Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Terbongkar! 10 Uji Coba Mengerikan yang Terjadi Selama Perang Dingin

potret ilmuwan menggunakan mikroskop di Divisi Zoologi, Biro Industri Hewan Departemen Pertanian AS, Beltsville Maryland tahun 1935 (unsplash.com/The New York Public Library)
potret ilmuwan menggunakan mikroskop di Divisi Zoologi, Biro Industri Hewan Departemen Pertanian AS, Beltsville Maryland tahun 1935 (unsplash.com/The New York Public Library)

Apa yang terlintas di benakmu ketika mendengar Perang Dingin? Apa mungkin perlombaan luar angkasa, Sputnik dan pendaratan di Bulan? Atau tentang mata-mata, spionase, dan sabotase? Atau lebih parahnya lagi tentang ancaman perang nuklir dan akhir peradaban jika AS dan Uni Soviet saling serang menggunakan bom nuklir? 

Memang benar, semua peristiwa tersebut adalah bagian dari Perang Dingin, tapi ada peristiwa lain selain itu. Terlepas dari semua aspek Perang Dingin yang sudah cukup umum diketahui, ada banyak hal yang kurang diketahui karena awalnya dirahasiakan. Namun, dokumen-dokumen tersebut berhasil terbongkar ke publik. Mengapa hal ini dirahasiakan? Ya, memang karena sekacau dan separah itu. Berikut ini adalah daftar singkat beberapa peristiwa dan uji coba mengerikan yang sempat dirahasiakan selama Perang Dingin.

1. Eksperimen mematikan inti iblis

potret dua fisikawan Louis Slotin dan Harry K. Daghlian Jr. selama Tes Trinity (commons.wikimedia.org/Los Alamos Archive)
potret dua fisikawan Louis Slotin dan Harry K. Daghlian Jr. selama Tes Trinity (commons.wikimedia.org/Los Alamos Archive)

Kamu pasti tahu, tentang bom nuklir yang melanda Jepang pada Perang Dunia II. Namun, tahukah kamu bahwa inti nuklir yang dikembangkan untuk bom tersebut menimbulkan masalah besar, bahkan setelah perang berakhir? Seperti yang dijelaskan oleh Science Alert, selain dua inti nuklir pada bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, inti ketiga juga telah disiapkan, tapi Jepang sudah menyerah sebelum inti ini digunakan. Sehingga inti tersebut diubah menjadi alat bagi para peneliti Proyek Manhattan yang tertarik pada eksperimen radiasi berisiko tinggi.

Melansir American Physical Society, pada Agustus 1945, Harry K. Daghlian Jr., seorang fisikawan Amerika di Proyek Manhattan, melakukan percobaan sendiri di laboratorium. Inti atom ini dia kelilingi dengan batu tungsten carbide (logam yang sangat kuat dan tahan panas). Hal ini dimaksudkan untuk memantulkan neutron kembali ke inti, sehingga mendorongnya mendekati kritis. 

Namun, Daghlian secara tidak sengaja menjatuhkan salah satu batu tungsten carbide ini ke inti atom yang menjadi dan membuat Daghlian terpapar cahaya biru dari reaksi yang mematikan. Kejadian ini tidak terjadi satu kali. Kurang dari setahun kemudian, pada Mei 1946, Louis Slotin melakukan pengujian serupa. Ia hampir sepenuhnya melindungi inti dengan sepasang bola berilium yang dipisahkan hanya dengan obeng. Obengnya tergelincir dan bagian inti menjadi kritis.

Baik Daghlian maupun Slotin terpapar dosis radiasi yang mematikan. Mereka menderita lepuh dan luka bakar yang ekstrem, gangrene (jaringan mati pada kulit), dan seluruh bagian kulit terkelupas. Inti tersebut dijuluki Inti Iblis, dan setelah itu, eksperimen kekritisan tidak lagi dilakukan secara langsung di Los Alamos.

