Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sejarah Fasisme, Ideologi Politik yang Anti-Demokrasi

Benito Mussolini dan Adolf Hitler (commons.wikimedia.org/Begoon)
Benito Mussolini dan Adolf Hitler (commons.wikimedia.org/Begoon)

Dalam politik modern, istilah "fasisme" atau "neo fasisme" merupakan istilah yang dianggap memecah belah, seperti yang sering dibahas akhir-akhir ini di X (Twitter). Namun, istilah-istilah tersebut juga sering disalahpahami. Banyak netizen yang saling menuduh "fasis", karena perbedaan pandangan politik.

Fasisme merupakan gerakan politik yang terjadi di Eropa sejak akhir 1910-an hingga akhir Perang Dunia II. Fasisme adalah ideologi dan sistem pemerintahan yang menjadi antitesis liberalisme dan demokrasi di awal abad ke-20.

Pemerintahan fasis biasanya lebih menekankan kepemimpinan oleh satu orang, atau seorang diktator, yang menjunjung tinggi nasionalisme lewat hukum yang ketat dan kekerasan. Tidak seperti demokrasi liberal, pemerintahan fasis bersifat totaliter dan tidak suka dengan adanya protes atau perbedaan pandangan politik. Selain itu, pemerintahan fasis cenderung melakukan invasi untuk mendapatkan wilayah lewat militerisme.

Dalam beberapa kasus, seperti Nazi Jerman, fasisme dan anti-semitisme berpadu satu menciptakan kejahatan yang mengerikan. Perang Dunia II inilah yang memadamkan sifat fasisme yang kejam. Dari sinilah muncul neo fasisme atau fasisme modern, dan istilah tersebut masih banyak digunakan hingga saat ini.

1. Asal usul fasisme masih dipertanyakan

ilustrasi penutupan kelompok Jacobin, pada malam 27-28 Juli 1794, atau tahun ke-2 Republik (commons.wikimedia.org/Jean Duplessis-Bertaux/Claude-Nicolas Malapeau)
ilustrasi penutupan kelompok Jacobin, pada malam 27-28 Juli 1794, atau tahun ke-2 Republik (commons.wikimedia.org/Jean Duplessis-Bertaux/Claude-Nicolas Malapeau)

Asal usul fasisme secara filosofis dan politis masih diperdebatkan, terutama karena terdapat beberapa pemerintahan fasis pada awal abad ke-20 yang tidak memiliki ideologi dan filosofi yang sama persis satu sama lain. Dalam banyak hal, fasisme merupakan hasil dari gerakan Jacobin selama revolusi Prancis, yang terjadi pada akhir abad ke-18.

Jacobin adalah sekelompok radikal sosial liberal yang sempat mengendalikan pemerintahan Prancis selama revolusi (Revolusi Prancis). Jacobin mempromosikan egalitarianisme. Mereka juga menggunakan kekerasan selama pemerintahan teror untuk mempertahankan kesetiaan kepada pemerintahan baru.

Dikutip History, ada juga yang berpendapat kalau asal usul fasisme terjadi beberapa dekade kemudian, tepatnya pada abad ke-19, sebagai respons konservatif dan negatif terhadap Abad Pencerahan di Eropa. Abad Pencerahan adalah periode yang dimulai pada abad ke-17 dan berlangsung hingga sekitar 1800. Dalam periode ini, para intelektual Eropa menganut cita-cita liberalisme. Di samping itu, liberalisme sendiri mempromosikan gagasan kebebasan dan penalaran individu, yang ditekan oleh pemerintahan fasis demi patuhnya masyarakat kepada pemerintah.

Pemerintahan fasis pertama yang terang-terangan di Eropa muncul selama pergolakan akhir Perang Dunia I, ketika masyarakat di negara-negara yang kalah khawatir dengan masa depan bangsa mereka. Kericuhan sosial saat itu menciptakan kondisi yang tepat bagi cita-cita fasis yang mengedepankan keadilan, ketertiban, dan anti-demokrasi. Fasisme pertama kali diutarakan oleh Benito Mussolini.

2. Benito Mussolini adalah diktator fasis pertama

Benito Mussolini (commons.wikimedia.org/Arquivo Nacional)
Benito Mussolini (commons.wikimedia.org/Arquivo Nacional)

Biasanya, fasisme sering dikaitkan dengan Adolf Hitler dari Jerman. Persepsi ini muncul karena peran Nazi dalam Perang Dunia II dan Holocaust yang menyertainya. Namun, asal muasal fasisme di Eropa adalah Benito Mussolini dari Italia.

