Studi: Hujan Bisa Mengundang Rasa Sedih, Kecemasan, dan Depresi

Hujan sering dikaitkan dengan suasana-suasana dramatis dalam kehidupan. Tak jarang, seseorang merasa sedih, muram, bahkan cemas tatkala hujan datang. Perasaan-perasaan tersebut seolah-olah melebur bersama turunnya hujan ke bumi.
Apabila kamu pernah merasakan hal demikian, kamu bukanlah satu-satunya. Faktanya, menurut sebuah studi yang terbit dalam jurnal Psychiatric Research 123 pada tahun 2020, peneliti menemukan bahwa beberapa orang cenderung mengalami gejala depresi saat cuaca mendung. Seperti diketahui, perasaan sedih, kesepian, hingga kecemasan merupakan gejala-gejala depresi yang kerap melanda sejumlah orang.
Lalu, apa sebenarnya kaitan cuaca mendung atau hujan dengan gejala depresi? Yuk, simak penjelasan-penjelasan ilmiahnya berikut ini!
1. Kurangnya paparan sinar matahari

Ketika cuaca mendung, sinar matahari jadi terhalangi oleh gumpalan-gumpalan awan di langit. Hal itu menyebabkan suasana di wilayah dengan cuaca mendung menjadi lebih gelap atau minim cahaya. Dilansir WebMD, seorang psikolog klinis dari San Fransisco, Amerika Serikat, Tecsia Evans, menjelaskan bahwa cahaya dapat meningkatkan hormon serotonin, yaitu hormon yang berfungsi untuk meningkatkan perasaan bahagia atau meningkatkan mood.
Saat paparan sinar matahari berkurang, seseorang akan kekurangan hormon serotonin di dalam tubuhnya. Nah, secara otomatis, seseorang tersebut akan lebih rentan merasakan perasaan-perasaan negatif seperti sedih, muram, kesepian, dan cemas. Apabila dibiarkan terlalu lama, tak menutup kemungkinan seseorang itu akan mengalami depresi yang berkepanjangan.
2. Depresi musiman (SAD) terjadi saat cuaca dingin

Depresi musiman atau seasonal affective disorder (SAD) adalah gangguan depresi dengan pola musiman. Biasanya, seseorang dengan SAD akan mengalami gejala depresi pada musim-musim tertentu, mulai musim gugur hingga musim dingin. Dilansir Healthline, seseorang yang memiliki riwayat SAD akan lebih rentan mengalami gejala depresi saat musim hujan.
Sebuah penelitian yang terbit dalam jurnal University of Groningen pada tahun 2017 menemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan cuaca bisa berkontribusi terhadap SAD. Kurangnya paparan sinar matahari dan kadar serotonin dalam tubuh juga menjadi faktor yang dapat memperburuk keadaan seseorang yang mengalami depresi musiman.
3. Faktor pendukung lainnya

Ada beberapa faktor pendukung lainnya yang berkontribusi terhadap perasaan-perasaan negatif selama hujan berlangsung, seperti rasa bosan dan trauma. Rasa bosan yang mendera seseorang karena hujan dapat memicu perasaan-perasaan negatif lainnya. Biasanya, rasa bosan tersebut akan tumbuh menjadi rasa sedih, kesepian, hingga kecemasan.
Pada kasus yang sama, seseorang yang memiliki pengalaman traumatis terhadap hujan lebih rentan mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD). Hujan yang datang terus menerus dapat sangat mengganggu bagi seseorang dengan PTSD. Dilansir Hindustan Times, seorang psikiater dari Rumah Sakit Wockhardt, India, Sonal Anand, menjelaskan bahwa pengalaman traumatis masa lalu yang berkaitan dengan hujan bisa menyebabkan kecemasan dan depresi bagi seseorang yang mengalaminya.
Lalu, bagaimana cara menangani perasaan-perasaan negatif yang muncul ketika hujan? Cara terbaik untuk menanganinya yakni dengan menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas di dalam maupun luar rumah. Kamu bisa melakukan hobi, berbincang bersama anggota keluarga, atau jalan-jalan ke luar rumah apabila cuaca sedang tidak terlalu buruk. Jangan sampai terlarut dalam pikiran atau perasaan negatif yang tiba-tiba muncul, ya!