beberapa hari sebelum bencana terjadi, tapi perusahaan pertambangan abai. Selain itu, pihak berwenang juga tidak mengevakuasi warga yang tinggal di zona bahaya.
Laporan terkait korban dari bencana ini tidak jelas. Perusahaan pertambangan juga sengaja menutupi jumlah korban. Nah, karena alasan inilah, tidak ada yang tahu pasti berapa banyak orang yang meninggal dalam bencana itu. Meski begitu, beberapa sumber mengatakan bahwa setidaknya ada 300 orang yang meninggal dunia.
6. Tambang Benxihu di China

Ledakan Tambang Benxihu pada 1942 masih menjadi bencana pertambangan terbesar dalam sejarah dunia. Dikutip Australasian Mine Safety Journal, tambang tersebut terletak di timur laut China, tetapi dikendalikan oleh Jepang, yang tidak peduli dengan kesehatan dan keselamatan para penambang China yang bekerja di sana. Ketika kebakaran terjadi pada April 1942, manajemen memutuskan untuk menutup area yang terkena dampak. Namun, mereka tidak mengevakuasi semua orang terlebih dahulu.
Diketahui, ada 1.549 orang yang meninggal dunia. Investigasi terhadap kecelakaan tersebut menemukan bahwa sebagian besar korban tewas tidak terbakar hidup-hidup. Namun, mereka meninggal karena sesak napas dan keracunan karbon monoksida.
Kebetulan atau tidak, tambang-tambang di China saat ini menyumbang sekitar 80 persen kematian terbanyak di dunia akibat pertambangan, seperti yang dilaporkan AP News. Jadi, China seharusnya lebih memerhatikan keselamatan dan keamanan di pertambangannya.
7. Tambang batu bara Monopol di Jerman

Pada 1946, para penambang berada di kedalaman 914 meter di bawah tanah, tepatnya di sebuah tambang batu bara Jerman di dekat kota Kamen di Ruhr, saat terjadi bencana ledakan. Menurut situs sejarah pertambangan Jerman Ruhrgebietszechen, protokol keselamatan di tambang tersebut di bawah standar, yang konon untuk menghemat biaya perusahaan. Tak hanya itu, terowongannya penuh dengan debu batu bara setinggi mata kaki, yang tentunya sangat mudah terbakar.
Terdapat juga gas metana di terowongan, yang mengartikan bahwa tambang tersebut bisa saja meledak sewaktu-waktu. Benar saja, terjadi ledakan yang dipicu oleh percikan api yang tidak disengaja. Ledakan ini memicu reaksi berantai di tingkat kedua tambang. Akibatnya, semburan api keluar dari poros ketiga. Ledakan tersebut begitu kuat sehingga menghancurkan struktur di dalam poros dan juga di atas tanah pertambangan.
Sebanyak 466 orang terjebak di dalam tambang, 64 dari mereka berhasil keluar hidup-hidup. Adapun, 18 mayat ditemukan, tetapi sisa korban tewas yang lain tidak pernah ditemukan. Menurut buku Civil Affairs and Military Government: North-west Europe, 1944-1946, 11 orang yang selamat dari ledakan awal ditemukan sehari setelah bencana, tapi butuh waktu 3 3 hari bagi tim penyelamat untuk menemukan mereka. Sayangnya, hanya 8 dari mereka yang berhasil dibawa ke luar dalam kadaan hidup.
Seorang laki-laki berhasil menyelamatkan diri. Namun, penambang lainnya meninggal dalam ledakan atau pada hari-hari berikutnya. Jumlah total korban tewas akibat bencana Monopol ini adalah 405 orang, termasuk 3 orang yang meninggal karena cedera setelah berhasil dibawa keluar.
8. Tambang Batu Bara Coalbrook di Afrika Selatan