2. Operasi Delirium yang diuji coba pada tentara

ilustrasi halusinasi (unsplash.com/Joel Naren)
ilustrasi halusinasi (unsplash.com/Joel Naren)

Pada tahun 1950-an sampai 1960-an, dokter militer AS bernama Jim Ketchum tidak lagi menggunakan peluru sebagai senjata, tetapi menggunakan obat-obatan seperti Lysergic Acid Diethylamide (LSD) dan 3-quinuclidinyl benzilate (BZ). Obat-obatan terlarang ini dapat melumpuhkan seseorang dengan efektif. Namun, ia harus mengujinya terlebih dahulu dengan metode yang tidak manusiawi.

Personil Angkatan Darat menyetujui untuk ikut dalam eksperimen ini. Akan tetapi, mereka tidak pernah diberitahu bahwa eksperimen ini menggunakan obat-obatan terlarang. Para peneliti sengaja tidak memberitahu mereka terkait obat-obatan itu karena bisa memengaruhi bagaimana reaksi mereka saat diberi obat.

Wajah mereka disemprot dengan cairan yang mereka kira air, padahal sebenarnya LSD. Mereka juga terjebak dalam eksperimen yang disebut "Akhir Pekan Terpanjang", yang dijelaskan oleh We Are the Mighty sebagai eksperimen di mana empat sukarelawan diberi dosis BZ dengan tingkat yang berbeda-beda dan dikurung di dalam ruangan selama tiga hari. Setelah itu mereka diminta untuk menyampaikan informasi melalui radio. Seorang tentara diberi plasebo (obat palsu), dua orang tentara diberi dosis yang lebih moderat, dan tentara keempat diberi dosis tinggi hingga tidak berdaya.

3. Suntikan plutonium yang diberikan kepada pasien rumah sakit

ilustrasi tenaga medis menyuntik pasien (unsplash.com/Mat Napo)
ilustrasi tenaga medis menyuntik pasien (unsplash.com/Mat Napo)

Setelah Perang Dunia II, efek radiasi menjadi pemberitaan utama. Hal ini sangat masuk akal mengingat ketakutan publik akan perang nuklir. Apalagi masyarakat tahu bahwa para peneliti Proyek Manhattan secara aktif menangani unsur-unsur radioaktif untuk memahami efek jangka panjang dari paparan radiasi, seperti dlansir Atomic Heritage Foundation.

Para peneliti menguji efek radiasi ini pada subjek dengan suntikan unsur radioaktif, bahkan plutonium. Para peneliti akan mencari pasien di rumah sakit, dan menyuntik mereka dengan plutonium dalam jumlah yang sangat tinggi. Suntikan tersebut disimpan terpisah dari catatan medis. Parahnya lagi, pasien tidak mengetahui apa yang disuntikkan kepada mereka. Suntikan itu dilakukan untuk melihat bagaimana tubuh akan menahan atau mengeluarkan unsur radioaktif tersebut.

Dosis yang diberikan kepada pasien ini terkadang lima kali lipat dari batas maksimum yang dapat diterima oleh tubuh. Plutonium ini akan diserap oleh tulang dan tersimpan di tulang selama bertahun-tahun. Dan ditemukan bahwa sekitar 90 persen plutonium diserap ke dalam tulang.

4. Studi di Universitas Vanderbilt memberikan zat besi radioaktif ke perempuan hamil

ilustrasi ibu hamil (unsplash.com/Jonathan Borba)
ilustrasi ibu hamil (unsplash.com/Jonathan Borba)

Sejumlah penelitian berbeda dilakukan selama Perang Dingin yang melibatkan radiasi. Masalahnya, etika sering kali dilanggar dalam hal ini. The Associated Press melaporkan bahwa, pada 1940-an, para peneliti di sebuah klinik gratis di Universitas Vanderbilt memberikan lebih dari 750 pil zat besi kepada perempuan hamil.

Pada 1951, pemerintah menyatakan bahwa hal ini dilakukan untuk mempelajari bagaimana zat besi diserap oleh perempuan hamil. Aliansi untuk Perlindungan Penelitian Manusia memiliki informasi serupa dengan menyatakan bahwa 820 perempuan hamil diberi zat besi dalam "koktail" yang mereka minum.

