Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Variabilitas Cuaca yang Berhubungan dengan Ketinggian di Pegunungan

ilustrasi cuaca di gunung (pexels.com/Imad Clicks)

Mengapa suhu udara di pegunungan lebih rendah dari dari daerah sekitarnya? Semakin dekat kita dengan puncak gunung, kita akan merasa lebih mudah kedinginan. Angin yang bertiup di ketinggian pun biasanya lebih dingin sehingga kita lebih sering mengenakan jaket jika tinggal atau berlibur di pegunungan.

Perbedaan cuaca di ketinggian pegunungan dibandingkan dengan daerah yang lebih rendah disebabkan oleh sejumlah faktor fisik dan atmosferis yang unik bagi lingkungan pegunungan. Berikut, lima variabilitas cuaca yang berhubungan dengan ketinggian di pegunungan.

1. Penurunan suhu

ilustrasi suhu di gunung yang lebih dingin (pexels.com/Gantas Vaičiulėnas)

Konsep mendasar dalam ilmu meteorologi adalah suhu udara cenderung menurun seiring dengan ketinggian wilayah. Ketika kita mendaki ke ketinggian yang lebih tinggi, atmosfer mengalami apa yang disebut dengan lapse rate negatif. Dilansir UNCAR, ini berarti bahwa setiap naik 100 meter, suhu udara dapat turun sekitar 0,6 derajat celsius. Fenomena ini memengaruhi berbagai aspek cuaca, seperti pembentukan awan dan curah hujan.

Dengan penurunan suhu, udara di ketinggian tertentu cenderung lebih dingin dan lebih padat. Hal ini dapat memicu pergerakan udara vertikal sehingga menciptakan kondisi yang mendukung pembentukan awan dan hujan. Oleh karena itu, penurunan suhu yang konsisten dengan ketinggian lahan berperan dalam membentuk pola cuaca di pegunungan.

2. Tekanan udara menurun

ilustrasi pola angin di pegunungan (pexels.com/marco allasio)

Selain penurunan suhu, tekanan udara juga menurun seiring dengan ketinggian wilayah. Dilansir Maximum Weather Instrumental, dengan meningkatnya ketinggian, kolom udara di atasnya menjadi lebih tipis. Ini menghasilkan perbedaan tekanan udara antara daerah yang lebih rendah dan lebih tinggi. Perubahan ini memiliki dampak pada pembentukan awan dan distribusi udara di wilayah pegunungan.

Dilansir NSIDC, tekanan udara yang menurun juga dapat menyebabkan perbedaan dalam pola angin. Udara cenderung mengalir dari daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah dan perubahan ini dapat menciptakan pola angin khas di pegunungan. Oleh karena itu, tekanan udara adalah faktor penting dalam memahami perubahan cuaca di lingkungan pegunungan.

3. Variasi curah hujan

ilustrasi curah hujan di pegunungan (pixabay.com/DaveInTucson)

Dilansir Science Direct, variasi curah hujan di pegunungan sering kali terkait dengan fenomena orografik. Saat angin lembah bertemu dengan pegunungan, udara naik dan mendingin. Udara yang mendingin cenderung membentuk awan dan akhirnya hujan. Oleh karena itu, sisi angin dari pegunungan sering mengalami curah hujan yang lebih tinggi, sementara sisi berlawanan mungkin menjadi lebih kering.

Faktor lain yang memengaruhi variasi curah hujan adalah topografi dan bentuk pegunungan itu sendiri. Puncak gunung mungkin menerima lebih banyak curah hujan karena udara yang naik mendingin dan membentuk awan di ketinggian yang paling tinggi.

4. Efek mikroklimat

ilustrasi topografi pegunungan (pexels.com/Valentine Kulikov)

Pegunungan juga dikenal karena menciptakan mikroklimat yang berbeda-beda di berbagai ketinggian dan aspek. Dilansir Study Smarter, mikroklimat ini dipengaruhi oleh relief topografi, vegetasi, dan pengaruh lokal lainnya. Sebagai contoh, lereng gunung yang terkena sinar matahari secara langsung mungkin memiliki mikroklimat yang berbeda dari lereng yang lebih teduh.

Faktor-faktor seperti sirkulasi udara, radiasi matahari, dan pengaruh geologi setempat juga berkontribusi pada efek mikroklimat. Oleh karena itu, pendaki yang memahami perbedaan ini dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik terhadap variasi cuaca yang dapat ditemui di berbagai bagian gunung.

5. Intensitas sinar matahari

ilustrasi intensitas matahari (pexels.com/Luis Quintero)

Dilansir The Nature Education, ketinggian yang lebih tinggi dapat mengakibatkan intensitas sinar matahari yang lebih besar karena jarak yang lebih dekat dengan atmosfer. Ini dapat menyebabkan suhu yang lebih tinggi pada siang hari dan suhu yang lebih rendah pada malam hari. Intensitas sinar matahari juga dapat mempengaruhi pola vegetasi dan proses pemanasan lokal di wilayah pegunungan.

Pentingnya intensitas sinar matahari dalam mengubah cuaca di pegunungan termanifestasi dalam dampaknya yang meluas, mulai dari pengaruh cuaca panas hingga pengaruh musiman yang lebih signifikan. Pemahaman terhadap variabilitas ini dapat membantu dalam merencanakan kegiatan di pegunungan dan memahami pola cuaca yang diharapkan.

Terjawab sudah pertanyaan kita tentang perbedaan cuaca di daerah pegunungan dengan daerah yang lebih rendah. Ada beberapa variabilitas cuaca yang berhubungan dengan ketinggian wilayah sehingga menimbulkan perbedaan cuaca. Bahkan cuaca di pegunungan lebih sulit diprediksi, contohnya kejadian erupsi gunung Marapi beberapa waktu lalu yang terjadi tanpa ada peringatan dari instansi terkait.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us