Tambang batu bara bisa dibilang sangat berbahaya, karena penuh dengan debu batu bara dan gas metana. Kombinasi ini bisa menjadi bahan peledak yang sewaktu-waktu dapat menjadi tragedi jika ada satu percikan api saja. Namun, tambang batu bara dan tambang lainnya juga dapat runtuh. Keruntuhan ini bisa terjadi karena pertambangan berada berkilo-kilometer di dalam tanah.
Inilah yang terjadi pada 1960 di Tambang Batu Bara di Clydesdale, Afrika Selatan. Sekali lagi, kelalaian memainkan peran dalam bencana tersebut. Menurut The Journal of The Southern African Institute of Mining and Metallurgy, 24 hari sebelum tragedi besar, rupanya terjadi keruntuhan yang lebih kecil di Bagian 10. Tidak ada korban jiwa. Juga, tidak ada yang memberi tahu soal ini kepada inspektur tambang, yang datang dua minggu kemudian.
Kemudian, kurang dari dua minggu setelah inspeksi, terjadi keruntuhan kedua. Manajer dan pengawas tambang memutuskan untuk menutup bagian yang runtuh, tapi tetap membiarkan para penambang bekerja. Pekerjaan terus berlanjut hingga kurang dari tiga jam kemudian, ketika para penambang diserang badai debu disertai suara gemuruh seperti guntur.
Seluruh bagian tambang di timur Bagian 10 runtuh, menjebak 438 pekerja di dalamnya. Tim penyelamat berhasil menyelamatkan satu orang. Meskipun tim penyelamat berhasil mengebor lubang untuk evakuasi korban yang berlangsung selama berhari-hari, tapi tidak ditemukan 437 orang yang tersisa. Mereka semua dinyatakan tewas.
9. Tambang Batu Bara Laobaidong di China

Pada 1986, sebagian besar negara adidaya dunia mengetahui tentang bencana nuklir yang terjadi di Ukraina. Ditambah lagi dampak radioaktifnya yang mengerikan. Namun, Uni Soviet bungkam tentang kecelakaan di Chernobyl selama berhari-hari setelah kejadian.
Hal yang sama terjadi ketika 682 orang tewas di Tambang Batu Bara Laobaidong di China pada 1960. Namun, pemerintah China merahasiakan kecelakaan, dan enggan membicarakannya selama lebih dari 30 tahun.
Bencana Tambang Batu Bara Laobaidong terjadi karena ledakan gas metana, seperti banyak kecelakaan pertambangan batu bara lainnya. Menurut penyelidikan, perusahaan tersebut melampaui kuota produksi hingga 59 persen. Ditambah lagi, tidak ada protokol keselamatan yang aman bagi para pekerja.
10. Tambang Batu Bara Mitsui Miike di Jepang

Tambang Batu Bara Mitsui Miike punya sejarah buruk. Seperti yang dicatat Asia-Pacific Journal, tempat itu pernah menjadi kamp tawanan Perang Dunia II. Serta, untuk sementara waktu, operasinya bergantung pada kerja paksa China dan Korea. Tempat itu juga merupakan lokasi salah satu bencana pertambangan terbesar dalam sejarah.
Pada 9 November 1963, salah satu kereta tambang yang sarat dengan batu bara tergelincir. Rantainya putus, yang menyebabkan 8 gerbong berisi batu bara lainnya terlepas. Gerbong-gerbong itu meluncur mundur di sepanjang rel dengan kecepatan yang tidak terkendali, lalu tergelincir.
Sayangnya, di suatu tempat, ada percikan api, yang menyulut debu batu bara yang berhamburan itu. Akibatnya, terjadi dua ledakan, dan apinya menyebar cepat karena kencangnya hembusan angin.
Dilaporkan, 20 orang tewas dalam ledakan tersebut. Namun, tidak sampai disitu. Ledakan tersebut menyebabkan karbon monoksida menyebar ke seluruh tambang, dan 438 orang lainnya meninggal akibat menghirup gas beracun tersebut. Sebanyak 839 orang lainnya selamat, meskipun harus mendapat perawatan intensif.
Yap, pada era 1960-an, ilmu pengetahuan belum secanggih saat ini. Pemilik tambang bahkan tidak tahu kalau bahwa debu batu bara dapat terbakar meski ada gas metana. Dengan kata lain, mereka yakin kalau tambang mereka aman, karena hanya mengandung sedikit gas metana. Akibat ketidaktahuan ini, 458 orang harus membayar dengan nyawanya.
11. Tambang Batu Bara Hwange di Zimbabwe