Pil atau koktail tersebut ternyata mengandung zat besi plutonium yang bersifat radioaktif. Ditambah lagi, tidak ada satu pun dari perempuan tersebut yang mengetahui apa yang ada di dalam pil atau minuman itu. Mereka juga tidak menyadari bahwa mereka menjadi bagian dari eksperimen.

Jadi apa yang terjadi selanjutnya? Penelitian pada 1960-an yang diterbitkan Aliansi untuk Perlindungan Penelitian Manusia menunjukkan bahwa segelintir bayi perempuan tersebut meninggal akibat berbagai jenis kanker. Awalnya, hasil tersebut dianggap tidak signifikan, tapi penyelidikan selanjutnya menyimpulkan bahwa hal tersebut mungkin disebabkan oleh paparan radiasi.

5. Proyek MK-Ultra dimaksudkan untuk merusak otak

persetujuan Dr. Sidney Gottlieb atas subproyek MKULTRA (commons.wikimedia.org/Dmcdevit)
persetujuan Dr. Sidney Gottlieb atas subproyek MKULTRA (commons.wikimedia.org/Dmcdevit)

Wawancara NPR dengan jurnalis Stephen Kinzer menjelaskan bahwa tujuan dari operasi yang disebut MK-Ultra pada 1950-an sampai 60-an, bertujuan untuk merusak otak manusia dan mengganti kesadaran orang tersebut dengan apa yang diinginkan CIA. Eksperimen MK-Ultra hadir dalam berbagai bentuk dan dilakukan di berbagai tempat berbeda. Metode-metodenya mencakup kejut listrik, suhu ekstrem, isolasi, penyiksaan psikologis, dan obat-obatan.

Pemimpin eksperimen ini, Dr. Sidney Gottlieb, merekrut korbannya dari berbagai tempat. Beberapa orang mengajukan diri secara sukarela, yang terdiri dari pelajar. Namun, kebanyakan orang tidak tahu tujuan mereka mendaftar.

Bos mafia, Whitey Bulger yang saat itu dipenjara, menggambarkan pengalamannya. Dia mengira menjadi bagian dari penelitian untuk menyembuhkan skizofrenia. Dia mengaku diberi Lysergic Acid Diethylamide (LSD) setiap hari selama lebih dari setahun. Halusinasi yang dirasakannya pun tak main-main, seperti melihat orang berubah menjadi kerangka, darah menetes dari dinding, dan banyak lagi, seperti yang dijelaskan History.

6. Laboratorium X, uji coba racun KGB

ilustrasi racun (pixabay.com/qimono)
ilustrasi racun (pixabay.com/qimono)

Uni Soviet menciptakan beberapa fasilitas yang didedikasikan untuk menyempurnakan efektivitas racun pada 1921. Fasilitas ini disebut Ruang Khusus, Laboratorium No. 1, Lab X, Laboratorium No. 12, dan Kamera (atau the Chamber). Mereka ingin menemukan racun yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak terlihat oleh autopsi.

The Wall Street Journal menyebutkan ada gas mematikan, seperti gas sianida, serta racun yang membuat penyebab kematiannya tampak seperti serangan jantung. Lalu ada teknik dan senjata lain, seperti payung berujung racun atau gagasan untuk menyemprotkan racun ke lampu agar panas lampu menyebarkan racunnya ke seluruh ruangan.

Seperti yang dijelaskan oleh The Guardian, banyak orang yang terkena racun ini, di antaranya calon mata-mata, pembangkang, dan musuh politik. Itu juga belum termasuk subjek uji coba yang biasanya diambil dari tahanan politik. Tentu saja semuanya ditutup-tutupi. Faktanya, seluruh operasi tersebut sangat rahasia, bahkan Presiden Mikhail Gorbachev tidak diberi tahu pada 1988. Lalu pada 2018, ada spekulasi yang mengatakan bahwa program tersebut masih berjalan, sama seperti beberapa dekade yang lalu.