Britannica melansir kabar bahwa Benito Mussolini lahir pada 1883 di Italia dari keluarga yang sangat miskin. Sejak kecil, Benito sering berbuat ulah dan tukang bully. Itulah sebabnya dia sering dihukum karena suka merundung teman sekolahnya. 

Di sisi lain, Benito Mussolini tertarik pada sosialisme pada awal 1900-an. Ia pernah ditangkap beberapa kali karena pandangan tersebut. Di samping itu, Benito juga merupakan editor surat kabar sosialis yang menentang keterlibatan Italia dalam Perang Dunia I.

Namun, Benito Mussolini berselisih dengan sesama sosialis Italia ketika Benito punya pandangan berbeda tentang perang. Yap, dia berubah haluan dengan mendukung perang. Benito akhirnya bergabung dengan tentara Italia. Dia berkeyakinan untuk berjuang demi masa depan Italia yang bersatu dan tak terkalahkan.

Paham sosialisme Benito Mussolini pun berubah menjadi proto-fasisme. Dalam pidato-pidato publiknya, ia mulai menekankan pemerintahan yang anti-demokrasi dan totaliter oleh seorang pemimpin kuat untuk membangkitkan kembali Italia yang porak-poranda akibat perang. Lalu pada 1919, ia menciptakan Fasci Italiani Di Combattimento atau Kelompok Pejuang Italia.

Benito Mussolini menargetkan kaum sosialis dan komunis karena kelompok ini sangat menentang peperangan, serta karena mogoknya buruh yang merugikan Italia secara ekonomi. Pada 1921, Benito mengganti nama Fasci Italiani Di Combattimento menjadi Partai Fasis Nasional Italia. Ini menjadi partai fasis pertama dalam sejarah.

3. Pawai menuju Roma dan negara fasis pertama

Pawai menuju Roma, dari kiri ke kanan: Italo Balbo, Benito Mussolini, Cesare Maria de Vecchi dan Michele Bianchi pada 1922 (commons.wikimedia.org/Illustrazione Italiana)
Pawai menuju Roma, dari kiri ke kanan: Italo Balbo, Benito Mussolini, Cesare Maria de Vecchi dan Michele Bianchi pada 1922 (commons.wikimedia.org/Illustrazione Italiana)

Sebagaimana dijelaskan History Extra, salah satu momen paling penting dalam kebangkitan fasisme adalah pawai di Roma pada Oktober 1922. Setelah Benito Mussolini menciptakan Fasci Italiani Di Combattimento pada 1919, banyak pendukungnya yang mulai mengenakan kemeja hitam. Mereka pun dijuluki "baju hitam".

Namun, baju hitam bukanlah trend fashion, melainkan sebuah status sebagai geng jalanan yang mengatasnamakan pejuang fasis. Mereka pun secara resmi disebut Squadre d'Azione, atau Pasukan Aksi. Kehadiran mereka bertujuan agar masyarakat tertarik mengikuti program fasis Benito Mussolini yang sedang berkembang, meski diwarnai dengan tindak kekerasan dan teror yang ekstrem. Di sisi lain, sasaran utama mereka adalah kaum sosialis dan komunis, yang merupakan beberapa saingan politik terbesar mereka. Akibatnya, Pasukan Aksi ini membunuh ratusan orang tak bersalah.

Pada 24 Oktober 1922, diadakan pertemuan kaum fasis yang berlangsung di Naples. Setelah pertemuan tersebut, Benito Mussolini menyampaikan pidato yang membangkitkan semangat pengikutnya tentang pemberontakan. Kaum fasis pun melenggang menuju Roma. Pada 29 Oktober, Raja Italia Victor Emmanuel, dipaksa untuk mengangkat Benito Mussolini sebagai perdana menterinya, yang akhirnya memberi Benito kendali atas pemerintahan Italia.

Saat Benito Mussolini menjadi perdana menteri, paham fasisnya berlaku penuh di negara tersebut. Ia mendukung korporatisme, yang mengatur masyarakat dan layanan ekonomi menjadi korporasi (serikat buruh). Serikat buruh ini diharuskan melayani negara dan berada di bawah kendali pemerintah. Italia fasis baru dibangun di atas budaya militerisme, totalitarianisme, dan kepatuhan ekstrem terhadap otoritas yang kuat. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan panggung bagi kaum fasis lain di Eropa.