Pada 1972, terjadi ledakan di tambang batu bara no. 2 di Tambang Batu Bara Hwange di Wankie, Rhodesia (sekarang Zimbabwe). Seperti bencana Monopol, ledakan itu terjadi secara tiba-tiba dan dahsyat. Ledakannya melesat menembus setiap terowongan dan terowongan bawah tanah. Akibatnya, asap dan gas raksasa membumbung ratusan meter ke langit.
Menurut International Journal of Art & Humanity Science, ledakan itu memenuhi salah satu terowongan utama dengan potongan atap dan balok baja. Akibatnya, ratusan penambang di dalamnya terjebak. Lebih parahnya lagi, ledakan itu merusak kipas ventilasi yang membawa udara segar ke dalam tambang. Adapun, butuh waktu 41 jam bagi tim penyelamat untuk memperbaiki kipas ventilasi agar udara segar dapat dihirup para korban yang terjebak.
Di sisi lain, tim penyelamat membuat terowongan baru untuk mengarahkan udara segar ke bawah terowongan tambang, menuju bagian tambang tempat para pekerja tepat sebelum ledakan. Tim penyelamat pun harus masuk lebih dari 1.981 meter ke dalam reruntuhan, meskipun api masih menyala di dalam dan ledakan masih terdengar. Meski begitu, tim penyelamat tidak dapat menyelamatkan siapa pun.
Ledakan itu mungkin terjadi tiba-tiba, tetapi bukan berarti tidak ada tanda-tanda peringatan. Pasalnya, sebelum terjadi kecelakaan, sudah ada sejumlah ledakan gas metana yang lebih kecil. Akibat dari bencana ini, jumlah korban tewas di Tambang Batu Bara Hwange adalah 427 orang.
12. Tambang Chasnala di India

Batu bara adalah industri besar dan banyak orang bergantung padanya. Itulah kenapa, industri ini cenderung menutup-nutupi apa yang sebenarnya terjadi di tambang batu bara. Bencana pun pernah terjadi pada 1975 di dekat kota Dhanbad di Jharkhand, India.
Menurut ENVIS Centre on Environmental Problems of Mining, bencana itu terjadi ketika dinding di tambang batu bara yang setinggi 24 meter, dan merupakan satu-satunya dinding yang berdiri di antara tambang yang aktif, runtuh. Akibatnya, 1.350.000 meter kubik air membanjiri sekitar.
Tambang yang masih aktif itu terendam banjir yang parah. Akibatnya, 375 orang tewas seketika. Para korban yang tewas ini tidak tenggelam, tetapi hancur berkeping-keping akibat hantaman dinding batu bara yang runtuh. Laporan mengatakan bahwa satu-satunya jenazah yang dapat diidentifikasi adalah korban yang masih menyimpan identitas pribadi di sakunya.
Menurut perusahaan media India TFI, baik pemerintah maupun perusahaan tambang mengabaikan masalah keselamatan dan tanda-tanda peringatan sebelum kejadian. Ditambah lagi, tidak adanya liputan media India yang melaporkan kecelakaan itu. Diduga, ada upaya untuk menutupi kejadian itu dan agar sejarah tidak mengingatnya kembali.
Pertambangan menjadi pekerjaan yang sangat berisiko. Tak heran jika banyak bencana dan tragedi yang merenggut banyak nyawa pekerjaannya. Di sisi lain, tidak semua pertambangan legal, ada pula pertambangan ilegal yang memang tidak memerhatikan keselamatan dan keamanan para pekerjanya.



