7. Proyek A119, AS ingin membom nuklir Bulan

potret bulan (unsplash.com/Ahsan Avi)
potret bulan (unsplash.com/Ahsan Avi)

AS ingin melakukan nuklir di Bulan. Kedengarannya memang mirip film fiksi ilmiah, tetapi terkadang kebenaran lebih aneh daripada fiksi. History menjelaskan bahwa Sputnik menjadi penyebab utama di balik rencana Amerika yang terdengar konyol ini. Pasalnya, ketika satelit Sputnik berhasil diluncurkan pada 1957, Amerika ketar-ketir dan menganggap Soviet yang memimpin Perlombaan Luar Angkasa.

Lalu muncullah ide, bisakah meluncurkan bom nuklir ke Bulan? Apakah hal ini akan menciptakan awan jamur yang terlihat oleh semua orang di Bumi? Penelitian mengenai hal ini pun telah dilakukan. Hasilnya menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk menghantam Bulan dengan bom hidrogen. Namun, AS tidak mungkin melakukan hal tersebut.

Disimpulkan bahwa Bulan tidak memiliki atmosfer seperti Bumi, maka tidak akan ada awan jamur yang besar. Selain itu, orang-orang di Bumi mungkin hanya melihat kilatan ledakan. Terlepas dari prospek yang buruk, warga Amerika juga tidak sepenuhnya setuju dengan pengeboman terhadap tempat yang mungkin berdampak bagi kelangsungan hidup umat manusia ini.

8. Proyek Pluto, rudal supersonik yang menghujani radiasi ke wilayah yang dilewatinya

proposal rudal ketinggian rendah Supersonik/proposal rudal ramjet nuklir "Proyek Pluto" (commons.wikimedia.org/Greg Goebel)
proposal rudal ketinggian rendah Supersonik/proposal rudal ramjet nuklir "Proyek Pluto" (commons.wikimedia.org/Greg Goebel)

Proyek Pluto adalah salah satu eksperimen Amerika untuk merinci jenis rudal nuklir baru. Dikutip Scientific American, proyek ini akan ditenagai oleh reaktor nuklir. Ia akan menghisap udara, memanaskannya, dan menggunakan udara yang mengembang tersebut untuk mendorong dirinya sendiri. Rudal yang disebut SLAM ini dapat terbang dalam jangka waktu yang lama, dengan mudah bermanuver sebelum mencapai target dan meledakkan hulu ledak yang dibawanya.

Namun, rudal jelajah tersebut juga memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Reaktor nuklir yang digunakan untuk menggerakkan sebenarnya tidak dilindungi oleh apa pun. Jika menggunakan beton, rudal itu akan membuatnya terlalu berat untuk diterbangkan. Artinya, semua radiasi yang dihasilkan reaktor akan dilepaskan ke udara, menghujani apa pun yang diterbangkan oleh rudal tersebut. Bukan itu saja, rudal supersoniknya juga keras. Saking kerasnya, siapa pun yang dilewati rudal ini akan terbunuh oleh gelombang kejutnya saja.

Rudal ini bisa disebut sebagai mesin kematian, karena ia dapat memuntahkan radiasi dan menghancurkan jendela di mana pun ia melewatinya. Untungnya, rudal tersebut tidak mungkin untuk diuji, tidak boleh diterbangkan, dan akhirnya ditinggalkan pada 1964.

9. Uji bakteri klandestin oleh pemerintah AS

potret ilmuwan menggunakan mikroskop di Divisi Zoologi, Biro Industri Hewan Departemen Pertanian AS, Beltsville Maryland tahun 1935 (unsplash.com/The New York Public Library)
potret ilmuwan menggunakan mikroskop di Divisi Zoologi, Biro Industri Hewan Departemen Pertanian AS, Beltsville Maryland tahun 1935 (unsplash.com/The New York Public Library)

Jika pernah mendengar tentang Konvensi Jenewa, kamu mungkin juga pernah mendengar tentang pelarangan perang biologis pada 1920-an. Seperti yang dijelaskan History Net, konvensi itu tidak mengakhiri penelitian terhadap hal tersebut. Bakteri antraks, kolera, dan botulinum dapat dengan mudah menimbulkan kerusakan, sehingga selama Perang Dunia II, AS mensponsori penelitian terhadap senjata biologis ini.