4. Adolf Hitler dan bangkitnya Nazisme

Adolf Hitler saat berorasi pada perayaan kelompok lokal NSDAP Rosenheim. (commons.wikimedia.org/German Federal Archives/Unknown photographer)
Adolf Hitler saat berorasi pada perayaan kelompok lokal NSDAP Rosenheim. (commons.wikimedia.org/German Federal Archives/Unknown photographer)

Setelah lahirnya fasis Italia di bawah pimpinan Benito Mussolini pada 1922, negara besar Eropa berikutnya yang beralih ke fasisme adalah Jerman. Saat itu, Jerman dipimpin oleh Adolf Hitler. Adolf Hitler sendiri lahir pada 1889 di Austria, tetapi pindah ke Jerman pada 1913, dan bergabung dengan militer. Seperti Benito Mussolini, Adolf Hitler terluka saat bertempur dalam Perang Dunia I. Ia pun kembali ke tanah airnya dan bertekad untuk mengubah tatanan politik Jerman.

Kaum Nazi menyebut bentuk fasisme mereka sebagai Sosialisme Nasional. Di sisi lain, setelah Benito Mussolini menyerbu Roma, Adolf Hitler membawa kaum Nazi ke tampuk kekuasaan pada 1923 selama pemberontakan Beer Hall Putsch. Sayangnya, ia gagal total dan berakhir di penjara karena dianggap berkhianat.

Setelah dibebaskan dari penjara, Adolf Hitler memanfaatkan ketidakstabilan politik yang sedang berlangsung di Jerman agar rakyat tidak lagi percaya kepada pemerintah dan menggalang dukungan bagi kaum Nazi. Ketidakstabilan politik ini terjadi sejak Great Depression atau Depresi Besar pada 1930-an. Setelah membangun kekuatan elektoral Nazi, Hitler menjadi Kanselir Jerman pada 1933, dan menciptakan negara fasis kedua di Eropa.

Fasisme Adolf Hitler memiliki banyak kesamaan dengan fasisme Benito Mussolini, tetapi ada pula perbedaan yang cukup signifikan. Seperti fasisme Benito Mussolini, Nazisme menganut militerisme, kediktatoran, anti Marxisme, anti liberalisme, dan anti-demokrasi. Seperti yang ditulis The Holocaust Explained, Nazisme juga mencakup pandangan ras yang hierarkis dan anti Semit. Yap, kamu pasti cukup tahu tentang hal ini. Nazi sangat mengunggulkan ras Arya dan sangat merendahkan kaum Yahudi.

Adolf Hitler memandang Nazisme sebagai sarana untuk menciptakan masyarakat Jerman yang bersatu, atau Volk. Masyarakat Jerman yang bebas dari kaum Marxis dan Yahudi. Sebab, Hitler menganggap dua kaum ini sebagai ancaman terhadap kemajuan dan solidaritas Jerman.

5. Pemerintahan fasis lain di Eropa selain Italia dan Jerman

Engelbert Dollfuss (commons.wikimedia.org/Rowanwindwhistler)
Engelbert Dollfuss (commons.wikimedia.org/Rowanwindwhistler)

Dua gerakan fasis paling terkenal di Eropa selama periode antarperang adalah gerakan fasis Italia, Benito Mussolini dan Nazi Jerman, Adolf Hitler. Namun, ada beberapa kelompok fasis lain yang berkuasa selama periode tersebut. Selain Italia dan Jerman, pemerintahan fasis juga berkuasa di Austria, Portugal, Yunani, Rumania, Norwegia, dan Jepang pada tahun-tahun sebelum Perang Dunia II.

Dari negara-negara yang jatuh ke tangan fasisme pada 1920-an hingga 1930-an, beberapa yang paling terkenal karena pengaruh besarnya adalah, Fatherland Front atau Front Tanah Air yang dipimpin Engelbert Dollfuss di Austria, Party of Free Believers atau Partai Penganut Kepercayaan Bebas yang dipimpin Ioannis Metaxas di Yunani, dan kediktatoran militer Hideki Tojo di Jepang. Austria kemudian bergabung menjadi bagian dari Jerman selama Anschluss (aneksasi wilayah Austria oleh Jerman Nazi) pada 1938.

