Mengapa Gempa Bumi Dapat Menyebabkan Tsunami? Ini Penjelasannya!

Tepat tanggal 1 Januari 2024, kita dikagetkan dengan kabar gempa bumi yang terjadi di Jepang. Gempa bumi dengan magnitudo 7,6 ini menyebabkan kerusakan insfrastruktur di wilayah terdampak. Pemerintah setempat mengeluarkan peringatan tsunami dan meminta masyarakat menjauhi pantai. Untuk saat ini, Badan Meteorologi Jepang telah mencabut semua peringatan tsunami di sepanjang Laut Jepang.
Tsunami merupakan fenomena alam yang dahsyat dan sering menyebabkan kerusakan. Biasanya tsunami didahului oleh gempa bumi besar di dasar laut. Lantas, mengapa gempa bumi dapat menyebabkan tsunami? Berikut ulasannya!
1. Mengenal tsunami

Tsunami merupakan fenomena alam yang besar dan merusak. Tsunami adalah serangkaian gelombang besar yang dihasilkan oleh aktivitas bawah laut. Gelombang tsunami menyebabkan banjir yang berbahaya dan arus yang kuat ketika mencapai pantai.
Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang, tsu artinya 'pelabuhan' dan nami artinya 'gelombang'. Menurut International Tsunami Information Center, UNESCO, gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan pasang surut astronomi yang disebabkan pengaruh luar angkasa, gravitasi bulan, matahari, dan planet lain.
Tsunami bisa terjadi di semua samudra di dunia. Dalam sejarahnya, tsunami telah menyebabkan kerusakan dan kematian di daerah pesisir di seluruh dunia. Namun, beberapa wilayah tertentu sangat rentan terhadap tsunami karena dekat dengan sumber tsunami dan faktor lainnya.
2. Sebagian besar tsunami terjadi di Samudra Pasifik

Laman Tsunami Warning Centers menyebutkan, sebagian besar tsunami terjadi di Samudra Pasifik. Dari 754 kejadian yang telah dikonfirmasi dalam Global Historical Tsunami Database antara tahun 1900 dan 2015, berikut ini persentase terjadinya tsunami:
- 78 persen di Samudra Pasifik di sekitar Cincin Api Pasifik
- 8 persen di Samudra Atlantik dan Laut Karibia
- 6 persen di Laut Mediterania
- 5 persen di Samudra Hindia
- 1 persen di lautan lainnya.
Sejak tahun 1900, Jepang menempati negara paling sering dilanda tsunami dengan persentase 21 persen, diikuti Rusia (8 persen) dan Indonesia (8 persen). Gak heran, sebab Jepang adalah lokasi pertemuan empat lempengan bumi, yaitu lempeng Pasifik, Eurasia, Amerika Utara, dan Filipina.
Perlu diketahui bahwa sebagian besar tsunami memang berukuran kecil sehingga tidak merusak dan hanya berdampak di dekat pantai. Akan tetapi, tsunami juga pernah tercatat menyebabkan kerusakan yang lebih luas hingga ke pantai yang lebih jauh. Tsunami jarak jauh yang paling signifikan sejak tahun 1900 berasal dari Alaska, Chili, Jepang, Indonesia, Pakistan, dan Rusia.
3. Gempa bumi besar di bawah laut jadi penyebab tsunami

Sama halnya dengan gempa, para ilmuwan tidak dapat memprediksi kapan dan di mana akan terjadi tsunami. Namun, pusat peringatan tsunami mengetahui gempa bumi mana yang berpotensi menimbulkan tsunami, sehingga mereka bisa mengeluarkan peringatan dini.
Laman Tsunami Warning Centers mengatakan bahwa gempa bumi besar di bawah laut adalah penyebab tsunami yang paling umum. Ketika terjadi perpindahan air dalam jumlah besar secara tiba-tiba, maka gelombang tsunami akan terbentuk, mengutip laman International Tsunami Information Center, UNESCO. Gelombang yang besar itu juga bisa terjadi ketika dasar laut terangkat atau turun secara tiba-tiba akibat gempa bumi.
Gempa bumi terbesar yang pernah tercatat berkekuatan magnitudo 9,5 di lepas pantai Chili Selatan pada 22 Mei 1960 dan menyebabkan tsunami. Selain gempa bumi, tsunami juga bisa terjadi karena tanah longsor bawah laut, aktivitas gunung berapi, dan jenis cuaca tertentu.
4. Mengapa gempa bumi bisa memicu tsunami?
Permukaan bumi terdiri dari sejumlah lempeng yang bergerak satu sama lain dengan kecepatan tertentu. Area di mana dua lempeng bersentuhan disebut sebagai batas lempeng. Pacific Tsunami Museum menjelaskan, gempa bumi yang menyebabkan tsunami paling sering terjadi di mana lempeng tektonik saling bertemu dan lempeng yang paling berat menuju ke bawah lempeng yang lebih ringan.
Ketika lempeng-lempeng ini saling bergerak melewati satu sama lain, mereka memicu gempa bumi besar yang dapat menggeser area di dasar samudera. Pergerakan vertikal yang tiba-tiba dapat mengganggu permukaan laut, menggerakkan air, dan menghasilkan gelombang tsunami. Gelombang tsunami kemudian menjauh dari pusatnya menuju ke pesisir.
Meski begitu, tidak semua gempa bumi menimbulkan tsunami. Tsunami dihasilkan oleh gempa bumi besar, dangkal, dengan episentrum atau garis patahan di dasar laut. Menurut International Tsunami Information Center, UNESCO, gempa bumi berkekuatan besar lebih dari magnitudo 7,5 yang dapat memicu tsunami.
Lempeng tektonik yang saling bergerak dapat menyebabkan gempa bumi. Gempa bumi ini menyebabkan pergerakan tiba-tiba di dasar laut. Gangguan di dasar laut yang tiba-tiba menciptakan energi besar yang mengganggu permukaan laut sehingga terbentuk tsunami.