AS melakukan pengujian terhadap warga sipil pada 1950-an sampai 60-an. Agen akan membawa tas kerja atau bola lampu ke bandara atau kereta bawah tanah, lalu melepaskan bakteri ke udara untuk melacak bagaimana bakteri dapat menyebar melalui suatu populasi. Pentagon sendiri bahkan pernah menjadi lokasi uji coba.

Akan tetapi, percobaan yang sangat besar dilakukan di San Francisco pada 1950. Dua jenis bakteri disemprotkan ke udara Teluk San Francisco selama sekitar satu minggu, seperti yang ditulis Donald Jeffries dalam buku Crimes and Cover-ups in American Politics. Penduduk kota menghirup jutaan bakteri ini setiap hari, dan setidaknya satu orang meninggal di mana kemungkinan besar akibat uji coba tersebut.

Lebih dari 200 tes telah dilakukan, dan masyarakat sipil yang terkena dampak tidak mengetahui bahwa mereka menjadi kelinci percobaan. Ketika pemerintah dituduh melakukan eksperimen bakteri di San Francisco, mereka lari dari tanggung jawab atas segala masalah yang terjadi. Pemerintah AS bahkan mengklaim bahwa mereka tidak memerlukan izin untuk melakukan pengujian tersebut.

10. Rencana mengorbankan nyawa dua juta manusia

Ledakan BADGER pada tanggal 18 April 1953, sebagai bagian dari Operasi Upshot-Knothole, di Situs Uji Nevada (commons.wikimedia.org/National Nuclear Security Administration/Nevada Site Office)
Ledakan BADGER pada tanggal 18 April 1953, sebagai bagian dari Operasi Upshot-Knothole, di Situs Uji Nevada (commons.wikimedia.org/National Nuclear Security Administration/Nevada Site Office)

Sebagian besar Perang Dingin ditandai dengan ketakutan akan perang nuklir. Untungnya, perang nuklir tersebut tidak pernah terjadi. Melansir The Washington Times, pemerintah Polandia merilis dokumen rahasia militer, salah satunya peta Eropa yang merinci latihan perang spekulatif. Sejumlah kota, khususnya di Jerman, rencananya akan dihancurkan oleh rudal Soviet, sementara kota-kota seperti Praha dan Warsawa diperkirakan akan diratakan dengan serangan NATO.

Seluruh kesepakatan ini disajikan sebagai serangan balik terhadap serangan yang diprakarsai NATO. Namun, satu hal yang menakutkan dari seluruh kesepakatan tersebut adalah pemerintah Polandia bersedia menghancurkan 43 kota di Polandia, yang kemungkinan besar akan menewaskan lebih dari 2 juta warga Polandia. Seandainya situasi ini benar-benar terjadi, mungkin ini akan menjadi bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah.

Terlebih lagi, analisis terhadap rencana tersebut telah mengarah pada simpulan bahwa serangan nuklir itu kemungkinan besar bukan serangan balasan Soviet, melainkan awal dari invasi cepat ke Eropa Barat. Kebohongan tentang serangan balasan dilakukan sebagai pertahanan yang mengorbankan jutaan nyawa manusia. Untung saja rencana ini tidak pernah terlaksana.

Perang akan selalu menjadi bagian yang brutal dan mengerikan dalam kehidupan. Akan tetapi, tidak ada satu pun peradaban yang terlepas dari peperangan. Terkadang, peperangan bukan lagi di medan perang yang mempertemukan tentara sesama tentara, atau pejuang sesama pejuang. Peperangan bisa saja menjadi bentuk genosida yang brutal terhadap warga sipil yang tak tahu apa-apa. Seperti peristiwa dan berbagai uji coba yang terjadi selama Perang Dingin.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us