Di sisi lain, Jepang bertempur bersama Jerman dan Italia selama Perang Dunia II. Lalu, selama Perang Saudara Spanyol dari 1936—1939, Italia dan Jerman mendukung kaum Nasionalis pimpinan Francisco Franco melawan kaum Republik. Mereka membantu kaum Nasionalis meraih kemenangan dan mendirikan pemerintahan semi fasis di Spanyol.

Di Prancis dan Inggris, fasisme menguat dalam bentuk French Cross of Fire (gerakan politik Prancis). French Cross of Fire memiliki sekitar 1,2 juta anggota di Prancis, tetapi tidak pernah menguasai pemerintahan. Sementara itu di Inggris, seperti yang dikutip British Online Archives, fasisme menguat di bawah pimpinan Oswald Mosley. Oswald Mosley berhasil mengumpulkan 50.000 orang untuk bergabung dengan British Union of Fascists atau Persatuan Fasis Inggris. Namun, gerakan tersebut runtuh setelah Oswald Mosley dipenjara pada 1940.

6. Bangkitnya fasisme, anti-semitisme, dan Holocaust

penangkapan orang Yahudi (commons.wikimedia.org/German Federal Archives)
penangkapan orang Yahudi (commons.wikimedia.org/German Federal Archives)

Dua fasis terbesar di Eropa menjelang Perang Dunia II: Italia dan Nazi Jerman, rupanya memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang bagaimana ras dan Yudaisme berperan dalam fasisme. Ketika Benito Mussolini pertama kali berkuasa pada 1920-an, ia secara terbuka mendukung organisasi fasis Yahudi. Jadi, anti-semitisme bukanlah bagian penting dari kebangkitan Benito Mussolini.

Namun, pemerintahan Benito Mussolini selalu bersikap rasis tanpa malu-malu. Mereka percaya bahwa orang Eropa kulit putih lebih unggul daripada orang Afrika Hitam. Hal ini berperan dalam invasi dan penaklukan Italia atas Ethiopia pada pertengahan 1930-an.

Lain halnya dengan Adolf Hitler yang bersikap xenofobia dan anti-Semit. Dilansir Britannica, hal ini terjadi jauh sebelum Hitler berkuasa pada 1930-an. Hitler bahkan menggunakan keduanya untuk mendorong ideologi Nazi fasisnya dan mendapatkan pendukung. Selain itu, Adolf Hitler menerbitkan buku berjudul Mein Kampf, pada pertengahan 1920-an, yang merupakan risalah bersifat rasis dan anti-Semit. Buku ini menyerukan pemusnahan orang Yahudi dan penyebaran ras Arya (yang sebenarnya dibuat-buat).

Meskipun mereka adalah sekutu selama perang, Italia dan Jerman tidak pernah berhadapan langsung dalam hal anti-Semitisme. Di sisi lain, walaupun Italia menerapkan undang-undang anti-Semit pada 1938, mereka enggan membantu pembunuhan massal yang dilakukan Adolf Hitler atas Holocaust-nya. Italia bahkan menolak tuntutan deportasi Jerman terhadap orang-orang Yahudi.

7. Runtuhnya fasisme pada Perang Dunia II

Pasukan Amerika dan Soviet di desa Griebo, Saxony, Jerman, setelah berakhirnya Perang Dunia II di Eropa, pada Mei 1945. (commons.wikimedia.org/Fred Ramage/Julius Jääskeläinen)
Pasukan Amerika dan Soviet di desa Griebo, Saxony, Jerman, setelah berakhirnya Perang Dunia II di Eropa, pada Mei 1945. (commons.wikimedia.org/Fred Ramage/Julius Jääskeläinen)

Masa kejayaan gerakan fasis di seluruh dunia dimulai pada 1922 dengan pembentukan Italia yang fasis, dan berakhir pada 1943 ketika Sekutu mengambil alih Italia dan mulai menjungkirbalikkan kekuatan Poros dalam Perang Dunia II. Pada 1936, pemerintah fasis Italia dan Jerman secara resmi bersekutu sebagai bagian dari Poros Roma-Berlin. Kemudian, Jepang bergabung pada 1940, tak lama setelah perang pecah.

Pada awalnya, perang menjadi kesuksesan besar bagi pemerintah fasis ini, karena Jerman mendapat keuntungan teritorial yang sangat besar dalam waktu yang relatif singkat. Pada musim panas 1942, fasisme berada di puncak kejayaannya. Jerman menguasai sebagian besar Eropa Barat dan Timur.

Seperti yang dijelaskan National Army Museum, pasukan Italia dan Jerman maju ke Afrika Utara dan memasuki Mesir yang dikuasai Inggris. Namun, dengan terjadinya Pertempuran El-Alamein kedua pada Oktober 1942, semuanya menjadi buruk bagi pihak fasis. Sekutu pun berhasil mengalahkan Italia di Afrika Utara pada Mei 1943. Sebulan kemudian, mereka secara resmi menginvasi Italia Selatan. Keruntuhan fasisme telah dimulai.

Pada Agustus 1945, Adolf Hitler dan Benito Mussolini meninggal dunia dan pemerintahan fasis di Italia, Jerman, dan Jepang pun dimusnahkan. Kekalahan telak mereka dan pengungkapan Holocaust membuat fasisme sangat disudutkan dunia. Di Eropa Timur, komunisme Uni Soviet secara resmi menggantikan pemerintahan fasis. Di Barat, Amerika Serikat justru berupaya menggantikan fasisme dengan demokrasi liberal.

8. Munculnya neo fasisme

Nasionalis kulit putih (politik sayap kanan) yang berunjuk rasa di Warsawa, Polandia pada Februari 2024. (commons.wikimedia.org/Callum Darragh)
Nasionalis kulit putih (politik sayap kanan) yang berunjuk rasa di Warsawa, Polandia pada Februari 2024. (commons.wikimedia.org/Callum Darragh)

Ketika Italia dan Nazi Jerman runtuh pada akhir Perang Dunia II, fasisme pun ikut runtuh. Setelah itu, banyak pemerintah, termasuk Jerman, melarang nazisme dan fasisme secara hukum. Namun, gagasan dan ideologi yang menghasilkan negara-negara kuat seperti Italia fasis dan Nazi Jerman, rupanya tidak mudah untuk disingkirkan. Gagasan seperti itu tetap membara bagi kelompok-kelompok tertentu di seluruh dunia. Lalu, muncullah istilah neo fasisme yang menggambarkan gerakan-gerakan dengan ideologi serupa pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II.

Meskipun neo fasis sering kali menganut cita-cita yang sama seputar militerisme, nasionalisme, dan anti-liberalisme, neo fasisme juga berevolusi seiring dengan perubahan politik Eropa pada 1950-an hingga 1970-an. Ini berarti, selain anti-semitisme yang merajalela, kaum neo fasis punya kebencian dan kambing hitam baru, seperti imigran, terutama dari Timur Tengah dan Afrika. Banyak kelompok neo fasis juga bergabung dengan kelompok neo Nazi.

Alih-alih kebijakan luar negeri yang didasarkan pada ekspansi maksimalis, kaum neo fasis lebih suka berperang di wilayah perkotaan. Mereka sering kali menyerang imigran miskin di pusat kota. Neo fasis juga berpura-pura mendukung demokrasi untuk mendapatkan kredibilitas arus utama. Pasalnya, pada akhir 1940-an, sudah ada partai-partai fasis yang direformasi di Italia dan Jerman, sebuah peringatan menyedihkan tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Sebab, gerakan ini sangat ditakuti di seluruh dunia.

9. Neo fasisme menyebar luas di Eropa

Alessandra Mussolini, politisi konservatif Italia, anggota Parlemen Eropa, mantan aktris dan model, serta cucu Benito Mussolini (commons.wikimedia.org/Nicoloro Giuseppe)
Alessandra Mussolini, politisi konservatif Italia, anggota Parlemen Eropa, mantan aktris dan model, serta cucu Benito Mussolini (commons.wikimedia.org/Nicoloro Giuseppe)

Pada akhir 1990-an, meskipun sangat dipermalukan setelah Perang Dunia II, beberapa partai politik neo fasis mulai berhasil menembus pemilih Eropa. Selain itu, kebangkitan sayap kanan konservatif dalam politik membuat partai neo fasis modern dan partai nasionalis konservatif sulit dibedakan. Banyak prinsip sayap kanan, seperti anti-imigrasi dan supremasi kulit putih, ternyata identik dengan neo fasisme, sehingga sulit untuk membedakannya di antara pemilih Eropa.

Di Italia, cucu perempuan Benito Mussolini, yaitu Alessandra Mussolini, hampir menjadi wali kota Naples pada 1993. Ia mencalonkan diri untuk Italian Socialist Movement (MSI) atau Gerakan Sosialis Italia, sebuah partai yang secara eksplisit mendukung masa lalu fasis kakeknya. Kemudian, dari 2008—2013, mantan sekretaris partai MSI, Gianfranco Fini, menjabat sebagai Italian Chamber of Deputies.

Di Jerman, neo fasis dan neo Nazi pascaperang saling tumbuh berdekatan, lantaran beberapa mantan Nazi memimpin beberapa partai fasis. Setelah runtuhnya Tembok Berlin, banyak neo fasis dan neo Nazi Jerman bersatu untuk membentuk partai-partai yang semakin condong ke sayap kanan. Dikutip The Guardian, pada 2023, hampir seperlima pemilih Jerman memilih partai alternatif untuk Jerman yang condong ke sayap kanan, sebuah tren yang terus meningkat selama bertahun-tahun.

10. Fasisme di Amerika Serikat

kampanye Donald Trump 2024 (instagram.com/realdonaldtrump)
kampanye Donald Trump 2024 (instagram.com/realdonaldtrump)

Fasisme sebagai gerakan politik menemukan lahan paling suburnya di Eropa, tetapi tidak pernah mendapat tempat yang istimewa di Amerika Serikat. Sebelum Perang Dunia II, tidak ada partai fasis yang secara serius mengancam Partai Republik atau Demokrat dalam pemilihan umum besar di AS. Satu-satunya organisasi fasis di Amerika adalah German-American Bund. Namun, organisasi ini bubar karena hubungannya dengan Nazisme dan runtuh sebelum Amerika memasuki Perang Dunia II.

Setelah Perang Dunia II, kelompok neo fasis memang bermunculan di daerah-daerah terpencil di sekitar Amerika Serikat, tetapi tidak pernah mengancam untuk menguasai daerah pemilihan mana pun. Seperti Eropa, banyak kelompok neo fasis di Amerika Serikat yang identik dengan kelompok sayap kanan, dan lagi-lagi, sulit dibedakan. Beberapa kelompok fasis yang paling terkenal di Amerika Serikat adalah Proud Boys dan Oath Keepers, yang kurang lebih mirip dengan Blackshirts milik Benito Mussolini.

Dikutip BBC, beberapa orang bahkan membandingkan masa jabatan presidensi Donald Trump dengan neo fasisme. Pasalnya, kebijakan anti-imigrasi Donald Trump, pendekatannya terhadap kelompok sayap kanan dan penolakannya untuk menghapus kelompok yang rasis dan anti-Semit, serta dukungannya di antara anggota gerakan sayap kanan, membuat Donald Trump diwaspadai sebagai neo fasis. Namun, tidak semua orang setuju, dan banyak yang menganggap kalau tuduhan tersebut sangat berlebihan.

11. Apakah fasisme sudah berakhir?

unjuk rasa menolak fasisme (commons.wikimedia.org/Alisdare Hickson)
unjuk rasa menolak fasisme (commons.wikimedia.org/Alisdare Hickson)

Pada 2020-an, gerakan fasis tradisional telah lama berakhir, dan istilah tersebut tidak dapat diterapkan dengan tepat pada politik modern. Era fasisme sebagian besar ada di Eropa sejak akhir 1910-an hingga akhir Perang Dunia II, ketika kediktatoran fasis Italia dan Jerman dihancurkan. Namun neo fasisme lahir di tengah abu perang, dan menyebar luas di seluruh Eropa selama beberapa dekade.

Di Amerika, fasisme tidak pernah berkembang, karena gagasan totalitarianisme dan otoritarianisme merupakan gagasan bagi masyarakat Amerika sejak dulu. Namun, banyak yang berpendapat bahwa neo fasisme punya berbagai jejak di seluruh Amerika, dan beberapa bahkan mengklaim bahwa Presiden Donald Trump adalah perwujudan fasisme Amerika abad ke-21.

Namun, gerakan neo fasis modern saat ini hampir tidak dapat dibedakan dari gerakan sayap kanan konservatif. Adapun, kelompok sayap kanan tidak ada yang mengaku bahwa mereka fasis dalam wacana politik saat ini. Meskipun istilah tersebut masih banyak digunakan, fenomena fasisme sudah berakhir beberapa dekade lalu, meskipun sisa-sisanya masih mengotori politik di seluruh dunia. Di Eropa sendiri, tempat fasisme dimulai, adanya keturunan fasis secara ideologis, dari para pendiri gerakan fasis, masih berlenggak di aula kekuasaannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us